2. Self Healing

3.7K 639 96
                                    

🌸🌸🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸🌸🌸






Tenang dan damai. Dua kata yang cukup mewakili perasaan seorang gadis yang kini duduk di sebuah gubuk kecil untuk menikmati suasana alam pedesaan. Sudah lebih dari satu jam dia duduk di sana namun rasa hati masih enggan meninggalkan keindahan itu.

Suasana pedesaan dengan kehidupan masyarakat yang kental dengan kearifan lokal, perpaduan suara kicauan burung, gemercik air sungai, pemandangan sawah, dan langit biru yang memayunginya sungguh sesuatu yang sangat dia nikmati, dia bersyukur bisa menjadi salah satu penikmat indahnya ciptaan Tuhan ini.

Dalam memorinya terputar kembali tentang pemandangan alam yang selalu dia gambar sewaktu masih duduk di taman kanak-kanak, dari sinilah inspirasinya, tempat tinggal kakek dan neneknya yang kini menjadi pilihannya untuk bersembunyi, meninggalkan segala hingar bingar keduniaan, segala fasilitas duniawi yang sudah lama dia nikmati.

Ketika dunia tak menginginkamu, maka kembalilah pada dirimu sendiri. Karena harapan yang rusak bisa diperbaiki dan hati yang luka bisa disembuhkan. 
Tulisnya dalam sebuah halaman kosong di buku kesayangannya.

Di tempat ini, perlahan dia menyembuhkan luka hati, perlahan memperbaiki diri dan perlahan mendekatkan diri pada Sang Pencipta, maka dia sama sekali tidak keberatan meninggalkan segala kenikmatan dunia yang pernah dia miliki. Di desa ini juga dia ingin menepi, ingin menyembuhkan diri sendiri di saat dunia tidak lagi menginginkannya.

"Mbak Nani!!" 

Gadis itu menoleh karena panggilan yang tiba-tiba mengusik.

Seorang remaja yang lebih muda darinya berlari sambil sedikit menyingsingkan rok yang mengganggu larinya.

"Kamu ngapain lari-lari, Rum?"

Remaja bernama Arum itu mengatur nafasnya terlebih dahulu. "Mbak Nani disuruh pulang sama simbah, ada yang nyariin." jawabnya.

"Siapa?"

Arum menggerakkan bahunya sebagai tanda tidak tau siapa yang sedang bertamu untuk mencari sepupunya itu. 

"Ya udah lah, Mbak Nani, ayo pulang aja dan lihat siapa yang datang!"

Gadis tadi berdecak karena lagi-lagi Arum memanggilnya dengan nama yang salah.

"Naini!! N-A-I-N-I! Ada I di tengah, jangan dihilangkan!" protes gadis itu.

Arum tidak mengindahkan protes dari kakak sepupunya itu, dia memang senang sekali mengusili Sang Kakak. Sejak kakak sepupunya memutuskan untuk tinggal di desa ini, Arum merasa senang sekali karena dia jadi memiliki teman, apalagi kakaknya itu adalah tipe penyayang dan sangat mengayomi.

Meskipun masih diliputi rasa kesal pada adik sepupunya, gadis itu mulai merapikan botol minum, mushaf dan buku diary yang selalu dia bawa ketika menepi ke tempat favoritnya itu. Keduanya lalu pulang, menyusuri jalan kecil di pinggir sawah sambil terus saling menjahili.

11. My Little GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang