Prolog

11K 796 148
                                    

My Little Gus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

My Little Gus

_Bani Ahmad Story_

Kota Kembang, julukan yang sudah sangat melekat untuk kota metropolitan terbesar di Jawa Barat ini. Di mana lagi kalau bukan Bandung.

Sekilas mendengar istilah Kota Kembang, pasti terlintas bayangan keindahan warna-warnai bunga dan aroma segarnya, namun bayangan tak selamanya sama dengan kenyataan. Begitulah yang dirasakan dua pemuda bersarung yang tengah menyurusi kota ini.

Terik matahari dan asap kendaraan membuat rasa penat mereka semakin menjadi, yang akhirnya membuat mereka memutuskan untuk berhenti di bawah pohon yang di sana terdapat penjual es campur, langsung saja keduanya memesan untuk menghilangkan dahaga.

"Sebenarnya tujuan kamu apa sih, Sha? Masa iya cuma mau muter-muter nggak jelas gini?" tanya salah seorang pemuda yang bernama Hammam.

Sang lawan bicara yang bernama Arsha itu hanya meringis karena sebenarnya dia sendiri juga bingung apa tujuan utamanya jauh-jauh mendatangi kota ini.

"Pengin cari angin aja, Bang!"

Tatapan Hammam berubah curiga pasalnya tidak mungkin sekali sepupunya ini jauh-jauh naik mobil dari Semarang ke Bandung hanya untuk cari angin. Rasanya pemuda yang umurnya satu tahun lebih muda darinya ini bukan pengangguran yang bebas ke sana ke mari tanpa beban.

Keduanya kembali diam, larut dalam pikiran masing-masing. Arsha mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan kepada Hammam sebaris alamat yang sebenarnya ingin dia kunjungi.

"Apa ini, Sha?" Hammam menerima ponsel sepupunya dan memeriksa alamat tersebut.

Arsha kembali melempar senyum. "Sebenarnya pengin ajak Abang nemenin sowan ke alamat itu, tapi aku sendiri bingung nanti sampai sana mau ngapain."

"Emang pondok siapa ini?" tanya Hamam lagi.

Lagi-lagi Arsha meringis, dia terlalu bingung mengurai apa maksudnya datang ke Bandung. Kebetulan dia sedang punya waktu luang dan tiba-tiba saja terlintas pikiran untuk ke kota ini dan mencari alamat itu, alamat sebuah pondok pesantren  yang dia dapat dari salah satu saudaranya yang bernama Alea.

Pemuda yang sedang tak punya tujuan itu bernama Muhammad Arshaka, hampir seperempat abad yang lalu dia lahir di kota Semarang. Terlahir di tengah-tengah keluarga besar Ahmad. 

Bani Ahmad ada salah satu keluarga besar yang cukup terkenal di Semarang. Perjuangan mereka dalam menebar luas ilmu agama menjadikan keluarga itu dikenal baik oleh masyarakat Semarang. Kyai Ahmad, kakek buyut Arsha adalah salah satu kyai besar di kota Atlas itu, hingga kini keluarga Arsha masih sangat aktif dalam mengelola beberap pondok pesantren milik keluarganya.

Selain di Semarang, anggota Bani Ahmad juga ada yang tinggal di beberapa daerah salah satunya di Bandung , kota yang sedang Arsha kunjungi ini. Dan Hammam adalah salah satu sepupunya yang tinggal di sini.

"Pondok milik siapa? Sampai kamu rela jauh-jauh kesini." Hammam mengulangi pertanyaannya karena tak kunjung mendapat jawaban dari Arsha.

"Ya pondoknya Pak Kyai, pengin sowan aja. Abang tau kan tombo ati itu ada lima hal, salah satunya berkumpul dengan orang-orang sholeh!" jawab Arsha.

Hammam mencibir keras jawaban sepupunya yang melenceng ini. "Sekarang aku tau kenapa orang-orang pada seneng manggil kamu Arshableng!"

Mendengar ledekan sepupunya itu, Arsha tidak marah sama sekali malah tertawa, hal semacam itu sudah sering terjadi di keluarganya, dan mereka sama-sama tau, candaan semacam itu hanyalah selingan dan salah satu wujud kekompakan mereka.

Hammam kembali memeriksa alamat pondok itu, keningnya semakin berkerut karena dia sama sekali asing dengan pondok itu. Ya meskipun dia tidak mengetahui semua pondok di Bandung ini, tapi sebagian besar sudah pernah dia datangi.

Tiba-tiba Hammam berdiri. "Eh Sableng! Lu kalau galau jadi dangkal yang pikirannya, ini alamatnya di Bogor!" pekik Hamam ketika menyadari bahwa alamat pondok yang Arsha maksud berada di Kota Bogor.

"Bandung, Bang! Kata Kak Alea alamat rumah Zulfa itu di salah satu pondok Bandung." Arsha ikut berdiri dan tak mau kalah.

Kening Hammam semakin berkerut, tanpa sengaja dia malah jadi mendapat jawaban dari ketidakjelasan Arsha, bahwa dia sedang ingin mencari alamat pondok pesantren yang di dalamnya ada seseorang bernama Zulfa.

"Sejak kapan Cibinong pindah ke Bandung, Arsha!!!" Hammam mulai frustasi menghadapi saudaranya yang tidak jelas ini.

Menyadari kesalahannya, Arsha kembali meringis dan meminta maaf pada Hammam. "Ya Maaf Bang, kan aku asli Semarang, jadi nggak tau!"

Akhirnya mereka berdua kembali masuk ke mobil, Hammam tak berhenti mengomel pada sepupunya itu karena sudah menyia-nyiakan hari ini untuk muter-muter tidak jelas sedangkan yang dicari ternyata berada di Bogor.

"Jadi siapa Zulfa?" tanya Hammam dengan senyum curiganya.

Arsha mengangkat kedua bahunya sambil meringis. "Calon ibune anak-anak."

Hammam semakin ngeri melihat kelakuan sepupunya itu. "Dasar Sableng!"

🌼🌼🌼🌼🌼

Assalamualaikum, kalian nungguin aku nggak? (baca pakai logat itu ya😂😂)

Akhirnya setelah aral merintang, badai menerjang, author bisa kembali menemani kawan-kawan semua di dunia perhaluan ini.
Selamat membaca ya semuanya, semoga cerita kali ini tetap menghibur dan memberi manfaat walaupun sedikit, karena masih banyak sekali kurang dan salahnya.

Terimakasih semuanya masih setia sampai hari ini, jangan lupa tetap jaga iman dan imun yaa kawan.
❤️❤️

Wassalamu'alaikum

_02 September 2021_

11. My Little GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang