PDS 20

10.1K 1.2K 31
                                    

Hi guys!!

Jangan lupa vote dan komen biar aku cepat up

Happy reading!!!

***

Seorang gadis cantik sedang asik rebahan di kasur queen sizenya. Gadis tersebut adalah Lea. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi ia sama sekali tak ada niatan untuk beranjak dari posisi terlentangnya. Bukan karena apa, hari ini Lea sedang ada kelas siang, jadi ia memanfaatkan waktu paginya untuk rebahan santuy sambil berhalu ria.

Tringgg

Suara alarm pengingat mengganggu aktivasinya. Lea menggerutu kesal. "Alarm apaan, sih?! Ya kali gue bikin alarm bangun jam delapan pagi, bangun tidur jam tujuh aja udah digeplak nih kepala sama bunda, apa lagi jam delapan."

Lea mendudukkan badannya lalu bersandar di kepala ranjang, meraih handphonenya. Sebelum mematikan alarm pengingat, ia terlebih dahulu membaca judul alarmnya. 'Kak Gevan sidang skripsi.' itu yang tertulis pada judul alarmnya.

"Kak Gevan sidang skripsi?" gumam Lea tak paham.

"ANJIR GUE LUPA! NANTI JAM SEMBILAN KAN KAK GEVAN SIDANG SKRIPSI," pekik Lea heboh.

Gadis itu sontak melompat dari ranjangnya, lalu dengan tergesa berjalan ke arah dapur. Lea berniat memasakkan makanan untuk Gevan. Ia sibuk berkutat dengan alat serta bahan-bahan dapurnya.

"Masak apa, Kak? Tumben." Leni, Bunda Lea bertanya saat melihat anaknya sibuk berkutat di dapur. Masalahnya, anak gadisnya ini jarang sekali menyentuh dapur, apalagi untuk memasak. Wajarkan jika ia terheran.

"Ah, ini masak makanan buat Kak Gevan, Bun," jawab Lea masih fokus memotong-motong bahannya.

Alis Bunda Lea menyatu. "Gevan? Siapa itu?"

"Cuma katingnya kakak, Bun." Lea menjadi khawatir saat bundanya menatap dirinya penuh selidik. Serasa menjadi buronan ia.

Leni memincingkan matanya curiga, lantas ia menaik-turunkan kedua alisnya untuk menggoda sang anak. "Nggak mungkin cuma sekedar kating. Pasti kamu suka sama dia, kan?"

Lea mengeratkan pegangannya di pisau, yang semula biasa saja, sekarang menjadi sangat erat. Bundanya ini cerdas sekali, bisa menebak tepat sasaran. "E–enggak, Bun. Biasa aja, kok," kilahnya.

"Kalau cuma sekedar kating dan nggak ada apa-apa, kamu nggak bakalan rela masak buat dia. Soalnya kan kamu jarang pakai banget masak."

Lea memajukan bibirnya. "Ih, bunda mah gitu."

Leni sontak tertawa. "Hahaha... Bercanda, Kak. Ya udah, lanjut aja gih masaknya, bunda mau ke depan dulu." Lea menghormatkan tangannya.

Gadis berapron coklat itu kembali fokus kepada masakan olahannya.

Selang beberapa menit, masakan yang dibuat oleh Lea telah siap. Ia menata rapi semua makanan itu di dalam kotak makan. "Dah siap, semoga Kak Gevan suka," harapnya.

Lea membersihkan sisa-sisa bahan masakan, menaruhnya dengan rapi di dalam lemari es. Tangannya ia biras dengan bersih, setelah ia tuntas mencuci semua peralatan masak yang kotor tadi. Ia memasukkan kotak nasi untuk Gevan itu ke dalam tote bag kertas berwarna coklat.

Senyum manis Lea tak pudar puas dengan hasil kerja kerasnya. Dengan riang, Lea melangkah menuju kamarnya seraya menenteng tote bag coklat itu.

Gadis berkuncir bawah itu meraih salah satu baju rapi menurutnya. Ia memoleskan sedikit make up di wajahnya. Seusainya mematutkan diri, Lea mengirim pesan kepada Aletta.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang