30. Give Away Rendang

3.2K 660 219
                                    


"Itu syaratnya kalau mau restu dari saya dan pernikahan mereka lancar."

Agung berkata dengan wajah dinginnya yang mampu membuat semua terdiam. Ralin hendak bersuara namun lirikan mata Nazril cukup membuatnya mengurungkan niat. Dia memilih diam tapi hatinya memendam rasa kesal pada papanya yang lagi-lagi bertindak semaunya.

"Adil kan? Saya memikirkan dua cucu saya. Arsha mendapat apa yang dia mau dan Reza juga tidak harus menahan malu. Jadi itu syarat dari saya, silakan kalian menikah tapi tidak usah ada pesta apapun, cukup sah di KUA dan cukup keluarga saja yang tahu." ucap pak tua itu lagi.

"Abah Lutfi juga punya keluarga besar, begitu juga dengan keluarga Mbah Adnan. Kemarin Arsha sudah bersedia menuruti keinginan Kakek. Apa itu belum cukup?" Arsha menjawab.

Agung terdiam. Bukan berarti dia memikirkan ucapan Arsha. Diamnya Agung itu menunjukkan bahwa keputusannya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.

"Bukankah pernikahan itu dianjurkan untuk mengumumkannya pada banyak orang, Pak Agung?  Zulfa itu anak kandung saya satu-satunya, saya ingin memberikan yang terbaik untuk dia." Lutfi ikut menimpali namun lagi-lagi Agung tetap diam. Dia mempertegas diri bahwa dia adalah pemegang keputusan dalam pertemuan itu.

Di saat orang-orang menahan kesal, tiba-tiba Zulfa menyela. "Saya setuju dengan Pak Agung." ujarnya sembari tersenyum lebar.

Semua yang duduk di ruangan itu hampir tak percaya. Tapi memang benar, Zulfa tidak menginginkan sebuah pesta pernikahan. Yang paling dia inginkan adalah kehadiran umi dan abahnya dalam acara akad.

"Kamu yakin, Nduk?" tanya Adnan.

Zulfa mengangguk yakin tanpa menghilangkan senyuman di bibirnya.

Semua orang nampak ragu pada senyum gadis itu. Mereka takut bahwa senyum itu hanya untuk menutupi kekecewaannya. Tapi tidak, pada kenyataannya memang dia tidak menginginkan sebuah pesta. Dia malah mencari cara agar keluarganya maupun keluarga Arsha tidak membuat acara besar, beruntung keegoisan Agung malah membukakan jalan untuknya.

"Kamu kok tenang-tenang aja, Sha?" bisik Rey yang penasaran pada adiknya itu yang kini tak bisa berhenti senyum.

"Apalah arti sebuah pesta. Yang penting lebaran udah bisa beli baju couple." jawab Arsha disertai tawa kecilnya. Dalam hati memang dia keberatan, tapi dia tidak ingin membuat yang lain terbebani.

Rey masih nampak tidak terima kemudian dia kembali berbisik. "Kasihan papa sama mama duitnya nggak berkurang."

"Ya kasih aja ke Arsha buat bulan madu!" balas Arsha.

Tak ragu Rey menyikut adiknya itu. "Dulu Abang juga nikahnya nggak ada pesta apapun, bahkan nggak banyak teman-teman papa dan mama yang tau. Abang yakin, mereka juga ingin ngadain pesta dan ngundang teman-temannya. Banggain anaknya di depan kenalan."

Arsha kembali merenung. "Ya gimana, Bang? Tahu sendiri kalau Pak Tua udah kayak gitu."

Rey juga tak punya jawaban. Sebenarnya bisa saja dia ataupun Arsha melawan tapi papa dan mama mereka selalu melarang, selalu mengajarkan agar apapun sikap Agung harus bijak dalam menghadapinya.

"Begini saja, kalau memang keduanya tidak keberatan. Kita ambil jalan singkatnya saja, pernikahan memang dianjurkan untuk diumumkan tapi menjaga keharmonisan keluarga kita jauh lebih dianjurkan. Insyaallah dari saya dan keluarga tidak keberatan." Nazril bersuara kemudian matanya menuju Lutfi sebagai tanda meminta persetujuan.

Lutfi menghela napas panjang. Sebelum kedatangan Agung, dia sudah berniat untuk mengadakan pesta cukup besar mengingat dirinya juga banyak kenalan. Dan juga dia ingin memberikan pernikahan yang terbaik untuk putrinya sebagai tanda permintaan maaf selama ini dia sering mengecewakan Zulfa. "Saya sependapat dengan Anda. Saya harap keluarga uminya Zulfa juga bisa memperlancar semua ini." ujarnya dengan diakhiri tatapan ke Mansur dan Ana.

11. My Little GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang