PDS 49

6.9K 1.1K 108
                                    

Hi guys

Aku up lagi nih, rajin banget kan aku😭

So jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote dan komen ya!

Happy reading!!!

***

Aletta memberesi buku-bukunya yang berada di atas meja. Hari ini kelasnya hanya ada lima sks saja, jadi pada pukul dua siang ini dia sudah bisa pulang. Dimasukkannya satu buku terakhir, lalu menjinjing sisanya. Mengapa semuanya tak dimasukkan ke dalam tas saja? Karna jawabannya adalah berat. Apalagi buku-buku itu terdiri dari lima ratus lebih halaman.

"Al!" panggil Lea dari kursi sebelah.

Si pemilik nama menoleh sekilas. "Kenapa?"

"Gue ajak beli dress, yuk!"

Aletta mengerutkan alisnya bingung, tak biasanya. "Tumben."

Lea menggembung pipinya kesal, lalu mencebikkan bibirnya. "Buat besok malam. "

Memutar tubuhnya sembilan puluh derajat, Aletta yang penasaran menhadap Lea. "Besok malam? Mau ada acara apa lo?"

Tidak langsung menjawab, Lea melengokkan kepalanya ke arah pintu. Mengamati apakah semua teman-temannya sudah keluar dari kelas atau belum. Dirasa hanya tersisa mereka berdua berada di kelas,dia mencondongkan tubuhnya ke samping dimana tempat sahabatnya berada. "Besok gue mau dating sama Anta, " bisiknya lirih, menimbulkan munculnya seburat merah di pipi gadis itu.

Mata Aletta membulat tak percaya.

Brak

Dia memukul meja kasar, hingga membuat Lea terjengkit kaget.

Diusapnya dada dirinya sendiri oleh Lea seolah berkata "sabar" kepada dirinya.

"Yang bener?" tanya Aletta heboh.

Belum sempat sang empu menjawab, Aletta terlebih dahulu memotongnya. "Wah, parah. Kalian berdua nggak ngasih tau gue. Si Anta itu juga, mentang-mentang udah ada lampu ijo, eh, malah lupa sama temen yang dulunya selalu diajak curhat," dumelya langsung membanting tas ke atas meja. Untung di dalam tasnya tak ada laptop.

Rasa penasaran dan tertarik muncul di benak Lea. Dia ingin mengorek informasi lebih dalam. "Seriusan Anta sering curhat sama lo tentang gue?"

Tidak berlama-lama anggukan Aletta membernarkan. "Sering banget. Dulu awalnya waktu gue tanya dia suka nggak sama lo, dia jawabnya enggak. Eh, giliran dia tau kalau lo suka sama Kak Gevan, dia langsung bilang kalau dia suka sama lo."

"Kok lo nggak pernah bilang kek gue?!" Tatapan kesal Lea layangkan kepada satu-satunya sahabat sesama jenisnya. Bukan hanya sejenis kaumnya, tapi juga sejenis akhlaknya. Sama-sama minus.

Pukulan dari Aletta mendarat di punggung Lea. Dari dulu, apabila berhadapan dengan sahabatnya ini, kenapa dia selalu disalahkan? Huh, menyebalkan. "Heh, gue udah pernah bilang ke lo, ya! Waktu lo nangis-nangis karna Kak Gevan, gue terus-terusan bilang kalau Anta suka sama lo."

"Gue tau kalau lo sering bilang kalau Anta suka gue. Tapi, lo nggak pernah bilang kalau Anta sering curhat tentang gue ke lo."

"Iya, udah, ah, terserah! Kadi nggak, nih? Kalau jadi gue mau pamit sama suami gue dulu."

"Jadilah!" semangat Lea. Sekalian cuci otak, pikirnya.

Mendapat balasan pasti, Aletta merogoh handphonenya pada saku sweater, mulai berkutat dengan benda itu.

----

Suamiku (asli) bukan halu

Mas, aku izin mau nemenin Lea beli dress dulu, ya? Sebentar, kok. Sebelum mas pulang, aku udah sampai rumah.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang