Selamat membaca 💛___
Part sebelumnya...
"Lo gak bisa ngelawan lagi sekarang." Wajah laki-laki itu semakin dekat dengan wajah Amanda membuat Amanda memejamkan matanya dengan terus menahan dada laki-laki itu. Berusaha memberontak meski kalah tenaga.
"Cukup nikmati saja." Bisik laki-laki itu membuat Amanda semakin jijik. Air matanya menetes dari kedua sudut matanya.
___
Bugh!
Amanda terkejut melihat laki-laki yang hendak melecehkannya terhuyung ke samping. Lalu Amanda menatap seseorang yang baru saja melayangkan bogeman ke wajah pria itu. Thomas, dengan kepala diperban kini berdiri menatapnya. Tatapan sedih dan penuh luka.
"Lo kurang ajar!" Ucap laki-laki itu geram.
Thomas menatap sengit orang itu, lalu kembali melayangkan tinjuan ke arah rahangnya.
"Ngaca! Lo yang kurang ajar!" Thomas mencengkeram kerah jaket yang dikenakan laki-laki itu. Menatapnya tajam.
"Gue bakal bilang ke Budi kalo lo ngehajar gue, biar lo dipecat." Ancam laki-laki itu dengan kalimat tajam. Seringai tercetak di bibirnya.
Thomas tertawa sinis, lalu menghempas orang itu hingga menabrak meja.
"Bilang aja, Ron! Bilang aja kalo Thomas memukuli Ronald atau apa. Gue gak peduli." Lagi-lagi Thomas meninju wajah orang itu.
Laki-laki yang ternyata bernama Ronald itu hanya tersenyum masam. Entah kenapa dia tak membalas serangan Thomas. Sepertinya memang ingin bilang ke Budi kalau dirinya diserang tanpa sebab.
"Lo bakal tahu akibatnya karena udah cari gara-gara sama gue!" Ronald tersenyum sinis pada Thomas. Lalu menyeringai menatap Amanda yang masih ketakutan.
"Gue gak takut sama lo!" Thomas menantang Ronald.
"Dasar bocah!" Ronald membenarkan letak jaketnya lalu berjalan pergi ke arah motornya. Lalu mengendarai motornya meninggalkan kedai Budi.
Thomas segera menghampiri Amanda. Mendekap gadis itu dan memberikan kenyamanan. Mencoba menenangkan Amanda yang gemetar ketakutan. Bagaimana tidak takut, Amanda hendak dilecehkan. Bersyukur Thomas datang tepat waktu.
"Udah gak apa-apa." Thomas mendekap Amanda lebih erat. Mengusap lengan gadis itu. Tubuh Amanda terasa tegang, tapi gadis itu memilih untuk tidak menangis.
Thomas mendudukkan Amanda di kursi. Lalu memakaikan jaketnya pada Amanda, agar gadis itu tak kedinginan. Thomas membuatkan minuman hangat untuk Amanda dan menemani gadis itu. Membiarkan Amanda tenang dan bercerita sendiri.
"Makasih, Kak." Kata itulah yang pertama kali diucapkan oleh Amanda. Lalu gadis itu tersenyum kecil pada Thomas.
Thomas menggeleng cepat. Seharusnya yang berterima kasih adalah dirinya, bukan Amanda.
"Seharusnya aku yang berterima kasih. Maaf juga menempatkan diri kamu di posisi sulit." Thomas memegang tangan Amanda dan menggosoknya agar hangat. Cuaca mulai dingin malam ini.
"Ini keinginan Amanda sendiri." Amanda tersenyum kecil.
"Aku gak bisa maafin diriku sendiri kalau sampai terlambat dateng." Thomas mengecup tangan Amanda, merasa bersalah. "Kamu gak seharusnya gantiin aku kerja gini, Man. Apalagi kamu malah kena masalah gini." Sambungnya tak suka.
"Mungkin lagi sial aja, Kak." Sahut Amanda mencoba menenangkan Thomas yang merasa bersalah.
"Aku tadi lupa kabarin Bang Budi, lalu sekitaran jam enam aku telfon dia buat ngabarin. Tapi katanya kamu gantiin aku kerja. Astaga, Man, kamu kan juga lagi terluka." Thomas terlihat khawatir dan tidak suka, sama seperti Miska tapi Thomas lebih frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Senior
RomanceNama lengkapnya Thomas Rafe Valiant. Dia adalah putra kedua dari Mr. Valiant. Pernah tidak naik kelas saat kelas dua SMA bersama kedua temannya. Buruk perangainya, bahkan kata teman-temannya dia pelit dan tidak modal. Sampai pada akhirnya dia dipind...