19. Hati Gelisah

2.9K 604 103
                                    

Selamat beraktifitas semua, semoga selalu bahagia dalam lindunganNya.
Doa terkhusus untuk saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah erupsi Semeru di Lumajang. Semoga yang meninggal husnul Khotimah, yang terluka segera sembuh dan yang selamat diberi ketabahan.
Dan semoga semua orang yang kini berada di sana diberi kemudahan dan perlindungan dalam melaksanakan tugas masing-masing. Aamiin

🌸🌸🌸🌸🌸

"Mbah, pernah nggak dalam hidup Simbah merasa aneh pada diri sendiri?"

Alis Adnan bertaut mendengar pertanyaan cucu kesayangannya. Siang yang mendung itu, Zulfa membantu sedikit pekerjaan kakeknya dan di sela-sela mereka istirahat, gadis itu mengajukan sebuah pertanyaan.

"Aneh bagaimana?"

"Ya aneh. Intinya merasa gelisah, padahal bisa dibilang hidup sedang dalam keadaan stabil. Badan sehat, pekerjaan lancar, ibadah ya lancar meskipun seadanya. Tapi ada sebagian hati yang merasa selalu terusik, seperti ada sesuatu yang kurang." Zulfa mengungkapkan kegelisahan hatinya.

"Apa Naini kurang mendekatkan diri pada Allah ya, Mbah?" sambungnya lagi sebelum Sang Kakek menjawab.

Adnan tertawa kecil, cucunya itu selalu punya bahasa rumit hanya untuk mengungkapkan isi hatinya. "Apa sebelumnya pernah merasakan hal yang sama?" selidiknya.

Zulfa menerawang ke arah sawah kemudian menggeleng. "Ketika Naini belum mendapat pekerjaan, atau ketika menghadapi suatu masalah, rasanya bukan seperti ini. Kalau akhir-akhir ini Naini seperti merasa kehilangan sesuatu, seperti ada yang kurang tapi apa? Naini sendiri juga bingung."

"Sejak kapan begini?"

Kini Zulfa terdiam, dalam hati sendiri mencoba mengingat sejak kapan dia sering merasakan kegelisahan yang tidak jelas itu, dan jawabannya setelah dia pernah bersitegang dengan Arsha, sejak dia merasakan kekesalan yang besar karena ucapan Arsha waktu itu dan puncaknya setelah dia tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Arsha melalui eyangnya.

Sejak itu dia sering merasa aneh pada dirinya sendiri, tapi entah kenapa Zulfa tidak bisa mengungkapkan hal itu pada kakeknya. "Sejak beberapa hari ini, Mbah." jawabnya.

Tangan Adnan terulur untuk menepuk kepala cucunya. "Ya mungkin memang karena Allah merindukan rintihan doa kamu, kalau kamu anggap karena kurang mendekat ya mulai sekarang tambahi muhasabahnya!"

"InsyaAllah, Mbah!" Zulfa tersenyum simpul sambil memeluk lengan kakeknya untuk menyandarkan kepala di sana. Untuk saat ini, lengan yang mulai renta itu adalah tempat ternyaman baginya untuk bersandar.

Interaksi penuh kasih sayang itu terpaksa harus berhenti kala ada sebuah mobil yang memasuki halaman rumah. Mobil yang terlihat mewah itu berhenti tepat di depan rumah sehingga Zulfa dan Adnan bisa melihat dengan jelas meskipun sedang berada di kandang.

Adnan mendekat untuk menyapa siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya, diikuti Zulfa yang berjalan di belakangnya.

"Assalamualaikum, Mbah!" ucap salah seorang yang turun dari mobil. Seseorang yang sudah tidak asing bagi keluarga Adnan.

"Waalaikumussalam, Za!" balas Adnan saat Reza mendekat untuk mencium tangannya.

Reza menyempatkan untuk menyapa Zulfa yang berdiri di belakang Adnan.

"Maaf Mbah, bertamunya sering mendadak. Saya sama kakek saya, Mbah!" ucap Reza lagi berbarengan dengan seorang lelaki tua yang masih terlihat cukup gagah keluar dari pintu penumpang.

Adnan melempar senyum pada lelaki itu kemudian keduanya saling berkenalan berlanjut Adnan yang mengajak tamu-tamunya masuk ke dalam rumah.

"Sapinya banyak ya, Pak!" ujar Agung ketika mereka berjalan menuju rumah dan dia melihat ke arah kandang.

11. My Little GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang