PDS 19

9.7K 1.3K 80
                                    

Hi guys!!

Aku up sekarang aja, lama kalau nunggu 160 vote dan 50 komen. Karna banyak banget yang nggak vote dan komen, aku up sekarang karna aku takut kalau kelamaan kalian lupa alur

So jangan lupa vote dan komen!!!

Happy Reading!!!

***

Setelah sampai di rumah, Aletta langsung menuju kamarnya untuk mandi. Karna waktu yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

Sebenernya, kelas Aletta telah usai sendari pukul setengah empat sore tadi, tapi gadis itu harus menunggu Reyfan terlebih dahulu yang sedang mengajar.

Aletta mandi di kamar mandinya yang berada di dalam kamar. Kurang lebih lima belas menit, ia telah selesai dengan ritualnya. Dia memilih menggunakan baju oversize serta juga celana hot pantsnya, membuat celananya tertutup oleh kaosnya.

Aletta menggunakan skincare-skincarenya yang tidak terlalu banyak. Aletta memilih untuk turun menuju ruang tengah, seusai mengenakan semua itu.

"Ma, Bang Laskar mana kok nggak keliatan?" tanya Aletta, lalu duduk di samping Risa yang sedang melihat sinetron.

"Belum pulang."

"Loh, kok belum pulang? Ini kan udah mau magrib, Ma."

Risa mengendikkan bahunya. "Tadi Alin ke kantornya papa, disuruh Laskar katanya. Nggak tau ngapain, mungkin mereka lagi ada urusan."

Aletta mengerutkan keningnya tajam, benar-benar tak mengerti. "Urusan?" gumamnya.

"Urusan apa, Ma?" 

Risa berdecak kesal. Dipikir ia cenayang, hah?! "Ya mana mama tau, kan yang di suruh kesana Alin, bukan mama."

"Terus Alan kemana?" Aletta beralih bertanya tentang sepupu cowoknya.

"Tadi Alan nganterin Alin ke kantornya papa, terus sekarang mama nggak tau. Mungkin lagi main," jawab Risa mengambil cemilan, tanpa menatap anaknya sama sekali.

Aletta menganggukkan kepalanya, namun ia sedang berpikir kritis.

Bang Laskar sama Alin akhir-akhir ini deket banget. Apa cuma perasaan gue aja. Batin Aletta bertanya-tanya.

Setelah itu ia mengendikkan bahunya acuh. Paling cuma main doang, pikirnya. Lagipula ini bukan urusannya kan? Jadi ya biarkan saja.

"Oh, iya, Dek. Tadi mama masak tengkleng, jadi tolong kamu anterin sebagain tengklengnya ke rumah Anta, ya? Soalnya mama tadi masak banyak banget," pinta Risa kepada Aletta.

Aletta mengiyakan, tanda setuju. Toh jika ia menolak, ia pasti akan dimarahin oleh mamanya. Jadi ia cari aman saja.

"Mana tengklengnya, Ma?" tagihnya menyodorkan tangan.

"Di dapur, minta aja sama Bi Asih. Mama lagi liat sinetron kesukaan mama, jadi jangan diganggu."

Aletta mencibir dalam hati. "Kebiasaan," gumam Aletta, lalu berjalan menuju dapur dimana sudah ada Bi Asih yang sedang mempersiapkan sesuatu.

Aletta menepuk pelan pundak Bi Asih, membuat berumur setengah abad itu terkejut. "Eh, Ya Allah, Non! Kaget saya."

Bukannya meminta maaf atau hanya sekedar merasa bersalah, Aletta justru tertawa. Putri dari pasangan Andi dan Risa itu memang minus akhlak.

"Non mau ambil tengkleng buat den Anta, ya?" tanya Bi Asih, membuat Aletta menghentikan kekehannya. Hampir saja ia melupakan perintah mamanya itu.

"Iya, Bi. Mana tengklengnya? Mau Ale antar sekarang aja."

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang