14 - Menetapkan Hati

2.5K 178 7
                                    


Selamat membaca 💛

___

Amanda terbangun dari tidurnya karena silau mentari yang menerpa wajahnya. Gorden jendela kamarnya sedikit terbuka sehingga sinar matahari mampu menembus ke dalam kamarnya. Dia meraba meja sebelah ranjang, mencari ponselnya. Dia mengecek jam yang ternyata sudah jam setengah delapan. Dia kesiangan.

Dia berjalan keluar kamar, tak mendapati siapa pun di rumahnya. Tak mungkin dia bermimpi, kan? Semalam dia bersama Thomas. Bahkan Thomas menggendongnya sampai dia tertidur. Dia kembali ke kamar, tak melihat tas ransel Thomas. Jadi, dia benar bermimpi?

Amanda tak mabuk, tapi semuanya seperti mimpi. Dia tak yakin. Dia memilih untuk mengecek pesan pada ponselnya. Ada beberapa pesan masuk. Dari Abella yang mengatakan jika dirinya tak pulang. Dari Miska menanyakan tugas. Dari Nathan yang mengirim file laporan kegiatan komunitas. Dari Thomas.

Amanda membuka dan membaca baik-baik pesan dari Thomas.



From: Kak Thomas

Aku pulang semalem setelah kamu tidur. Aku baru inget kalo ada urusan sama temen gengku dari sekolah lama. Aku harap kamu tidur nyenyak. Love you.



Jantung Amanda berdebar kencang. Dia merasa kupu-kupu beterbangan di perutnya. Pertama kalinya Thomas bersikap manis setelah semalam. Thomas kini benar-benar seperti seorang kekasih sungguhan. Dia memperlakukan dirinya secara spesial.

Senyum Amanda memudar saat dia teringat Bima. Dia masih memiliki rasa pada Bima. Apa iya dia bisa cepat move on dari Bima?

"Gak tahu deh, mau mandi terus ke butik Kak Erin aja." Gumam Amanda lalu bergegas ke kamar mandi.

Amanda memasuki bilik kamar mandi rumahnya. Mendadak teringat saat Thomas mengikutinya masuk ke dalam kamar mandi. Membuat dirinya tersenyum tidak jelas. Dia sepertinya bisa gila kalau banyak melamun.

Amanda segera mandi dan segera menyudahi bersih-bersih badannya. Setelah itu dia bersiap ke Butik Erin dengan menaiki bus umum. Gadis itu harus berhemat, dan kebetulan bus yang sering lewat di area tempat tinggalnya melewati Butik Erin.

Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai. Dia turun dari bus dan membenarkan letak tasnya. Dia segera saja masuk ke dalam butik. Erin melihat kedatangannya. Lalu berjalan menyambut Amanda.

"Udah dua mingguan kamu gak ke sini." Erin memeluk Amanda dan mengajaknya duduk di sofa ruang kantornya.

"Sibuk, Kak. Abis pelatihan juga kemarin." Sahut Amanda jujur.

"Tapi kamu sehat, kan?" Tanya Erin perhatian.

Amanda mengangguk dan balik menanyakan keadaan Erin. Erin menjawab,"Baik juga."

"Udah sarapan?" Tanya Erin.

"Belum." Jawab Amanda jujur.

"Pesen gado-gado sama es jeruk ya? Biar dianter ke sini." Ucap Erin dan menekan tombol call pada layar ponselnya. Ia menelfon penjual gado-gado langganan yang terletak tak jauh dari butiknya. Erin dan Amanda memang sering memakan gado-gado itu. Menurutnya sangat enak.

"Kak!" Panggil Amanda seperti tak yakin.

"Iya?" Tanya Erin. Merasa jika Amanda ingin mengatakan sesuatu.

"Aku mau curhat sama Kakak." Ucap Amanda mengawali kalimatnya.

"Curhat aja, ada apa? Kamu berantem sama pacarmu?" Tebak Erin.

Amanda menggeleng.

"Bukan itu. Ceritanya rumit." Ucap Amanda.

Sambil menunggu pesanan mereka diantar, Amanda mencurahkan hatinya pada Erin. Berharap mendapat saran atau solusi dari seseorang yang sudah ia anggap Kakak itu.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang