PDS 59

7.3K 896 105
                                    

Hi guys!!

Susah ya? Tapi nggak pa-pa, itu hak kalian

Happy reading!!!

***

Aletta menggoreskan tinta dari bolpoinnya ke selembar kertas guna mengisi sesuatu. Kertas di tangannya ini adalah kertas formulir yang harus diisi agar bisa melaksanakan sidang skripsi. Bolpoinnya dengan lincah menari-nari di atas kertas tersebut.

Sekarang, Aletta sedang berada di ruangan Reyfan dengan sang pemiliknya yang berada di kursi sebrang. Setalah melakukan revisi dibeberapa bagian, akhirnya hari ini dia sudah bisa mengisi formulir sidang. Terlihat gurat kesenangan terpampang jelas di wajah cantik miliknya. Memang ia bertekad, melakukan satu kali sidang dan tak perlu melakukan yang kedua kalinya sebagai pengulangan.

"Mau mas bantu?" Suara Reyfan memberi tawaran kepada istrinya.

Aletta yang sibuk membaca dan mengisi formulir, lantas menggeleng. "Nggak usah, Mas. Bentar lagi selesai."

Reyfan menurut, tidak memaksa. Tak urung dirinya juga merasa senang karna sebentar lagi istrinya akan segera lulus.

Mendorong kursinya ke belakang, Aletta berdiri dari duduknya sesudah memasukkan peralatan tulis ke dalam tasnya kembali. "Mas, aku mau ngumpulin ini dulu, ya?"

"Mau mas anter?" tawar Reyfan lagi, masih mendapat balasan sama.

"Nggak usah, aku udah ditunggu sama Lea di depan, kok. Dia juga mau ngumpulin formulirnya."

"Kamu pulang sama mas, loh!"

"Iya, Mas. Aku pergi dulu, ya," pamit Aletta keluar dari ruangan dosen ini.

Sekeluarnya dari ruangan, ia menemukan Lea sudah duduk manis menunggunya di depan mading. "Yok!"

Sepasang sahabat itu berjalan beriringan melintasi koridor menuju tempat tujuan. Koridor terlihat ramai dipenuhi oleh mahasiswa yang berseliweran atau hanya sekedar duduk di kursi tepi saja. Sudah pasti diantaranya terdapat juga yang asik sendiri terhadap tugas.

Tak sengaja, mereka berdua berpas-pasan dengan Reksa yang sepertinya baru saja selesai bimbingan.

"Mau kemana kalian berdua?" tanya cowok itu berhenti.

Aletta dan Lea secara bersamaan mengangkat formulirnya. "Mau ngumpulin formulir buat sidang. Lo sendiri?"

Reksa merosotkan bahu, wajahnya terlihat sangat masam. "Baru selesai bimbingan. Terus akhir-akhirnya revisi lagi, deh," desahnya lesu.

"Brarti lo nggak ikut sidang gelombang satu?"

"Boro-boro. Udah bisa bimbingan dan nggak ngulang semester aja udah bersyukur, apalagi ikut sidang gelombang pertama, pasti bonyok gue bangga banget."

"Gue duluan, mau nongkrong sama anak-anak," imbuhnya berpamitan, berlalu begitu saja.

Pandangan Aletta mengikuti kemana perginya Reksa. "WOI, REKSA! PANTESAN LO REVISIAN MULU, KERJAAN LO AJA MAIN TERUS!" pekiknya membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Lea yang berdiri di sampingnya menahan kekesalan. Ternyata kelakuan sahabatnya ini masih sama saja, tidak ada yang berubah. Sama-sama bikin malu.

"BODOAMAT! GUE PUSING MIKIR SKRIPSI, MENDING MAIN BUAT NENANGIN OTAK. PANAS OTAK GUE MIKIR TERUS." Sang empu balas berteriak, tanpa membalikkan badan.

Perlahan, lantaran kepalang malu, Lea berlari cepat menjauh dari Aletta.

"Tu anak dibilangin bebel banget, ya, nggak, Le?" Aletta mengerut bingung kala tak mendapati sang sahabat di sampingnya. Kelopak matanya mengitari seluruh penjuru koridor, dan menemukan orang yang dicarinya berlari menjauh.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang