Hi guys!
Apa kabar?
Sehat kan? Harus sih itu mah
Aku mau minta 130 vote sama 25 komen boleh?
So jangan lupa vote dan komen!!!
Happy reading!!!
***
"Alin cepatan woi!" desak Aletta kepada sepupunya.
Yang dimaksud tengah memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper. "Iya, Kak. Alin tinggal masukin dua baju aja, ko."
Sang kakak sepupu memberi ultimatum pada adek sepupunya. "Suruh siapa nggak siap-siap dari kemarin. Sekarang jadinya keteteran, kan? Ini udah jam setengah delapan, dan kita belum sarapan. Padahal jam delapan nanti kita harus udah berangkat."
Aletta merasa sebal kepada adek sepupunya. Bagaimana tidak, sang adek sepupu baru mempersiapkan barangnya di jam setengah enam pagi tadi. Itupun di tengah mempersiapkan barang harus terhenti dikarenakan gadis itu juga perlu mandi.
Disaat hari kemarin yang lain mempersiapkan barang keperluannya, Alin malah asik bersantai membaca novelnya. Lalu setelahnya, ia mengajak Laskar untuk pergi ke Mall guna membeli novel baru. Kebetulan sang empu yang diajak juga sudah membenahi barang-barangnya, jadi ia tak menolak ajakan adek sepupunya.
"Kalau lama gue tinggal, nih," ancam Aletta bersandar di pintu kamar Alin.
"Ih, kok gitu sih? Ini udah, loh," jawab Alin memperlihatkan kopernya yang sudah siap.
Gadis itu keluar melewati Aletta, dengan tangan kirinya yang menarik koper miliknya. "Awas dulu, Kak Al!"
Kedua gadis berbeda umur itu turun ke bawah, guna melakukan sarapan bersama.
Koper milik Alin ditempatkan tepat di samping pemiliknya.
Beberapa menit waktu digunakan untuk sarapan, sekarang mereka telah usai dengan kegiatan itu. Mereka keluar bersama menuju teras, dimana tempat itu sudah terdapat ketiga sahabat Aletta beserta barang-barang mereka.
"Loh, Cas, kok lo nggak bawa apa-apa?" tanya Alan heran kepada Lucas.
Disaat yang lain membawa koper, walaupun itu hanya koper kecil, Lucas terlihat tak membawa apa-apa. Cowok itu hanya membawa waish bag ternama miliknya.
Semua atensi menoleh ke arah Lucas, menanti jawaban.
Sang empu yang ditatap seperti itu reflek menepuk keras punggung Antariksa. "Anjir, gue lupa. Koper gue masih di rumah, bangsat."
Antariksa meringis pelan, menyorot tajam pelaku penepuk punggungnya. Memang rasanya tak sakit, namun sedikit rasa panas menjalar di punggungnya.
Sedangkan orang yang ditatap tajam oleh Antariksa menampilkan ekspresi tak bersalah. Ia justru berjalan mondar-mandir tak jelas.
"Lo gimana, sih? Bisa-bisanya barang utama malah ketinggalan. Fix sih, otak lo beneran seperempat."
Lucas mengerjap-ngerjap dramatis. Rasa takut menjelajahi tubuhnya. Ia takut jika dirinya tidak diperbolehkan mengikuti liburan bersama teman-temannya. "Terus gue harus gimana dong?"
"Ya ambil, lah!" balas mereka serempak, kecuali Alin. Gadis itu mana paham apa yang tengah dibahas oleh mereka.
Mendengar jawaban serempak baru saja, cowok itu berjalan menjauhi rumah Aletta.
"Mau kemana, Cas?"
Lucas berhenti. "Mau ambil koper, lah! Gimana, sih?!"
Aletta menggelemutukan giginya. Hih, gemas sekali ia. "Kelamaan! Ntar yang ada lo kita tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak dosen sedeng [Telah Terbit]
Romance[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Ini bukan cerita tentang dosen killer, cool, ataupun dingin. Tapi ini cerita tentang dosen playboy cap bintang lima yang memiliki banyak pacar. Dia adalah Reyfan putra bagaskara. Pria berusia 26 tahun ini a...