29 - Kerja

1.9K 146 7
                                    

Selamat membaca 💛

___

Amanda meronta-ronta karena cekalan tangan orang itu semakin kuat. Orang itu menariknya ke atap sekolah. Yang kini dia lihat kembali kotor karena sudah lama tak dibersihkan. Tepatnya semenjak Thomas dihukum kala itu. Musim hujan tengah berlangsung, jarang ada murid yang nongkrong di atap sekolah.

Amanda berdiri menghadap lelaki itu, Thomas. Dadanya kembang kempis. Pundaknya naik turun. Napasnya terasa berat. Dia sedikit takut juga kesal pada laki-laki itu. Tapi ada rasa nyeri di dadanya. Sepertinya Thomas bertambah kurus sekarang. Apakah laki-laki itu hidup dengan baik saat dirinya tidak ada di sisinya?

"Kamu cuma akan bunuh diri kalau datengin mereka seorang diri." Ucap Thomas memperingati.

Amanda menatapnya saja tanpa berniat untuk membalas. Karena ucapan Thomas benar adanya.

"Pikirkan dirimu sendiri dulu sebelum bertindak." Thomas menatap tajam ke arah Amanda.

Sementara gadis yang ditatapinya menundukkan kepala. Lalu kembali mengangkat wajah, nampak berkaca. Amanda mengusap sisi pipi Thomas. Dia amat merindukan laki-laki yang sudah jadi mantannya itu.

"Apa kamu baik-baik aja?" Tanya Amanda mengalihkan topik.

"Seperti yang kamu liat." Thomas menurunkan tangan Amanda yang menyentuh pipinya. Membuat Amanda menunduk malu. Mungkin dirinya lancang.

"Jaga dirimu sendiri, kamu juga keliatan kacau banget." Thomas mengusap puncak kepala Amanda.

"Aku kangen kamu." Ucap Amanda lirih. Tak ingin dia ucapkan tapi kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

Thomas menghentikan usapan tangannya di puncak kepala Amanda. Lalu tersenyum kecil.

"Aku harus pergi dulu." Thomas berbalik dan berjalan pergi.

Amanda menatap punggung Thomas yang menjauh. Dia terisak lebih kencang, menangis entah kenapa. Bahkan Thomas tak membalas ucapan Amanda barusan. Apakah mereka benar-benar sudah berakhir? Tak ada kesempatan untuk memperbaiki lagi?

Amanda berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Menumpu pada lutut agar suara tangisnya teredam. Sudah dua minggu dia berhasil menahan tangisan hebat. Tapi kini akhirnya pecah juga saat berhadapan dengan Thomas.

Thomas berhenti berjalan setelah mendengar isak tangis yang memilukan. Dia menghela napas kasar. Sebenarnya perasaanya sama dengan Amanda. Sakit. Tapi dia sudah berjanji tidak akan menyusahkan gadis itu lagi. Tidak akan membuat gadis itu susah payah untuk membuatnya jadi baik. Jadi tidak nakal dan brengsek lagi. Dia hanya ingin membuktikannya sendiri.

Thomas berbalik badan, berjalan mendekati Amanda. Dia lalu menunduk di depan Amanda. Menyentuh pundak gadis itu. Amanda sedikit tersentak dan mengangkat wajahnya. Tak berniat mengusap air matanya yang mengalir deras di pipi mulusnya. Segera saja Thomas membawa Amanda ke pelukannya. Menenangkan gadis itu.

Tangis Amanda semakin pecah saat Thomas merengkuh tubuhnya. Membawanya ke dalam pelukan yang dia rindukan. Dia lampiaskan semua kesedihan dalam tangisan itu. Biarkan saja Thomas tahu betapa menderitanya dirinya.

Cukup lama Amanda berada dalam dekapan Thomas. Isak tangisnya mereda. Dia mengusap air matanya dan menatap Thomas yang masih setia mendekapnya. Thomas nampak sedih, tapi dia tak menangis.

"Sudah nangisnya?" Tanya Thomas sambil tersenyum lembut. Membuat Amanda salah tingkah.

Amanda mengangguk saja. Ditanyai begitu membuatnya kikuk. Dia bahkan tak sadar habis menangis hebat di pelukan Thomas.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang