"Terimakasih banyak ya, Mbak, maaf saya merepotkan."
Zulfa tersenyum sambil mengangguk di kala seorang wanita berulang kali mengucapkan terima kasih dengan tulus padanya.
Bukan tanpa alasan, wanita yang sedang hamil besar itu sangat berterima kasih pada Zulfa karena dari perjalanan Bogor hingga Semarang, Zulfa dengan ikhlas membantu membawakan salah satu tas wanita tersebut.
"Ibu kenapa masih memaksa perjalanan jauh, padahal sudah mendekati lahiran?" tanya Zulfa di saat mereka berdua turun di sebuah terminal kota tujuan.
Wanita itu tersenyum. "Terpaksa, Mbak. Karena masalah keluarga kecil saya, jadi saya pilih pulang ke rumah orangtua biar lahiran dengan tenang."
Sekali lagi Zulfa hanya bisa tersenyum sambil mengusap lengan wanita itu untuk sedikit memberi dukungan.
Sepanjang perjalanan tadi Zulfa banyak mendengar keluh kesah wanita itu. Zulfa menjadi lebih bersyukur dan berbesar hati. Dia kembali sadar bahwa semua manusia pasti punya cerita masalah masing-masing. Semua hanya tinggal menjalani dan berserah diri.
"Eh Mbak, saya belum punya nama untuk anak saya. Pengin nama yang artinya dermawan, kuat, biar anak saya kelak nggak pelit seperti suami dan mertua saya. Barangkali Mbak Zulfa ada ide?"
Wanita itu kembali mengajak ngobrol sembari menunggu jemputannya yang belum datang.
Menanggapi pernyataan wanita itu, Zulfa kembali mengulum senyum ramah. Walaupun dia merasa tidak perlu ikut campur, tapi dia tetap menanggapi curhatan wanita itu, setidaknya sedikit mengurangi beban hatinya.
Bersamaan dengan otaknya yang berputar memikirkan sebuah nama, tiba-tiba matanya menangkap tiga orang yang baru saja keluar dari mobil. Salah satunya membuat Zulfa tersenyum tipis dan tak sengaja mengucapkan satu nama, "Arshaka."
"Wah, namanya cakep, Mbak! Boleh ya saya kasih buat anak saya? Artinya apa Mbak?" Wanita hamil di samping Zulfa nampak kegirangan mendengar nama itu.
"Artinya baik, murah hati, Bu." jawab Zulfa dengan tatapan lurus ke depan.
"Bagus Mbak namanya, makasih banyak ya..."
Akhirnya mereka harus berpisah karena keluarga yang menjemput wanita hamil itu sudah datang, begitu juga dengan Zulfa. Dia masih mengamati dari kejauhan tiga orang yang masih berusaha mencari dirinya.
Perlahan sambil menetralkan perasaannya, Zulfa berjalan mendekati tiga orang yang tak lain adalah, simbahnya, Arum dan juga pemilik nama Arshaka.
"Simbah," panggil Zulfa yang mampu membuat ketiga orang tadi menoleh.
Buru-buru Adnan mendekati cucunya, dan tanpa membuang waktu, langsung saja dia memeluk cucu kesayangannya itu.
"Ya Allah, Nduk, kamu itu suka bikin Simbah cemas." ujar Adnan tanpa melepas rangkulannya.
"Maaf ya Mbah, Naini lagi liburan sebentar aja!" jawab Zulfa sambil tertawa kecil.
Sambil menyentil kening Zulfa, Adnan berkata, "Liburan kok bikin orang lain khawatir, itu namanya kabur bukan liburan!"
Kompak mereka tertawa mendengar jawaban Adnan. Memang selama dua hari ini Zulfa menenangkan diri di salah satu rumah saudaranya yang di Bogor.
Kemarin ketika dia nekat pulang karena Sang Abah kembali membuatnya kecewa karena tidak mau menemui keluarga Arsha, dia tidak mendapatkan kendaraan menuju Semarang. Alhasil dia memutuskan untuk ke rumah saudaranya, menenangkan diri di sana, tempat yang dia rasa paling aman dan nyaman untuk saat itu.
"Habis ini beli pulsa ya, Mbak! Biar hp nya berguna." sindir Arum yang bergantian maju untuk memeluk sepupunya itu.
Zulfa hanya bisa tertawa melihat adiknya bersungut karena memang selama dua hari ini dia jarang menyentuh benda pipih miliknya itu, alhasil banyak pesan dan panggilan masuk yang tak terbalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomanceHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...