Happy Reading 💛
___
"Gak ada yang perlu gue dengerin." Thomas menatap tajam Amanda.
"Kita putus!" Lanjut Thomas.
Bagai disambar petir, kalimat Thomas membuat Amanda membeku. Hatinya terasa ngilu, jantungnya berdetak cepat. Tubuhnya terasa lemas, air matanya tak mampu ia tahan. Amanda jatuh merosot ke lantai.
Ia terisak kecil, membiarkan air matanya terurai. Hatinya hancur. Hancur karena Thomas meninggalkannya. Hancur karena Thomas tak mau mendengarkannya. Hancur karena Thomas tak mempercayai dirinya. Hancur karena Thomas masih saja egois.
Nathan menatap iba pada gadis di hadapannya. Ia berjalan mendekat, menyentuh pundak Amanda. Tak ada respon, kemudian Nathan mengangkat tubuh Amanda. Mengajaknya duduk di kursi. Amanda menurut.
Amanda menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan bertumpu tangan. Gadis itu ingin menangis sekencang-kencangnya tapi ia tahan. Harinya sangat buruk. Seakan masalah menimpanya bertubi-tubi. Dia terisak kecil, tak peduli jika Nathan melihatnya yang sedang rapuh.
Nathan masih setia menunggu Amanda. Dia tak tega meninggalkan gadis itu sendiri. Apalagi Amanda adalah teman yang baik. Selama jadi ketua OSIS juga dia kurang lebih tahu bagaimana Amanda.
Nathan menarik kursi yang berada di dekat lemari. Bermaksud untuk jadi tempatnya duduk. Dia membuka akun sosial medianya yang berisi berita-berita tentang hari ini. Dan jelas, banyak sekali berita tentang Thomas. Banyak teman-temannya yang membuat story dan mengunggah foto dari artikel yang terpampang di mading.
Nathan sedikit lega karena berita soal Amanda tak tersebar. Tapi dia masih bingung apa motif orang itu menaruh gambar dan bertuliskan seperti itu tentang Amanda dan Thomas. Nathan yakin ada yang tidak beres.
Nathan mengalihkan pandangan pada Amanda. Gadis itu masih terisak dengan posisi kepala menelungkup di atas meja. Dia tidak tahu bagaimana caranya menenangkan seseorang yang sedang patah hati.
"Man, mau gue anter pulang?" Tanya Nathan setelah beberapa saat Amanda masih di posisi yang sama.
Amanda mengangkat wajahnya dan menggeleng pelan. Dia menyeka wajahnya yang berurai air mata.
"Gak usah, sebentar lagi pulang. Jadi gak apa." Ucap Amanda lirih.
"Oke kalo gitu." Nathan kembali ke layar ponselnya. "Mau gue panggilin Miska?" Tanya Nathan kemudian.
Amanda menggeleng lagi, urusannya akan panjang kalau Miska di sini. Pasalnya Miska juga belum tahu jika dirinya pacaran dengan Thomas.
"Kamu balik aja ke kelas, aku juga akan segera balik." Ucap Amanda berusaha kembali tenang.
"Oke, gue balik ke kelas. Tapi lo gak apa-apa?" Tanya Nathan. Dirinya tak mau berduaan dengan Amanda, nanti akan timbul berita tak mengenakkan lagi. Dan itu akan semakin memberatkan Amanda. Jadi sepertinya ia harus kembali ke kelas.
"Gak apa-apa. Bilang ke Miska kalau aku masih ada urusan di sini ya." Ucap Amanda pada Nathan.
Nathan mengangguk, ia beranjak dari duduknya. "Gue duluan, nanti kalo ada kabar gue kasih tahu." Ucapnya.
Amanda mengangguk saja. Ia kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan berbantal lengan.
Baru saja Amanda merasa sendiri beberapa saat, kini pintu ruangan diketuk dari luar. Amanda menjawab dan mempersilakan masuk. Amanda segera mengusap air matanya dan merapikan diri saat tahu yang datang adalah Bu Intan. Da tersenyum kecil dan menegakkan badannya.
"Ada masalah?" Tanyanya lembut, sembari berjalan mendekat ke arah Amanda.
Amanda menggeleng, tak berterus terang. Bu Intan tak memaksa Amanda, dirinya menarik kursi yang tadi dipakai Nathan. Duduk di sebelah Amanda. Satu tangannya memegang lembaran yang Amanda tahu adalah kertas dari mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Senior
RomanceNama lengkapnya Thomas Rafe Valiant. Dia adalah putra kedua dari Mr. Valiant. Pernah tidak naik kelas saat kelas dua SMA bersama kedua temannya. Buruk perangainya, bahkan kata teman-temannya dia pelit dan tidak modal. Sampai pada akhirnya dia dipind...