Bad Senior

41 - Posesif

Selamat membaca 💛

___

Amanda dan Miska keluar dari kelas setelah jam pelajaran usai. Mereka tidak langsung pulang, memutuskan untuk hang out bersama. Amanda dan Miska sudah lumayan lama jarang hang out bersama. Terakhir saat di markas Thomas tidak bisa dibilang hang out. Justru malah hal tidak menyenangkan yang mereka dapatkan.

Amanda dan Miska berniat untuk ke kedai Budi. Thomas bilang dia ada di sana sejak pulang sekolah. Kelas dua belas pulang lebih cepat dari kelas sebelas. Miska setuju, mereka juga tidak ingin pergi ke mall atau pusat perbelanjaan. Miska tahu Amanda tipe orang yang hemat. Diajak pergi belanja tidak akan menyenangkan karena Amanda tidak akan melirik apa pun. Bisa dipastikan nanti gagal lagi acara hang out mereka sebab Amanda ingin segera pulang.

"Lo enggak akan pacaran sama Kak Thomas dan nyuekin gue kan, Man?" Tanya Miska saat mereka sudah di perjalanan. Mereka menuju kedai Budi menggunakan motor Miska.

"Enggaklah, Mis. Orang Kak Thomas kerja juga. Dia selama ini juga tanggung jawab sama pekerjaannya. Dia aja kadang ninggalin aku sendiri buat anter-anter orderan." Jawab Amanda menjelaskan.

"Bagus kalau gitu, gue suka tipe cowok kayak gitu, Man. Maunya enggak nempel ceweknya terus. Bahkan ada loh cowok yang terlalu posesif jadi dia maunya berduaan terus, bikin jenuh malahan." Ujar Miska dengan suara keras agar Amanda mendengar.

"Amit-amit aku dapet cowok kayak gitu, Mis. Itu sih bukan cinta, tapi apa ya, nafsu dan obsesi. Mana bisa kita hidup berdua terus, yang penting itu kita harus saling percaya. Kalau kita benar-benar cinta, enggak dikekang pun kita bakal tahu batasan." Sahut Amanda cepat.

"Gue setuju sama lo. Bagus deh kalau hubungan kalian enggak begitu. Inget Felicia? Temen gue yang itu, dia kan jadi jauh sama gue setelah pacaran sama Brandon. Si Brandon itu posesif banget. Felicia selalu dikekang, apa-apa enggak boleh. Hidupnya kayak diatur si cowok padahal baru pacaran. Makanya Felicia enggak barengan sama gue lagi." Cerita Miska mengingat sahabatnya yang dulu.

Amanda mengangguk meski Miska tidak bisa melihatnya. Dia tahu Felicia, memang saat kelas sepuluh dulu Miska lebih dekat dengan Felicia. Namun karena suatu kejadian, seperti yang diceritakan Miska, Felicia menjauh darinya. Mungkin itu hal yang memang sering terjadi pada beberapa orang. Sebenarnya seorang laki-laki tidak berhak terlalu mengekang pacarnya. Atau justru sebaliknya, sang perempuan juga tidak boleh terlalu mengekang prianya. Jatuhnya hubungan mereka akan menjadi tidak sehat. Akan timbul rasa ketidaknyamanan yang justru membuat hubungan mereka kandas. Bagi Amanda dalam sebuah hubungan, kepercayaan memang sangat penting.

"Sebenarnya ada kalanya Kak Thomas posesif, tapi itu masih batas wajar. Dia juga termasuk orang yang tahu tempat meski kadang menyebalkan." Amanda berucap seraya tersenyum kecil, mengingat akan Thomas.

Amanda ingat perdebatannya dengan Thomas beberapa hari lalu saat mereka di kamar Thomas. Waktu itu Thomas mencium Amanda, bahkan kepergok Bu Intan. Setelah kejadian itu Amanda berdebat dengan Thomas. Namun Thomas selalu menang dengan sangkalannya. Dia mengatakan bahwa yang salah Bu Intan. Kamarnya adalah miliknya, tempat privasinya. Dia bilang salah Bu Intan yang masuk dan melihatnya sembarangan. Dan itu membuat Amanda ingin memukul kepala Thomas jika dia tidak sayang.

"Gue ngerti kok, dia aja kemarin-kemarin izinin gue ikut ke markasnya, kan? Bahkan dia relain lo naik motor bareng gue, padahal mah dia bisa aja biarin gue sendiri." Ucap Miska menimpali.

"Iya, gitu." Sahut Amanda setuju dengan kata-kata Miska. Itu adalah salah satu sifat baik Thomas.

Amanda dan Miska terlalu banyak mengobrol selama perjalanan hingga tidak sadar sudah tiba di kedai Budi. Miska segera menepikan motornya ke teras kedai. Ada beberapa motor lain yang juga terparkir di sana. Mereka segera turun dan masuk ke kedai. Amanda dapat melihat Budi yang tengah membuat minuman untuk pengunjung. Dia berjalan mendekati Budi dan menyapanya.