35 - Menggantikan Thomas

1.7K 134 18
                                    

Hai, part terakhir buat malam ini. Bagi yang masih terjaga. 🙈🙈🙈

Sebelumnya aku mohon maaf kalau part sebelumnya ada banyak typo nama. Apalagi nama bapaknya si Thomas. Jadi gini, aku ngasih dia nama Sebastiano Adam Valiant. Awalnya di cerita ini aku nyebutnya Adam. Terus kenapa aku ganti sebutannya jadi Sebastian/Tian, karena biar enggak sama dengan nama Adam/Arraz. Tapi ternyata masih banyak yang typo. Padahal aku inget itu udah aku ganti loh di beberapa paragraf, tapi pas aku publish kok ternyata masih "Adam", bukan "Tian". Jadi typonya banyak. Heran sama wattpad. 🤦

Baiklah, sekian sesi curhatnya. Sekarang cus ke ceritanya hehehe 💛

Happy Reading 🤗

___

Miska memapah Amanda ke tempat motornya terparkir. Lalu menatap kondisi Amanda yang terlihat tidak baik. Tadi sudah diserang gangnya Vani, sekarang harus ikut berkelahi melawan para lelaki dari gang Donny.

Miska menghembuskan napas kasar. Tak habis pikir dengan Amanda yang nekat membantu. Akhirnya dirinya juga babak belur.

"Gue anter ke rumah sakit dulu baru pulang ya." Ucap Miska kemudian.

"Gak usah Mis." Tolak Amanda lembut.

Bukan apa-apa karena memang Amanda tak memiliki uang untuk berobat ke rumah sakit. Dia juga tak enak dengan Miska jika membiarkan Miska membayar biaya pengobatannya. Dan yang pasti dirinya merasa tak perlu ke rumah sakit. Luka-luka yang dialaminya masih bisa diobati sendiri.

"Luka lo parah, Man. Astaga, nurut kenapa sih." Omel Miska kesal.

"Aku bisa obatin sendiri di rumah." Keukeuh Amanda.

"Ya udah kita beli obat ke apotek deh." Miska menyetarter motornya dan membiarkan Amanda naik. Lalu menjalankan motornya meninggalkan markas.

"Kayaknya lo gak perlu ke sini lagi deh, Man. Ada iblis di sini." Ucap Miska di perjalanan.

Amanda hanya menjawab,"iya." Karena tak ingin membahas hal itu lebih jauh. Sejak awal Hikari memang sudah tak ramah dengannya. Hikari memiliki hubungan khusus dengan Thomas dulu. Dan Amanda yakin Hikari masih menginginkan Thomas.

Amanda dan Miska berhenti di depan sebuah apotek yang terletak paling dekat dengan markas. Miska membelikan Amanda obat-obatan dan juga salep. Serta beberapa plester dan juga perban. Lalu kembali menjalankan motornya.

"Mis, kayaknya aku gak langsung pulang deh." Ucap Amanda setelah motor Miska berjalan.

"Maksud lo?" Tanya Miska heran. Amanda sudah sakit begini lalu mau ke mana lagi? Ke rumah sakit tidak mau. Pulang juga tidak. Benar-benar.

"Anter aku ke kedai minuman Bang Budi. Aku harus ke sana." Sahutnya yakin.

"Lo pengen minuman? Kenapa harus ke sana?" Tanya Miska lagi. Penasaran dengan maksud dan tujuan Amanda.

"Gak, bukan itu. Aku mau ke sana aja." Jawab Amanda keukeuh.

"Tapi gue gak tahu kedainya di mana. Siapa juga Bang Budi?" Gerutu Miska sambil fokus berkendara.

"Ya udah kamu berhenti, biar aku yang di depan." Amanda menepuk pundak Miska.

"Hah?" Miska memelankan laju motornya. "Lo gila apa gimana? Lo kan lagi babak belur gini." Omel Miska tak ingin Amanda menyetir.

"Gak apa-apa. Cepetan berhenti, biar aku yang di depan!" Amanda keukeuh dengan keinginannya.

"Astaga." Miska pun meminggirkan motornya dan berhenti sesuai ucapan Amanda. Lalu Amanda segera turun, ingin mengganti posisi Miska.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang