Sakit adalah penggugur dosa. Pasti akan ada nikmat setelahnya apabila kita ikhlas menerimanya.
Zulfa yakin akan hal itu maka dari itu di hari ketiga di rawat dia benar-benar bisa menikmati sakitnya. Dia juga banyak bersyukur, sakit ini telah membuka matanya, bahwa masih banyak orang yang sayang padanya. Selama ini dia memilih menutup diri dan menepi, tanpa sadar masih banyak hal positif yang bisa dia lakukan.
Selama tiga hari dirawat dia banyak mendapat kejutan. Dimulai dari kedatangan Ralin di pagi buta saat dia kesepian, lalu teman-temannya banyak juga yang datang untuk menjenguk, hingga keluarga Alea alias keluarga pengasuh pondoknya dulu yang juga berkenan menjenguk untuk memberikan doa padanya. Sungguh suatu barakah yang wajib dia syukuri.
Semua kedatangan orang-orang itu jelas membuat hatinya jauh lebih baik meskipun seseorang yang paling dia nantikan hanya bisa menjenguknya sebentar. Ya, Sang Umi tadi pagi hanya memberikan sedikit waktu untuk melihat keadaannya, setelah yakin Zulfa sudah membaik, Ana langsung pamit pulang.
"Mbak mau aku nyanyiin apa biar tambah sehat?"
Zulfa hanya bisa tertawa melihat adiknya yang begitu setia menemani, kehadiran Arum juga tak kalah berarti dari orang-orang tadi.
"Kalau kamu nyanyi, nanti jadi diare lagi.." canda Zulfa.
Seperti hari sebelumnya, Arum dan ibunya yang banyak menemani Zulfa. Sore ini pun Zulfa dibuat terharu oleh semangat adiknya itu, dia baru pulang sekolah langsung ke rumah sakit.
Keduanya lalu asyik bergurau, wajah Zulfa juga sudah terlihat segar, jika sampai visit dokter malam nanti tidak ada keluhan lagi, besok dia boleh pulang.
"Assalamualaikum...."
Dua gadis beda usia itu kompak menoleh. Keduanya sama-sama kaget ketika melihat Ralin membuka pintu, disusul dengan senyum manisnya.
"Tante masuk ya?" Ralin meminta izin lagi.
Belum sempat sembuh rasa kaget Zulfa karena Ralin datang lagi, dia harus kembali merasa takjub karena di belakang Ralin masih ada rombongannya. Ada Nazril, Rey,Shanum dan terakhir ada salah seorang keluarga mereka yang Zulfa ingat bernama Ilyas.
Zulfa benar-benar merasa takjub karena seketika suasana menjadi hangat sekaligus heboh meskipun sebelumnya juga heboh oleh suara Arum.
"Masyaallah, Tante, Om dan semuanya, Zulfa sangat berterima kasih karena sudah berkenan repot-repot datang ke sini." ucap Zulfa dengan tulus.
"Tante malah maunya tiap hari ke sini." sahut Nazril yang langsung membuat Ralin tertawa. Wanita itu tak malu untuk mengaku jujur bahwa memang setiap hari dia ingin melihat keadaan Zulfa.
"Terimakasih untuk perhatiannya, Tante!" ucap Zulfa sekali lagi dengan tak kalah tulus.
Arum mempersilakan Ralin untuk duduk di samping ranjang, kemudian yang lain berdiri mengelilingi Zulfa seraya menanyakan keadaannya.
Di sela sendau gurau, berulang kali mata Zulfa melirik ke arah pintu. Entah apa yang membuatnya harus melakukan itu. Tidak tahu pasti apa yang ada di hatinya tapi ada sedikit pertanyaan dalam hati, hingga hari ketiga dia di rumah sakit, kenapa belum sekalipun Arsha menjenguknya, bahkan ketika semua keluarganya berkumpul di sini, dia juga tidak ada. Bukannya dia berharap ingin dijenguk, hanya saja pertanyaan itu selalu mengusik hatinya.
Ketika pertanyaan itu kembali hadir di hatinya, tiba-tiba pintu kamarnya kembali dibuka. Semua menoleh, termasuk Zulfa yang paling cepat. Sepersekian detik dia mengira bahwa Arsha yang membuka pintu itu, tapi ternyata seorang perawat yang mengantar obat rutinnya.
Tidak cukup hanya di situ. Zulfa harus cepat menoleh ketika ada lagi yang membuka pintu kamarnya di susul senyum lebar dari seorang gadis yang sudah tumbuh besar. Eca.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomanceHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...