Perang dingin antara Arsha dan Zulfa masih berlangsung hingga hari berikutnya. Sebenarnya Zulfa tidak berniat mendiamkan suaminya itu, tapi dia lebih ke takut karena masih kepikiran Arsha yang marah karena dirinya diam-diam menghubungi Reza.
"Ini kok kuahnya dingin sih?" tanya Nazril.
Zulfa yang pandangannya kosong sejak tadi langsung teralih ke mertuanya dan menjawab, "Beneran dingin, Pa?" tanyanya tak percaya sambil mencoba merasakan soto di piringnya. "Padahal itu baru Zulfa masak tadi."
"Oh begitu! Mungkin karena atmosfernya dingin kali ya jadi kuahnya ikutan dingin!" balas Nazril yang sengaja menyindir anak dan menantunya.
Arsha yang sudah hafal dengan sifat papanya tetap diam saja sambil menghabiskan makanannya.
Ralin juga hanya tersenyum geli melihat ekspresi Zulfa yang nampak bingung karena berhasil dikerjai oleh Nazril. Kemudian dia mengalihkan ke topik lain. "Zulfa kita berangkat habis dzuhur ya! Bawa baju ganti karena rencananya kita mau sekalian piknik tipis-tipis!"
Ucapan Ralin berhasil membuat Arsha mengalihkan pandangannya dari piring.
"Kemana, Ma?" Akhirnya Arsha bertanya karena merasa penasaran.
"Mau ikut acara simaan majelis hafidzah se Jawa yang rutin itu, tapi kan kali ini sekalian ada acara pelantikan pengurus dan tempatnya di salah satu pondok di Jogja. Sudah janjian juga sama yang lain mau sekalian jalan-jalan setelahnya." jawab Ralin.
Arsha kembali fokus ke piring nya. Kemudian Ralin dan Zulfa saling melirik. Zulfa memang telah menceritakan perdebatannya semalam dengan Arsha. Kalau bukan Zulfa yang cerita pasti Arsha tak akan pernah mau menceritakannya. Kecuali kalau sudah sangat terdesak.
"Sana deh kalian jalan-jalan terus belanja yang banyak! Nanti Papa tambahin bonus, biar kalian seneng, nggak suntuk terus di rumah. Reward juga buat Mama dan Zulfa yang udah mau rajin berangkat ngaji meskipun tempatnya jauh." ujar Nazril dengan ditambahi bumbu pancingan agar anak bungsunya bereaksi.
Ralin dan Zulfa kompak bersorak meskipun detik berikutnya harus kembali diam karena Arsha bersuara.
"Ya kalau Mama udah dapat izin dari papa berangkatnya hati-hati."
Setelah mengucapkan itu Arsha pamit meninggalkan ruang makan karena piringnya sudah bersih. Ekspresi Zulfa belum berubah, antara senang mau jalan ke Jogja dan khawatir juga karena sepertinya Arsha tidak mengizinkannya karena masih memperpanjang masa perang dingin.
"Ibarat tanaman putri malu, kamu beri sentuhan dikit langsung melunak dia!" timpal Nazril yang paham betul dengan kekhawatiran menantunya itu dan hanya disambut senyuman dari Zulfa.
Dibandingkan dengan Arsha, Nazril dan Ralin menilai Zulfa lebih bisa terbuka. Buktinya dia tidak segan untuk menceritakan masalahnya bahkan meminta nasehat keduanya.
Sambil membawa piring kotor ke dapur, Zulfa sekalian pamit pada kedua mertuanya untuk menyusul suaminya.
Dengan keraguan yang teramat dalam, Zulfa membuka pintu dan mendapati Arsha yang sedang melipat sajadahnya. Tebaknya, lelaki itu baru saja selesai melaksanakan sholat dhuha.
Arsha tetap dengan wajah datarnya. Tanpa segan dia menanggalkan koko dan sarungnya untuk diganti dengan pakaian kerja.
Zulfa masih belum berani bersuara tapi dia melangkah untuk merapikan sarung dan baju Arsha yang masih terserak di tempat tidur.
"Rencananya aku berangkat nanti bareng-bareng dari Al Anwar." Zulfa bersuara dengan hati-hati.
Arsha masih diam, dia mencabut flashdisk dari laptopnya kemudian memasukan ke dalam tas kecil kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomanceHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...