PDS 50

7.3K 1.1K 126
                                    

Hi guys!

Plise jangan jadi silent readers ya? Seenggaknya kalian dengan komen "." aja aku udah seneng kok

So jangan lupa vote dan komen 🔥

***

Seorang wanita menggunakan jas putih terlihat sedang menggerakkan-gerakkan suatu alat di atas perut Aletta. Lalu, terpampanglah suatu gambar yang tak terlalu jelas dari monitor. "Wah, ternyata janin Ibu Aletta kembar. Brarti kalian akan langsung memiliki dua anak sekaligus," tutur dokter wanita tersebut.

Senyum lebar Reyfan terpancar. "Anak kita kembar, Dok?" tanyanya memastikan.

Dokter itu pun mengangguk, membantu Aletta untuk duduk kembali. Beliau kemudian berjalan ke arah mejanya yang tak terlalu jauh dari ranjang yang ditempati oleh Aletta tadi.

Reyfan memundurkan salah satu kursi yang berhadapan dengan meja dokter tersebut untuk diduduki oleh istrinya. Setelahnya, dia pun langsung ikut duduk untuk mendengarkan penjelasan dari dokter tentang kehamilan Aletta.

"Alhamdulillah, kedua janinnya sehat. Usia kandungan Ibu Aletta baru menginjak lima minggu, jadi masih rentan-rentannya untuk terjadi sesuatu. Nanti saya beri resep vitamin yang bisa Ibu Aletta minum sehari 3x untuk memperkuat janinnya. Saya sarankan untuk tidak melakukan hubungan badan terlebih dahulu sampai usia janin sekitar enam belas minggu atau empat bulan," terang sang dokter seraya menuliskan resep vitamin di selembar kertas.

Penjelasan barusan membuat Reyfan tercengang. Diteguknya ludahnya secara kasar. Apa katanya, empat bulan? Yang benar saja! Mana bisa dirinya menahan selama itu untuk tidak berhubungan badan dengan sang istri. Mungkin saja Aletta bisa tahan, tapi apakah dirinya bisa menahannya? Melihat istrinya di pagi hari hanya terbalut dengan handuk saja dia sudah panas dingin. Lantas, bagaimana caranya agar bisa menahan hasratnya untuk tidak menyetubuhi wanitanya itu? Apakah ia harus menyewa wanita panggilan? Ah, tidak!

Aletta yang melihat mimik wajah sang suaminya yang tegang pun mengulum bibirnya ke dalam. Rasain! Pikirnya menahan tawa.

"Oh, jadi nggak boleh berhubungan selama usia kandungan belum empat bulan, ya, Dok?" Sengaja Aketta bertanya, melirik suaminya sekilas.

Pertanyaan Aletta dibenarkannya oleh dokter tadi. "Bukannya tidak boleh, Bu, tapi saya sarankan untuk usia kandungan di atas empat bulan jika ingin melakukan hubungan suami istri. Karna di usia empat bulan, janin sudah mulai kuat."

Reyfan meremat ujung celana pendeknya. "Tapi kalau hubungannya hati-hati bolehkan, Dok?" Tidak udah diberi tahu, kalian pasti sudah tahu siapa penanyanya.

Dokter itu tersenyum kecil. "Pasti bapak tidak sanggup menahannya, ya?" godanya menatap geli sepasang suami istri baru yang berada di depannya.

Aletta menunduk malu. Yang ditanya siapa, yang malu siapa.

Senyum kikuk Reyfan tak dapat disembunyikan. "Ya, gitu, Dok. Masalahnya istri saya seksi banget, Dok. Jadi saya nggak yakin kalau bisa nahan hasrat selama itu disaat saya melihat istri saya setiap hari terlihat semakin seksi dan menggoda."

"Mas!" peringat Aletta memelototkan matanya, ketika sang suami tak bisa menjaga ucapan vulgarnya.

Dokter wanita tadi salah tingkah. Resikonya menjadi dokter kandungan ya begini. Dia berdeham singkat, untuk melanjutkan perkataannya. "Boleh, asalkan berhati-hati dan tidak terlalu sering. Tapi, jangan dulu untuk saat ini, dan jangan membuang sperma di dalam rahim, ya, Pak? Karna dapat memicu terjadinya pendarahan hingga abortus," ujarnya.

"Tuh, kan, boleh, Yank. Alhamdulillah, ya!" Reyfan bersyukur, mengecup punggung tangan Aletta yang sedang memahami penuturan dokter wanita barusan.

Sesudah paham, tatapan kesal Aletta menyorot kepada suaminya. "Mas! Udah, ih! Malu," bisiknya setengah merengek.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang