Kiw ketemu lagi nih kita
Apa kabar kalian? Semoga sehat ya
Ada yang kangen sama PDS nggak ni ?
Jangan lupa vote, komen, dan share ya!
Happy reading!
***
"Eh, Al. Ke toko sepatu langganan gue, yuk!" ajak Lea setelah mereka berdua sampai di Mall.
"Ngapain?" tanya Aletta mengerutkan alisnya.
"Nyari buku. Ya, nyari sepatu, lah! Gitu aja pake nanya, dasar peak!" Lea menatap kesal Aletta.
"Biasa aja, dong! Padahalkan gue cuma basa-basi doang, setan!" sarkas Aletta tak kalah kesal. Apakah dirinya salah? Padahalkan ia bertanya dengan baik-baik.
Lea menatap Aletta tak percaya. Tumben sekali sahabatnya ini pakai acara basa-basi. "Tumben banget lo pakai acara basa-basi, biasanya mulut lo juga langsung nyeplos gitu aja."
"Heh, anjir! Lo kok nyebelin banget, sih?! Gue udah bicara baik-baik, ya, sama lo! Gue ke sini bukan mau ngajakin lo buat berantem," emosi Aletta menatap sengit Lea.
"Eh, yang ngajakin berantem tuh siapa? Jelas-jelas yang ngajakin berantem duluan itu lo!"
"Yang mulai siapa coba? Lo, ya! Enak aja gue. Coba kalau lo tadi jawab pertanyaan gue baik-baik, nggak mungkin gue ngegas kayak gini ke lo."
Ya begitulah mereka, sering memperdebatkan masalah yang terbilang sepele. Padahal saat ini mereka berdua tengah berada tempat umum, yaitu Mall. Bisa dipastikan jika perdebatan mereka berdua disaksikan oleh pengunjung yang sedang berlalu-lalang. Para pengunjung menatap mereka dengan heran, apakah kedua wanita itu tak malu memperdebatkan masalah kecil di tempat umum?
"Ya Allah, Al! Gue pengen banget ngebi–"
"–mbak, kalau mau berantem jangan disini, dilihatin banyak orang tuh," potong ibu-ibu paruh baya menghentikan perdebatan mereka.
Aletta dan Lea spontan menengok ke kanan dan kiri. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh ibu-ibu tadi, mereka berdua sedang menjadi sorotan mata pengunjung yang datang. Kedua pasang sahabat itu tersenyum kikuk menjadi malu. Kemudian, Lea menyeret tangan Aletta untuk menjauhi tempat mereka berdebat tadi.
"Asli, Al. Malu banget gue sumpah," keluh Lea menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Lah, kan tadi lo yang mulai."
"Udah diem, deh, Al. Lo diam aja bisa nggak, sih?! Nggak usah mancing emosi gue lagi."
"Lah, kan kita lagi di Mall, emang ada pemancingannya, ya?" tanya Aletta mengerjap polos.
Bangsul, sahabat gue o'on banget, sih. Batin Lea seraya tersenyum paksa.
Rasanya, ingin sekali Lea meraup wajah Aletta yang menampilkan ekspresi tak bersalah itu. Satu yang Lea kesal dari Aletta. Walaupun Aletta dianugerahi otak yang encer dan cerdas, tetapi terkadang penyakit bodoh juga bisa hinggap di otak Aletta. Seperti saat ini contohnya.
"Udah lupain aja. Sekarang lo ikut gue buat nyari sepatu, ayok!" Lea menggandeng–ah, tidak. Lebih tepatnya menyeret lengan Aletta agar gadis itu mengikuti dimana langkahnya akan berpijak.
Mereka berdua berjalan menuju toko sepatu langganan Lea. Setelah mereka berdua berputar mengelilingi lantai dua, kini tibalah mereka di toko sepatu yang dimaksud oleh Lea.
"Selamat datang di toko kami. Ada yang bisa saya bantu, Kak?" sambut pelayanan toko itu saat mereka berdua baru saja memijakkan kakinya di pintu toko.
"Bentar, Mbak. Mau liat-liat dulu," jawab Lea menatap sekeliling toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak dosen sedeng [Telah Terbit]
Romance[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Ini bukan cerita tentang dosen killer, cool, ataupun dingin. Tapi ini cerita tentang dosen playboy cap bintang lima yang memiliki banyak pacar. Dia adalah Reyfan putra bagaskara. Pria berusia 26 tahun ini a...