Selamat membaca 💛
___
Thomas memandangi wajah Amanda yang masih tertidur pulas di ranjang kamarnya. Semalam memang Amanda benar-benar menginap di apartemennya. Tapi hanya sekedar menginap, tak lebih dari itu.
Thomas mengamati memar yang ada di pipi dekat rahang. Sepertinya terkena serangan kemarin waktu berkelahi dengan Donny. Padahal kemarin sudah kena cakar gang Vani juga. Thomas merasa bersalah lagi karena gagal menyelamatkan Amanda. Padahal Amanda telah menyelamatkan dirinya.
Luka memar di beberapa bagian tubuh Amanda belum bisa hilang. Apalagi kemarin terlambat mengobatinya. Amanda malah menggantikannya bekerja. Pasti tubuhnya terasa sangat lelah.
Thomas putuskan untuk mandi dan setelah itu membuatkan sarapan untuk Amanda. Dia bisa membuat roti selai dan susu untuk sarapan. Yang penting ada yang bisa untuk isi perut.
Sekitar lima belas menit, Thomas keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah. Dia mengusapnya dengan handuk kecil dan telah berpakaian. Celana abu-abu selutut dan kaos hitam pendek jadi pilihan.
Thomas bergegas ke dapur, membiarkan Amanda yang masih tertidur. Dia menyiapkan roti tawar juga merebus air. Lalu mengolesi roti itu dengan selai dan menumpuknya. Sambil menunggu air mendidih untuk menyeduh susu.
Setelah semua selesai dia meletakkan semua sarapan yang telah ia siapkan ke meja makan. Kemudian dia menengok Amanda ke kamarnya. Sudah kosong, ternyata Amanda sudah bangun. Dan mungkin saja sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi. Thomas menunggunya di dalam kamar.
Benar saja, tak berapa lama Amanda keluar dari kamar mandi berbalut handuk putih miliknya. Dia menatap Thomas sejenak, lalu tersenyum dan lanjut melangkah.
"Aku cariin baju buatmu." Thomas beranjak dari duduknya dan membuka lemari miliknya.
Thomas melihat-lihat sebentar lalu mengambil sebuah kemeja berwarna biru berlengan panjang yang cukup besar ukurannya. Lalu menunjukkannya pada Amanda. Amanda mengangguk saja, kemeja itu cukup untuk menutupi pahanya. Thomas lalu memberikan kemeja itu pada Amanda.
"Aku tunggu di luar ya. Nanti kamu nyusul aja, aku udah bikin sarapan." Ucap Thomas lembut.
"Baik, Kak." Amanda menerima kemeja itu lalu menunggu Thomas keluar untuk memakainya.
Thomas keluar kamar, berjalan menuju dapur. Baru saja sampai dapur, bel pintu apartemennya berbunyi. Dia mengurungkan niat untuk duduk dan berjalan untuk membuka pintu. Thomas heran siapa yang datang pagi-pagi begini. Seingatnya semalam dia sudah menghubungi Abella untuk memintakan izin dirinya. Dan menghubungi Miska untuk izin Amanda.
"Siapa sih pagi-pagi gini dateng." Gumam Thomas sebelum menggapai gagang pintu. Pasalnya teman-temannya pasti sedang di sekolah sekarang.
Thomas menarik gagang pintu dan terbuka. Terkejut sesaat melihat dua orang yang berdiri di hadapannya. Menatapnya entah dengan tatapan seperti apa. Dingin dan tegas.
"Gak dipersilakan masuk?" Tanyanya pelan namun penuh penekanan.
Thomas langsung menggeser tubuhnya, memberi akses masuk pada kedua orang itu.
"Mama kenapa ke sini pagi-pagi gini?" Tanya Thomas kemudian. Mengikuti Dania yang berjalan lebih dulu.
"Gak boleh?" Tanya Dania tanpa menoleh pada Thomas. Sementara wanita satunya, yaitu Hikari kini menyejajarkan diri dengan Thomas.
"B-boleh sih." Ucap Thomas ragu. "Duduklah!" Thomas kemudian mempersilakan.
"Gak perlu, Mama gak akan lama." Ucap Dania sambil mengamati ruangan apartemen Thomas. Ya, ini pertama kali Dania ke sana setelah beberapa bulan Thomas pindah sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Senior
RomansaNama lengkapnya Thomas Rafe Valiant. Dia adalah putra kedua dari Mr. Valiant. Pernah tidak naik kelas saat kelas dua SMA bersama kedua temannya. Buruk perangainya, bahkan kata teman-temannya dia pelit dan tidak modal. Sampai pada akhirnya dia dipind...