🌸🌸🌸🌸🌸
Sejak acara keluarga itu, Arsha semakin sering menginap di kediaman eyangnya. Sejak awal memang dia yang sering dipaksa Sang Eyang untuk menemani, hanya saja dia masih suka berekelana, tapi sekarang dia punya alasan untuk sering mengiyakan keinginan eyangnya itu.
"Tumben jam segini udah duduk manis di sini, Sha?"
Mata bening itu langsung tertuju pada suara yang baru saja menyapanya. Sambil meletakkan piringnya yang sudah kosong, Arsha menjawab, "Laper Eyang, jadi habis kerja langsung pulang aja!"
Yudha mengambil tempat di samping cucunya itu. "Padahal biasanya kamu paling hobi jajan."
Arsha tertawa pelan. "Nanti mama ngomel lagi kalau Arsha makannya junkfood terus, padahal itu resep awet muda dari papa."
Tangan Yudha terangkat untuk mengacak rambut pemuda itu. "Resep sesat itu dari papa kamu," ujarnya.
"Kebetulan jam segini segini kamu udah di sini, Eyang mau minta tolong kamu yang wakili rapat di sekolah depan, rapat bulanan biasa aja kok, hanya saja perwakilan yayasan biasanya hadir. Ya?" Yudha berkata lagi.
"Boleh! Kebetulan Arsha juga nggak ada kegiatan lagi."
Yudha tersenyum lega karena perlahan cucunya ini banyak belajar dan mulai bisa diandalkan. Setelah mendapat kepastian Yudha pergi meninggalkan Arsha yang mengaduk es tehnya sambil senyum-senyum.
Pemuda itu berdiri membawa piring dan gelas kotor sisa makannya ke dapur, mencucinya kemudian beranjak ke kamar bersiap melaksanakan perintah Sang Eyang.
Mandi, sholat ashar lalu bercermin, itulah persiapan yang dia lakukan sebelum berangkat menghadiri rapat sekolah.
Sambil menyisir rambutnya dia menatap pantulan diri sendiri sambil tersenyum lebar, sebenarnya merasa geli dengan tingkahnya sendiri, bagaimana bisa dia repot-repot mencari tau jadwal kegiatan sekolah yang sebenarnya tidak harus dia tau, sampai akhirnya mendapat informasi bahwa sore ini setelah akan ada rapat guru dan dewan.
Selesai kerja dia buru-buru pulang ke rumah eyangnya dan pura-pura pasang badan agar disuruh menggantikan rapat, dia sudah hafal kebiasaan eyangnya yang pasti akan mengajukan dirinya untuk urusan pekerjaan.
Jadi intinya, semua sudah dia rencanakan, yang alasannya tak lain adalah agar bisa bertemu Zulfa.
"Arsha emang yang paling gesit," gumamnya memuji diri sendiri.
Bermodal celana kain berwarna hitam, kemeja lengan panjang berbahan denim, ditambah rambut klimis dan sedikit semprotan parfum, Arsha keluar menuju aula tempat rapat dengan langkah tegap sambil mati-matian menyembunyikan senyum bahagianya, agar tidak disangka orang gila.
Kedatangan Arsha disambut hangat oleh anggota rapat yang sudah terlebih dulu hadir, mereka mempersilahkan Arsha untuk duduk di depan, namun pemuda itu menolak dengan sopan dan memilih duduk di belakang, karena pesan dari Sang Eyang, dia hadir di situ hanya sebagai pelengkap, wakil yayasan, bukan pemegang rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomanceHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...