40 - Pindah Rumah

2K 156 13
                                    


Selamat membaca 💛

___

Thomas keluar dari apartemennya dan membawa barang-barang yang dibantu oleh Amanda. Dia akan membawa beberapa barang penting ke rumah Bu Intan. Benar, hari ini Thomas putuskan untuk pindah ke rumah Bu Intan. Apartemennya dia biarkan kosong, mungkin kelak akan dia sewakan kalau ada yang berminat. Namun untuk sementara dia biarkan saja, lagipula barang-barangnya masih ada di sana.

Thomas menaiki motornya, kemudian ada kardus di bagian depan. Di tengah-tengah ada tas berisi laptop dan buku pelajaran, serta di belakang Amanda duduk menggendong ransel Thomas yang berisi pakaian. Sekilas mereka terlihat seperti orang yang tengah pulang kampung atau bepergian jauh menggunakan sepeda motor. Sebenarnya mereka bisa saja memesan taksi online. Namun karena beberapa pertimbangan mereka akhirnya memakai sepeda motor Thomas saja. Barang-barang Thomas masih bisa diangkut dengan sepeda motor. Motor matic memang lebih bisa diandalkan dalam situasi seperti ini. Muat banyak barang dan juga masih nyaman dikendarai.

"Man, kayaknya kita perlu isi bahan bakar dulu." Ucap Thomas setelah mereka sampai di pertengahan jalan.

"Kayaknya pom bensin masih agak jauh deh." Jawab Amanda keras agar Thomas dengar.

"Di toko depan itu jualan bensin." Thomas menghentikan motornya di depan sebuah toko besar yang ada tempat pengisian bahan bakar.

Amanda dengan hati-hati turun dari atas motor. Thomas ikut turun dan bicara pada pemilik toko untuk melakukan pengisian bahan bakar. Thomas berdiri bersama Amanda, menunggu pemilik toko melayani pembeli lain terlebih dahulu.

"Gila mereka, masih muda gitu udah nikah. Gitu tuh nasibnya, kayaknya mereka mau pulang ke rumah mertua." Bisik seorang ibu-ibu yang tengah berkumpul di depan toko itu.

"Sok tahu kamu, bisa saja mereka masih sekolah. Mungkin mereka pindah kos-kosan. Ditemenin pindahan sama pacarnya gitu." Bisik salah satu wanita yang juga ada di sana.

"Hush, nanti mereka denger loh." Ujar yang lainnya mengingatkan.

"Ya biarin aja, siapa tahu mereka beneran suami-istri muda, malah bagus. Miris aja sih sekarang anak muda belum bisa apa-apa udah tidur berdua sebelum nikah. Kali aja mereka dinikahkan karena ceweknya hamil duluan." Sahut ibu-ibu berdaster yang tadi pertama bicara.

Thomas dan Amanda mendengar itu semua. Amanda nampak tak nyaman digosipkan. Sementara Thomas hanya tersenyum saja, merasa geli dirinya menjadi bahan omongan. Thomas bahkan memiliki niat iseng pada kumpulan ibu-ibu itu. Thomas pun berjalan mendekati mereka. Membuat kumpulan ibu-ibu itu terkejut melihat Thomas mendekat.

"Hai, para ibu-ibu, tante-tante." Sapa Thomas sopan.

"Halo." Mereka menjawab serentak.

"Asik banget nih ngerumpinya." Ujar Thomas yang membuat Amanda menepuk dahi. Seharusnya Thomas tidak ikut campur. Dia cukup menyelesaikan pembeliannya kemudian pergi. Kenapa Thomas malah ikut ibu-ibu menggosip.

Para ibu-ibu itu hanya terkekeh mendengar penuturan Thomas.

"Emang caranya didik anak supaya enggak nakal itu gimana, Bu?" Tanya Thomas pada ibu-ibu berdaster yang tadi mengatai Amanda hamil di luar nikah.

"Ya diajarin lah, dididik yang benar. Diajarin moral, diajarin sopan-santun." Ujar ibu itu percaya diri.

"Hmm gitu, terus kalau ngatain orang atau berprasangka buruk ke orang itu tindakan sopan dan bermoral enggak?" Tanya Thomas santai.

"Ya enggaklah, itu nyakitin orang." Jawabnya lagi.

"Oh gitu, jadi mungkin Ibu juga dulunya enggak diajarin moral dan sopan santun ya, Bu. Makanya ngatain orang tanpa bukti." Thomas tersenyum simpul.

Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang