Happy Reading 💛___
Part sebelumnya...
"Gue hitung sampai tiga kalo gak lo lakuin, urusan kita panjang." Ancam Vani. "Satu... Dua... Ti..."
Amanda menunduk hendak menjilat sepatu Vani, namun seseorang mengangkat tubuhnya. Menariknya pergi dari sana. Terpaksa Amanda mengikutinya dan berjalan cepat.
Sementara Vani, Bianca, dan Hilda terbengong melihat kejadian itu. Dilihatnya Amanda yang pergi meninggalkannya bersama seorang laki-laki. Membuat dirinya merasa terhina dan terabaikan. Mereka gagal membully Amanda.
___
"Lepasin! Genggamanmu bikin sakit." Ucap Amanda lirih.
Amanda tak berani menatap laki-laki yang tadi menariknya pergi. Ia berbalik badan dan berjalan pelan. Kedua sudut matanya mengeluarkan air mata. Menangis karena merasa sakit, sedih, dan juga malu.
"Hey!" Seru laki-laki yang tadi menarik tangan Amanda. "Mau ke mana? Aman di sini." Ucapnya seraya menghentikan langkah Amanda.
Amanda berhenti, lalu berbalik menatap nanar pada laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya.
"Nama gue Thomas, panggil gue Thomas." Ucap laki-laki itu.
Amanda tak mengeluarkan sepatah katapun. Air matanya masih mengalir deras. Ia tak lagi menyembunyikan tangisnya. Ia terisak kencang. Kedua tangannya mengepal keras. Bahunya bergoncang.
Pertama kali dalam hidupnya, Thomas melihat seorang gadis yang menangis hebat di hadapannya. Ia tak pernah melihat ibunya menangis pilu. Ia tak pernah melihat gadis-gadis yang ia kencani menangis terisak-isak.
Thomas terdiam. Pertama kali dalam hidupnya hatinya merasa teriris melihat tangis pilu seorang gadis. Pertama kalinya ia merasa ingin melindungi seseorang. Pertama kali ia merasa tersentuh hanya dengan suara tangisan.
Thomas maju beberapa langkah mendekat pada Amanda. Direngkuhnya tubuh gadis itu dalam pelukannya. Didekapnya, membiarkan gadis itu menangis di dadanya. Tak peduli jika bajunya basah oleh air mata.
Amanda tak menolak ataupun membalas dekapan Thomas. Ia gunakan kedua tangannya untuk menutup wajahnya yang basah oleh air mata. Ia berusaha menahan air mata yang keluar begitu saja. Ia harus kuat dan tetap tegar menghadapi semuanya.
Setelah beberapa saat, tangis Amanda mereda. Ia mengusap sisa air matanya, lalu mendongak menatap Thomas yang masih setia menunggunya.
"Terima kasih udah menolongku, Kak Thomas." Ucap Amanda dengan suara serak.
Thomas mengangguk sebagai jawaban. Dirinya sedikit terkejut melihat ekspresi Amanda. Ia kembali tenang dalam waktu singkat. Wajahnya tak terlihat seperti seseorang yang habis menangis dan sedih. Padahal ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hancurnya gadis ini tadi.
"Tolong jangan bicarakan kepada siapa-siapa perihal tadi. Aku mohon pada Kakak untuk merahasiakannya. Dan soal aku menangis juga. Anggap aja gak pernah terjadi." Tambah Amanda, memberikan senyum simpul pada Thomas.
Thomas mengernyit mendengar ucapan Amanda. Tak paham dengan gadis yang baru ia kenal di depannya itu. Lalu tertawa kecil.
"Siapa juga yang mau koar-koar. Gue aja di sini murid baru. Kenal orang juga baru elo. Eh belum kenal ding, gue aja gak tau nama lo." Thomas bergerak ke sisi tubuh Amanda, menyandarkan punggungnya ke dinding. Mereka sekarang sedang berada di atap sekolah yang sepi.
Amanda mengikuti Thomas menyandarkan punggungnya di sebelah Thomas. Tersenyum kecil mendengar penuturan laki-laki di sebelahnya. Ia tak tahu, laki-laki yang ia cap sebagai berandalan tadi adalah orang yang menolongnya dari pembullyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Senior
RomanceNama lengkapnya Thomas Rafe Valiant. Dia adalah putra kedua dari Mr. Valiant. Pernah tidak naik kelas saat kelas dua SMA bersama kedua temannya. Buruk perangainya, bahkan kata teman-temannya dia pelit dan tidak modal. Sampai pada akhirnya dia dipind...