PDS 10

13.6K 1.7K 49
                                    

Hi! Apa kabar? Semoga baik ya

Di part ini aku bakalan up kalau yang ngevote 115 dan yang komen 25. Why? Karna banyak yang baca tapi pada nggak ngevote, aku kan jadi kit ati. Elah canda, ya intinya banyak yang reader silent.

So jangan lupa vote dan komen biar aku cepet up!!

Happy reading!!!

***

Kini keadaan kelas Aletta sedang tak kondusif. Teman-temannya sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Ada yang sedang bernyanyi, ngegosip, bermain game, ada pula yang berdiam diri saja sambil bermain handphone, termasuk Aletta dan Lea. Mereka berdua sibuk dengan gawainya masing-masing tanpa mempedulikan teman-teman mereka yang banyak tingkah seperti setan kerasukan.

Lah, setan kerasukan? Bagaimana caranya?

"KU MENANGIS... MEMBAYANGKAN, BETAPA KEJAMNYA DIRIMU ATAS DIRIKU..." Suara bernyanyi milik Reksa terdengar menggelegar memenuhi seluruh penjuru kelas. Untung saja pintu kelas tengah tertutup, jadi suara nyanyian Reksa dapat tersamarkan.

"KAU DUAKAN CINTA INI, KAU PERGI BERSAMA NYA... HUO, HUO..." Kini gantian suara Reyna yang terdengar.

"KU MENANGIS MELEPASKAN KEPERGIAN DIRIMU DARI SISI HIDUPKU,"

"HARUS SELALU K–"

"–assalamualaiku, selamat siang semuanya." Suara merdu milik 2R yang sedang bernyanyi bersama terpotong oleh suara salam dari seorang pria tampan berdiri di depan pintu ke dalam kelas psikolog.

Kelas yang semula sangat berisik seperti pasar malam seketika langsung hening. Termasuk Reksa dan Reyna yang langsung diam tidak melanjutkan nyanyian mereka lagi. Fokus seluruh mahasiswa maupun mahasiswi di kelas ini langsung tertuju kepada sosok pria tampan tersebut, termasuk Aletta dan Lea langsung ikut mengalihkan pandangannya dari handphone menuju sosok pria tampan itu. Beberapa diantara mereka memekik senang, lantaran mereka sering melihat sesosok pria tampan itu di layar tv.

"Eh, itu siapa anjir? Cakep banget."

"OMO! Itu pengusaha muda yang sering lewat di tv gue."

"Jangan bilang itu dosen barunya."

"Wah, kalau beneran sih, kece abis."

"Wah, kalau dia dosen barunya sih, gue betah di kelas."

"Nah iya, gue nggak bakalan ngebolos lagi deh,"

"Gue seminggu full diajar sama dia juga gas aja."

Bisik-bisik teman cewek di kelas Aletta sangat terdengar jelas. Sampai-sampai Aletta dan Lea bingung, sebenarnya mereka tuh niat bisik-bisikan atau tidak? Tapi setelah itu Aletta terlihat memikirkan sesuatu.

Loh, itu kan orang yang waktu itu ketemu gue di kantin sama di taman waktu joging. Batin Aletta setelah mengingat.

"Tadi saya salam loh, masa nggak dibalas. Ok, saya ulangi sekali lagi. Assalamualaikum semuanya." 

Walaupun mereka tampak ragu, tetapi mereka tetap membalas salam itu. "Waalaikumsalam," balas mereka serempak.

Reyfan mengangguk singkat. "Selamat siang! Sebelumnya perkenalkan nama saya Reyfan Putra bagaskara. Saya di sini sebagai dosen pengganti Bu Lisa yang tengah cuti hamil. Apakah ads pertanyaan?" 

"Bapak umur berapa?" tanya salah satu teman cewek Aletta.

Reyfan menatap sesosok gadis yang duduk di pojok belakang. "Saya berusia dua puluh enam tahun," balas Reyfan tersenyum ramah.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang