03 - That Kiss

6.3K 249 8
                                    

Happy Reading ^^

___

Sepulang sekolah, Amanda tak langsung pulang. Ia menyelesaikan laporan kegiatan bulan lalu yang diberikan oleh sekretarisnya. Setelah menutup berkasnya, ia termangu menatap ke arah jendela. Sekolah sudah mulai sepi.

Ia mengambil ponsel dan menelepon kakaknya. Siapa tahu kakaknya bisa ia ajak pulang bersama. Biasanya kakaknya pulang sore atau bahkan malam bersama klub seninya.

"Kak, apa Amanda boleh pulang sama Kakak?" Tanya Amanda setelah telepon diangkat.

"Gue ada acara sama temen-temen. Lagian gak bawa motor tadi." Sahut Abella dari seberang.

"Yau dah Kak kalo gitu." Amanda menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ia harus berkemas sebelum hari mulai gelap.

Brakk...

Suara pintu yang terbuka kencang mengagetkan Amanda. Dengan cepat ia menoleh ke arah pintu, mendapati seseorang di sana tengah menatapnya.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya Amanda setelah menetralkan keterkejutannya.

"Gue mau nanya, ini sekolah apa sih ngasih seragam kayak gini." Thomas, ialah yang membuka pintu dengan kasar tadi.

Thomas berjalan ke arahnya, Amanda tetap memperhatikannya.

"Ini, kenapa gak pas?" Protes Thomas pada Amanda. "Bajunya kebesaran, celananya kepanjangan semua." Lanjut Thomas kesal.

Amanda masih memperhatikan Thomas yang kesal. Lalu melihat Thomas membuang seragam itu. Amanda bergerak untuk memungutnya. Sedangkan Thomas hanya melihat itu.

"Sekolah kami gak ngasih ukuran pas, mereka mengira-ngiranya. Kak Thomas dikasih ukuran besar karena mungkin tubuh Kakak yang besar dan tinggi." Balas Amanda setelah memunguti seragam yang dibuang Thomas.

"Tapi itu gedenya gak kira-kira. Emang gue badut pasar malam." Ketus Thomas. Kemudian duduk di meja Amanda.

"Turun dari meja Kak, Kakak tau apa yang Kakak lakuin ini gak sopan?" Amanda memelototi Thomas. Tak suka kelakuan sang kakak kelas.

"Ckk, banyak banget aturan tapi sekolahnya aja gak ngasih fasilitas yang bagus." Omel Thomas lalu beralih duduk di kursi.

Jangan berpikir Thomas bersikap sopan dengan duduk wajar. Kini kedua kakinya ia tompangkan di atas meja Amanda. Membuat Amanda menggeleng dan kembali duduk. Enggan menegur kakak kelasnya yang tak bisa diatur itu.

"Kakak bisa kecilin bajunya, Kak. Pergi ke tukang jahit baju." Ucap Amanda kemudian.

"Enak aja, mana dong tanggung jawabnya pihak sekolah ini. Kalau kayak gini mah bikin rugi." Omel Thomas tak terima.

Amanda menghela napas, berusaha sabar. Sekolah ini tak begitu mahal, bukan sekolah elite juga. Jadi fasilitasnya sesuai dengan apa yang dibayarkan. Meskipun begitu, sekolahnya ini bukan sekolah yang jelek atau terlalu buruk. Bahkan siswa-siswinya juga cukup berprestasi.

Ia mengingat apa yang dikatakan Bu Dina tadi. Thomas sengaja diberi pilihan untuk jadi asisten Amanda, semata-mata agar Amanda bisa merubah sifat Thomas yang berandalan. Sifat Thomas yang semena-mena. Tapi Amanda tak yakin, Thomas saja baru dikenalnya.

Ditambah lagi, beban hidupnya sudah cukup berat. Mengurusi orang seperti Thomas akan menghabiskan tenaga, membuang waktu, dan juga memeras otaknya.

Lagipula apa tidak ada siswa lain yang bisa mengurus Thomas. Ketua kelas mungkin, atau cukup guru BK dan juga wali kelas. Satu lagi, Amanda dan Thomas juga bukan satu angkatan.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang