Yuda terlihat mondar-mandir di ruang tamu, sejak tadi dia sibuk dengan benda pipih di tangannya, menghubungi satu demi satu orang yang memang bisa membantunya menyelesaikan masalah yang terjadi di kantor.
"Ada apa?" Pertanyaan Maharani mengalihkan kesibukannya. Perlahan dia membantu memposisikan kursi roda yang diduduki istrinya itu agar lebih nyaman kemudian dia duduk sambil menghela napas panjang.
"Orang-orang kantor sedang pada ribut, ada beberapa proyek yang macet," jawab Yuda.
Maharani mengubah ekespresinya menjadi lebih serius, sejak dulu apa yang mereka rintis pasti ada saja halangan tapi baru kali ini dia melihat suaminya begitu cemas memikirkan masalah kantor.
"Menurut kamu Arsha kemana?" tanya Yuda. "Biasanya kamu orang yang paling dia percaya,"
Yuda semakin yakin bahwa istrinya itu tahu keberadaan Sang Cucu, masalah yang terjadi di kantor memang sedikit banyak dipengaruhi oleh Arsha yang sudah tiga hari ini menghilang.
"Kamu bisa handle dulu masalah kantor selama Arsha tidak ada?" Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Maharani malah membahas hal lain.
"Bukannya aku tidak mau atau tidak bisa meng- handle kantor, tapi maaf aku sedikit kecewa dengan Arsha. Dia pergi semaunya sendiri seperti orang tidak punya tanggung jawab. Apapun yang terjadi seharusnya dia harus tetap profesional, dia sendiri yang sudah bersedia dikasih tanggung jawab kantor, dia juga baru merintis cabang usaha baru, daging beku itu, bisa dibilang belum terlalu naik tapi sudah dia abaikan seperti ini. Sejak awal aku sudah wanti-wanti agar dia bertanggung jawab penuh dengan bisnis itu jangan sampai malah berdampak mengurangi karyawan. Kalau begini ceritanya bisa-bisa ada kerugian besar," Yuda mengungkapkan kegelisahannya.
Maharani ikut merasa bersalah sampai akhirnya dia memutuskan untuk memanggil Ralin dan Nazril, membicarakan masalah yang sedang Arsha alami.
Sore itu, Nazril dan Ralin langsung datang ke rumah Sang Mama ketika diminta. Yuda menceritakan semua masalah yang Arsha timbulkan akibat dia menghilang selama tiga hari ini.
Mendengar masalah itu tentu saja membuat Ralin langsung down, dia langsung menyalahakan diri sendiri ketika mendengar anak-anaknya susah, apalagi Arsha ini yang lebih dekat dengan mamanya daripada dia sendiri.
"Ma! Tolong bilang sama Ralin sebenarnya apa yang terjadi sama Arsha?" pinta Ralin.
Sebenarnya Maharani tidak ingin cerita apa yang terjadi pada Arsha, tapi melihat Ralin yang sudah terlihat sedih dia memutuskan untuk bercerita, dia tahu betul bagaimana sifat putrinya itu.
Akhirnya dengan sangat hati-hati dia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Arsha, cucunya itu sedang butuh waktunya sendiri untuk menenangkan diri.
Mendengar cerita Sang Mama, Ralin menangis dia merasa gagal sebagai seorang ibu, selama ini dia merasa Arsha yang ceria dan manja padanya adalah wujud kebahagiaan Arsha, tidak taunya di balik keceriaannya itu dia memendam perasaan yang begitu dalam.
Berbeda dengan Ralin yang menangis, Nazril tampak diam saja. Hal itu membuat Ralin harus menatap penuh curiga ke arah suaminya itu. "Jangan bilang kamu udah tahu ini semua Mas?" tanyanya.
Nazril tidak bisa menjawab, dia memang sudah tahu karena mertuanya sudah menceritakan semua nya, tapi dia juga merasa bersalah akhir-akhir ini dia sibuk sampai tidak tahu bahwa Sang Putra sedang tidak baik-baik saja.
Diamnya Nazril membuat Ralin sadar bahwa suaminya itu pasti sudah tau dan sengaja menyembunyikan dari Ralin. "Ya Allah, kenapa sih hal sebesar ini kalian nggak cerita? Ini soal anakku, dan sekarang dia sedang di tempat yang tidak cukup aman di cuaca seperti ini!" keluh Ralin sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomantikHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...