Misi, aku mau nepatin janji
Oh iya, semisal besok Indonesia menang di piala Aff, aku bakalan up. Ingetin kalau aku lupa
Jangan lupa vote dan komen!
Happy reading!!!
***
Aletta kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Menjadi mahasiswi yang selalu sibuk dengan bertumpuk-tumpuk tugasnya. Namun, bedanya adalah dia sekarang berada disatu tingkat lebih tinggi dari kemarin, lantaran sekarang Aletta telah duduk di semester 8 yang pastinya ia akan disibukkan dengan tetek-bengek preskripsian.
Gadis itu berangkat bersama suaminya menuju kampus. Saat ia hendak keluar dari mobil, tangan Reyfan menahan pergelangan tangannya.
"Kenapa, Pak?" tanya Aletta, menatap pergelangan tangannya.
"Salim dulu." Reyfan menyodorkan tangan dan langsung diterima oleh sang istri.
Aletta mengecup punggung tangan Reyfan, lalu mencium pipi pria itu.
Sang empu sedikit terkejut. Senyuman nampak terpatri di bibirnya. Ternyata istrinya sudah mulai berani. Reyfan membalasnya dengan mengecup dahi gadis itu. "Nggak mau masuk bareng aja?"
Tawaran yang bagus, akan tetapi tak bagus bagi Aletta. "Nggak, Lea udah nunggu disana." Jarinya menunjuk ke arah samping dan terlihatlah sahabatnya sedang menggerutu kesal, lantaran dia sudah terlalu lama menunggu dirinya.
"Ya udah, hati-hati! Belajar yang rajin. Nanti terakhir jam aku, kan?"
Aletta berdeham menyahuti. "Hmm."
"Kalau pulang tunggu aku di ruangan, ya? Aku ada rapat sebentar sama dosen-dosen yang lain," tutur Reyfan lagi.
Duh, buang waktu sekali, pikir Aletta. Daripada tidak ada kerjaan menunggu suaminya, mendingan ia melihat episode terbaru drakor yang baru rilis. "Ya kalau gitu mending saya pulang sama Lea aja, Pak."
Reyfan jelas dengan tegas menolak. Mereka saja berada dalam satu tempat, lantas mengapa mereka harus pulang sendiri-sendiri? Yang ada para tetangga mengira, jika mereka berdua menikah lantaran terpaksa. "Nggak, kamu pokoknya tunggu aku. Kita pulang bareng."
Tak ingin membantah dan mendapatkan gelar istri durhaka, Aletta memilih menuruti suaminya, lalu keluar dari mobil berlari kecil menghampiri sahabatnya.
Lea memukul punggung sahabatnya yang baru datang dengan keras, hingga membuat empunya memekik kecang. "Aduh, sakit woi! Ngapain mukul-mukul orang nggak jelas kek gitu?!" pekik Aletta mengusap punggungnya. Rasanya panas.
Mata Lea sontak mendelik. "Maksud lo apaan ngirimin gue rekaman kayak gitu? Gara-gara lo gue dimarahin sama bunda gue, ya!" Dia harus membikin perhitungan dengan si pelaku.
Ekspresi bingung terpancar di wajah sang pelaku. Apa hubungannya pesan voice notenya dengan Lea yang mendapatkan marahan dari bundanya? "Kok bisa?"
"Ya bisa, lah! Gue bilang ke bunda gue kalau gue pengen nikah, jadi gue dimarahin deh sama bunda gue."
Aletta membela diri tak terima. "Itu mah salah lo! Kalau lo nggak bilang pengen nikah, nggak mungkin lo kena marah sama bunda lo."
Jelas jelas itu adalah salah Lea, mengapa jadi ia yang disalahkan? Aletta kan hanya berniat baik untuk berbagi momen bahagia kepada orang lain, apakah salah? Katanya kebahagiaan orang lain juga bisa membuat diri kita bahagia, jadi Aletta dengan baik hati membagikan kebahagiaannya kepada sang sahabat agar si empu juga bisa ikut berbahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak dosen sedeng [Telah Terbit]
Romance[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Ini bukan cerita tentang dosen killer, cool, ataupun dingin. Tapi ini cerita tentang dosen playboy cap bintang lima yang memiliki banyak pacar. Dia adalah Reyfan putra bagaskara. Pria berusia 26 tahun ini a...