43 - Kerja Sama

4.9K 213 16
                                    

Selamat membaca 💛

___

Amanda memasuki gerbang rumah Bu Intan. Sudah empat hari semenjak perkelahian itu, Thomas memilih di rawat di rumah. Bu Intan juga lebih baik merawat dirinya daripada dia di rumah sakit. Lagipula menurut Thomas dia tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Dia sudah bisa berjalan, dia sudah bisa melakukan aktivitas kecil lainnya. Hanya bagian wajah dan juga lengan serta pundak yang masih sakit.

Amanda membawa makanan ringan dan buah-buahan untuk Thomas. Bu Intan sudah berpesan untuk tidak membawa makanan berat. Di rumahnya sudah tersedia berbagai masakan. Bu Intan sangat gemar memasak, dan dia banyak memasak untuk putranya. Amanda menurut dan tidak perlu repot-repot memasak.

Amanda tak perlu mengetuk pintu karena di dalam hanya ada Thomas. Bu Intan masih di sekolah, para guru memang pulang sore biasanya. Amanda sudah terbiasa masuk ke rumah Bu Intan sendiri. Kecuali jika Bu Intan ada di rumah. Suasana sepi terasa, pikir Amanda, pacarnya itu sedang ada di kamar. Amanda mengetuk pintu kamar Thomas dan langsung terdengar sahutan di dalam.

"Masuk!" Seru Thomas dari dalam.

Amanda tersenyum dan langsung membuka pintu. Menampakkan Thomas yang tengah telanjang dada duduk di tepi ranjang. Sepertinya Thomas habis mengoleskan salep di luka memar yang ada di bahu. Ada wadah salep di sisi tempat duduknya.

"Ah, pacarku dateng. Kalau gitu bantuin sekalian dong!" Pinta Thomas sembari tersenyum manis.

"Manja amat padahal bisa sendiri." Amanda tersenyum kecil, gadis itu mendekat.

Amanda tak mungkin menolak permintaan Thomas. Gadis itu langsung meletakkan paper bag yang dia bawa dan juga tas ranselnya di atas meja belajar Thomas. Amanda meraih wadah salep yang ada di sisi Thomas. Amanda mencolek salep dengan telunjuknya, lalu menunduk, mengoleskannya pada luka Thomas. Dia mengoleskannya pelan-pelan, takut menyakiti Thomas.

"Naik ke atas pangkuanku, Man!" Pinta Thomas dengan suara berat.

Amanda sedikit tersentak dengan perkataan Thomas. Gadis itu sejenak menatap wajah Thomas yang mendongak menatapnya.

"Enggak ah." Jawab Amanda pelan, malu. "Kakak kan lagi sakit." Lanjutnya mencari alasan.

"Bagian kaki dan bawahku enggak kenapa-kenapa." Thomas melenan ludahnya, membuat pergerakan jakunnya terlihat seksi.

"T-tapi." Amanda mengalihkan pandangan ke sekitar.

"Aku cuma mau ngobrol dengan jarak dekat sama kamu." Thomas menjelaskan, menepis pikiran lain Amanda.

Amanda menggigit bibir, kemudian bergerak naik ke pangkuan Thomas. Menghadap pria itu dan mengalungkan kedua tangannya di leher Thomas. Jarak mereka semakin dekat, Amanda juga bisa merasakan rangkulan Thomas pada pinggangnya.

"Kamu udah makan?" Tanya Thomas begitu Amanda sudah berada di posisi nyaman. Gadis itu beralih memeluk punggung Thomas dan menyandarkan kepala di dada pacarnya.

"Waktu istirahat tadi udah, Kak. Kalau Kakak?" Tanya Amanda balik.

"Udah, tadi pas istirahat Ibu pulang. Demi memastikan aku udah makan dan baik-baik saja." Thomas menjelaskan.

Selama di rumah Bu Intan, Thomas memang dimanjakan. Makan diambilkan, dirawat dengan baik, apalagi setelah Thomas sakit. Bahkan Bu Intan setiap kali menengok dirinya di dalam kamar. Thomas memang tidak mengunci pintu selama dia sakit. Tidak sakit pun dia jarang, hanya saja saat tidak sakit Bu Intan juga jarang ke kamarnya. Intinya Bu Intan memang selalu perhatian pada Thomas. Thomas sangat terharu diperhatikan seperti itu. Bahkan ayah dan mamanya saja baru sekali menjenguknya ketika di rumah sakit dulu. Tapi beberapa kali menanyakan kabarnya lewat pesan atau telepon. Maklum, mereka berdua orang sibuk.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang