PDS 34 SAH!

9.5K 1.2K 76
                                    

Hi guys!!

Akhirnya yang author tunggu-tunggu akan terjadi di part ini. Nggak sabar banget sumpah.

Jangan lupa vote dan komen ya!

Happy reading!!!

***

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari ini, pukul 09.00 WIB pada tanggal 3 Januari, tepatnya di ballroom Anggara hotel ijab qobul serta resepsi pernikahan Reyfan dan Aletta akan diselenggarakan.

Di dalam salah satu kamar hotel, Reyfan terlihat gelisah dan grogi secara bersamaan. Dirinya telah siap menggunakan tuxedo berwarna hitam. Ia menghembuskan nafasnya berkali-kali mencoba menenangkan jiwanya.

"Rileks, Fan. Nggak biasanya lo grogi banget kayak gini. Bahkan, waktu tanda tangan kontrak sama perusahaan paling besar di Amerika aja lo nggak grogi sama sekali. Masa cuma kayak gini doang lo grogi, sih," celetuk Raden mengetahui kegugupan sahabatnya.

Sang membuang perlahan nafasnya. "Ini acara pernikahan gue, acara sakral, ya pasti gue grogi, lah! Gue takut nanti waktu pengucapan ijab qobulnya salah. Kan nggak lucu kalau sampai batal nikah.

Dirga, salah satu sepupu sekaligus sahabat Reyfan menyetujui perkataan dari temannya itu. "Bener, si Reyfan pasti grogi, lah. Kan akhirnya dia bisa nikah sama orang yang dari dulu dia suka. Gue dulu waktu ijab qobul juga grogi banget."

Tawa Raden menggelegar ketika ia mengingat bagaimana groginya seorang Dirga saat prosesi ijab qobul akan diselenggarakan. Bisa-bisanya sahabatnya ini dalam waktu ijab qobulnya dimulai, dia malah berlari ngacir menuju toilet untuk buang air kecil. Sebegitukah groginya seorang Dirga. "Hahaha, gue ngakak banget asli. Bisa-bisanya lo langsung lari pas ijab qobul mau dimulai. Terus dengan bodohnya, mereka pada ngikutin sampe ke depan toilet, dikira lo mau kabur. Hahaha, capek banget gue. Lo jangan kayak gitu, ya, Fan! Malu-maluin."

Harga diri Dirga serasa tercoreng apabila mengingat kejadian itu. Sungguh benar-benar memalukan. "Lo belum tau gimana rasanya pas waktu mau nikah. Suruh siapa jomblo? Nggak nikah-nikah kan. Pasti nanti anak lo manggil bakal manggil ayahnya kakek, karna umur lo emang udah setua itu. Gini, "Kakekku ternyata adalah ayahku"." Ia dan Reyfan langsung terbahak, menganggap hal itu sangat lucu. Sangat cocok dijadikan untuk judul sinetron.

Tawa menggelegar Raden terhenti, digantikan oleh wajah dongkolnya. Akibat kesal oleh penuturan sahabatnya itu, ia menonjok perut pria itu keras.
Harga dirinya jatuh hanya karna dirinya belum siap untuk menikah. Apa salahnya jika dia belum mau menikah? Menurutnya, wajar jika seorang laki-laki menikah di umurnya yang lebih dari 25 tahun. Karna laki-laki harus siap mental dan juga siap materi. Dia tak ingin keluarganya nanti akan hancur hanya karna setiap hari rumah tangganya diisi oleh pertengkaran suami-istri.

"Gue nggak setua itu. Kita seumuran, umur gue masih 26 tahun. Gue belum siap mental aja, kalau soal materi gue udah kaya, kalian tau itu. Kalau soal calon istri, banyak cewek di luaran sana ngantri pengen jadi istri gue," ungkapnya sombong, tetapi sesuai dengan fakta.

Ungkapannya tadi tak membuat Dirga berhenti mengoloknya. Pria itu masih sangat gencar ingin menistakan Raden. "Sok iye lo! Tapi tetep aja, bentar lagi istri gue lahiran dan pasti bentar lagi si Reyfan istrinya juga bakalan hamil. Lah, lo kapan?"

Tonjokkan dari sahabatnya kembali hinggap di perutnya. Jika tak sakit, ia akan membiarkan itu. Tetapi, tonjokkan pemberian sahabatnya tadi benar-benar sakit. "Anj–nggak boleh ngomong kasar. Iget! Istri lo lagi hamil." Dirga berusaha agar tak menyumpah serapahi si pelaku, dikarenakan istrinya sedang berbadan dua.

Tak bisa berkata kasar pada si pelaku, dia membalas tonjokkan tadi dengan tendangan.

"Aduh, sakit, Dir. Parah lo!" Raden mengusap-usap pantatnya bekas tendangan Dirga. Rasanya terbilang cukup nyeri.

Pak dosen sedeng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang