26. Ombak Besar

3.3K 660 211
                                    

Masih di bawah atap rumah sakit Semarang, Zulfa duduk terdiam di atas ranjangnya. Persis di hadapannya ada Agung yang sejak tadi bercerita banyak hal, sedangkan Arum hanya bisa diam di sofa, mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Sebenarnya hubungan saya dengan abah kamu itu dekat. Saya salah satu donatur tetap di yayasan yang memayungi pesantren abah kamu, hanya saja saya tidak pernah mengurus sendiri secara langsung jadinya tidak pernah interaksi dengan abah kamu. Kenal akrab dan semakin dekat ya semenjak Reza bermaksud menikahi kamu." Agung meneruskan ceritanya.

"Reza itu cucu kesayangan saya, dia yang dari kecil tak pernah protes dengan peraturan-peraturan saya, makanya besar jadi sukses. Sejak dia mulai dewasa, saya sudah memikirkan wanita yang kelak akan mendampinginya. Harus wanita baik-baik yang bisa mengimbangi langkahnya. Dia sudah membuktikan kesungguhannya pada kamu tapi sayang, kamu berpikir lain." ujar Agung kembali.

"Saya minta maaf," jawab Zulfa.

Agung tertawa kecil. "Saya punya empat cucu dan diantara mereka, Reza yang paling bisa membuat saya bangga dan puas, maka saya juga tidak akan menyalahkan kamu dengan gagalnya lamaran ini, berarti bukan kamu orangnya yang tepat untuk dia."

Untung saat ini hati Zulfa sudah setebal baja mendengar orang yang meremehkannya, maka dia masih bisa tersenyum untuk menanggapi ucapan Agung.

"Ya walaupun saya juga harus sedikit menahan malu karena terlanjur menyiapkan banyak hal untuk lamaran kalian. Saya ada satu permintaan untuk kamu," Agung menatap gadis di depannya dengan sedikit tajam.

"Seandainya bisa, pasti saya lakukan." jawab Zulfa dengan yakin.

Lagi-lagi Agung tertawa kecil, tapi bukan jenis tawa yang ramah. "Saya tidak masalah karena harus menanggung malu pada kolega saya, tapi cukup sampai di sini saja kamu bikin kacau! Jangan sampai saya dan keluarga saya malu lagi karena akan ada berita konyol yang nantinya merusak reputasi keluarga besar saya."

Agung kembali tertawa karena melihat Zulfa yang tiba-tiba menegang. Tak terkecuali dengan Arum yang juga mendengar ancaman lelaki tua itu.

"Berita apa? Saya hanya seorang wanita biasa, tidak pernah tersorot apapun. Masalah ini tidak akan membuat keluarga Pak Agung terhina." ujar Zulfa. Dia bingung dan merasa bukan artis atau publik figur, tidak seharusnya masalah ini menjadi besar.

Lagi-lagi Agung tertawa. "Saya tahu semuanya. Dua cucu saya itu sama-sama menginginkan kamu. Permintaan saya, jangan mengganggu ketentraman keluarga saya. Jika tidak jadi dengan Reza, maka begitu juga dengan Arsha. Saya sudah menanggung malu karena gagalnya perjodohan kamu dan Reza, saya tidak mau lagi ada kabar konyol tentang cucu-cucu saya yang rebutan perempuan." terang Agung.

Bukan hanya Zulfa yang diam, Arum sampai tak percaya. Baru kali ini dia menemui orang seaneh Agung di dunia nyata, biasanya hanya di sinetron.

"Kenapa begitu?" Zulfa bertanya dengan suara yang jauh lebih tenang.

"Apa saya harus menjabarkan alasannya? Saya pikir kamu gadis cerdas yang bisa menilai mana yang terbaik untuk masa depan kamu. Kalau tidak dengan Reza seharusnya pilihannya lebih baik daripada dia, bukannya malah yang setara atau di bawahnya. Dan sudah saya katakan, saya tidak mau orang-orang menilai buruk keluarga saya, hanya karena masalah kecil seperti itu. Sangat tidak elok jika semua relasi saya mendengar berita bahwa cucu-cucu saya berseteru hanya untuk memperebutkan gadis. Konyol!!" jawab Agung sembari berdiri untuk segera meninggalkan ruangan itu.

"Kenapa tidak adil untuk Mas Arsha?" tanya Zulfa yang mampu menghentikan langkah Agung. Lelaki itu kembali duduk untuk meminta penjelasan lebih dari Zulfa.

"Apa Pak Agung akan melakukan hal yang sama seandainya yang di posisi Mas Reza itu adalah Mas Arsha? Dia juga cucu Pak Agung." tutur Zulfa lagi.

"Apa maksud kamu?" tanya Agung yang sudah berwajah serius.

11. My Little GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang