PDS 21

8.9K 1.2K 74
                                    

Hi apa kabar?

Semoga sehat ya!

Aku bakalan up kalau chapter ini yang vote udah 130 dan yang komen 25

Happy reading!!!

***

Hari ini mahasiswa dan juga dosen diliburkan, karna digunakan persiapan ujian kenaikan semester senin minggu depan. Semua warga kampus itu memanfaatkan waktu tersebut dengan berbagai macam hal dan juga kegiatan, termasuk anak sang pemilik kampus, Reyfan. Kebetulan juga hari ini Reyfan tidak ada meeting dengan kliennya, dan Reyfan juga sudah usai mengerjakan berkas-berkas yang menjadi tugasnya.

Reyfan memanfaatkan hari ini untuk hangout bersama pacar-pacarnya. Hal ini merupakan salam perpisahan dari Reyfan untuk para pacarnya, sebelum ia menikah dengan Aletta nanti. Anggap saja mereka sudah lulus menjadi pacar Reyfan.

"Ih, Reyfan kenapa kita naik truk, sih?!" Suara kesal sedikit manja itu jelas punya Sarah.

Memang benar, saat ini mereka sedang menaiki truk untuk menuju pusat perbelanjaan mewah yang berada di pusat kota.

"Iya, ih, Reyfan. Ganteng, tajir, pinter, masa ngajak pacar-pacarnya main dinaikin truk kaya gini. Nggak modal banget!" cetus Friska menimpali. Padahal ia sudah berdandan cantik karna akhirnya ia akan hangout bersama pacarnya. Eh, kenyataannya malah dapat seperti ini.

"Udah dandan cantik-cantik, pakao baju bagus, eh, malah naik truk. Kaya orang kena bencana alam tau nggak?!"

Reyfan menatap mereka para pacarnya tak suka. Sudah dibayari, tinggal naik, masih aja banyak cakap. "Kalau  aik mobil nggak akan muat, misalnya cuma satu atau dua orang sih fine-fine aja. Lah, ini berapa tadi? Dua puluh lima, ya?" Ia sedikit ragu apakah benar semua total pacarnya ini hanya dua puluh lima.

"Tiga puluh tiga!" koreksi Cantika membernarkan.

Reyfan meyugar rambutnya ke belakang. Ternyata pacarnya banyak juga. "Wah, banyak banget, ya? Nah tiga puluh tiga, kan? Dari pada jalan kaki, jauh, capek, panas lagi. Mending naik truk kayam gini, kan? Enak, nggak capek, tinggal duduk doang." 

Sarah membetulkan penuturan Reyfan. "Iya juga, sih." 

Reyfan menjentikkan jarinya. "Nah, mendingan, kan? Dari pada jalan."

"Ih, tapi nggak gini juga kalik Reyfan!" greget Sarah. Walaupun ia tadi sempat membetulkan penuturan Reyfan, tetapi ya bukan gini juga caranya.

"Ya udah sih tunggal duduk." Reyfan membalas acuh tak acuh. Yang terpenting ia tak menyuruh mereka semua untuk berjalan kaki, ia masih baik memboyong pacarnya semua menggunakan truk.

"Nggak, ah, panas." Friska mengeluh, mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kipas kertas.

"Mau naik yang nggak panas?" tanya Reyfan, dibalas mereka semua oleh anggukan kepala.

"Ya udah sana naik ambulans." Reyfan hampir saja menyemburkan tawanya, membayangkan terdapat masa pacarnya diboyong menggunakan mobil emergency itu.

Kumpulan pacar Reyfan itu menggerutu kesal. Ya kalik mereka sudah cantuky jelita macam ini akan dinaikkan ambulans.

"Kok ambulans, sih?!" Satu-satunya pacar Reyfan yang berani seperti ini adalah Sarah. Karna apa? Karna ia adalah ketua dari semua pacar Reyfan.

"Naik atau nggak usah ikut." Reyfan memberi pilihan, dengan sangat terpaksa mereka naik dan duduk di truk tersebut.

Setelah itu Reyfan duduk di kursi depan samping kemudi. "Ayo jalan, Pak!"

Sang sopir truk akhirnya menjalankan truknya, sesekali sang sopir menahan tawa saat matanya tak sengaja melihat kaca spion. Dapat dilihat dari kaca spion, para pacar dari pemuda di sebelahnya sedang kepanasan dengan make-up mereka yang sudah mulai meluntur.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang