PDS 24

8.6K 1.2K 24
                                    

Hai semuanya!

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!

Happy reading!!!

***

Keluarga Aletta kini tengah makan malam bersama di ruang makan, tak terkecuali Alan dan Alin. Mereka makan dengan khitmat.

Makanan Aletta telah tandas menjadi yang pertama kali. Gadis itu meneguk segelas air, sebelum ia membuka sesi obrolan dengan sanak keluarganya.

"Pa, Ale mau holiday sama temen-temen sebelum Ale nikah. Boleh, ya?" Aletta meminta izin kepada sang papa, setalah siang tadi ia meminta izin kepada sang mama.

Alin menyahut ketika kakak sepupunya membajas liburan. "Wah, mau holiday? Alin ikut dong Kak, Al!"

"Gue juga mau ikut, Al. Jarang-jarang gue pas ke Indo liburan," Alan ikut menimpali.

Aletta berdecak sebal kepada kedua sepupunya. Ia saja belum mendapat perizinan dari sang papa, eh, sepasang kakak beradek itu malah menyela. Ternyata sifat mereka hampir sama. "Ck,bentaran kenapa, sih?! Gue lagi minta izin ke Papa, nih. Boleh, kan, Pa? Plise!"

Sang kepala keluarga menatap anak gadisnya. "Emang mau kemana, Dek?"

"Rencananya sih mau ke Bali, Pa."

Andi menganggukkan kepalanya mengerti. Anaknya memang perlu berkumpul bersama teman-temannya sebelum dia menikah. Liburan juga bukan ide yang buruk. "Boleh, asalkan kamu harus jaga diri baik-baik. Bali itu jauh kalau dari sini, paham?"

Mata Aletta berbinar. Bali, i'm coming! "Paham, Pa."

Aletta sedikit risih ditatap penuh harap oleh sepupunya. "Kenapa, sih, Lin?"

"Kak, Alin boleh ikut, ya? Plise!" Gadis polos itu menyatukan tangannya di depan dada dengan kedua mata bulatnya yang berkaca-kaca.

"Ale kan cantik, pasti gue boleh ikut dong. Ya kali gue nggak boleh ikut."

Laskar yang sendari tadi terdiam ikut menyahuti. "Gue juga ikut, Dek."

Menaruh gelasnya sedikit kasar, kemudian Aletta mendelik menatap ketiga insan yang memohon kepadanya untuk ikut berlibur. Hei, ini sebenarnya hanya acara dirinya beserta ketiga sahabatnya, lantas mengapa mereka bertiga ingin ikut?

"Kok semuanya jadi pengen ikut, sih. Dikira piknik keluarga apa?!" deliknya meraih sepotong tempe goreng, lalu ia koyak menggunakan gigi dengan kasar.

Alin masih kekeh dengan keinginannya. Gadis blasteran itu terus memohon kepada kakak sepupunya. "Boleh, ya, Kak?"

"Boleh! Boleh! Boleh! Harus boleh! Kak Ale kan baik. Udah baik, pacarnya Jaehyun lagi."

Mendengar kalimat terakhir dari sepupunya, Aletta tersenyum lebar. Kalau begini bisa dipertimbangkan. Langsung saja Aletta mengiyakan keinginan Alin.

Sepupu Aletta itu bersorak senang. Dia tahu jika kakak sepupunya itu akan lemah dengan sesuatu menyangkut Jaehyun. "Yey! Alin pergi ke Bali."

"Tapi gue harus bilang sama temen-temen gue dulu. Kalau boleh ya kalian ikut, kalau nggak ya terima nasib aja."

"Nggak pa-pa, semoga aja boleh. Kalau nggak boleh, kita ke Bali sendiri, ya, Kak Laskar!" Laskar mengangguk mengiyakan.

Gadis bersweater dark grey itu berdeham. "Ma, Pa, Ale mau pergi dulu."

Kursi tempat duduknya saat makan tadi, Aletta mundurkan agar tubuhnya bisa keluar dari selipan meja dan kursi.

"Kemana, Al? Malam-malam gini anak gadis mau keluar," tutur Risa.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang