"Ingkang Sepindah, Bapak Nazril sakulawarga ngaturaken salam taklim kanthi atur “Assalamu ‘alaykum wr.wb”, katur keluarga besar Bapak Ahmad Lutfi, sinartan atur panuwun ingkang tanpa upami, bilih sowan kula sak rombongan sampun katampi kanthi sae ugi kanthi renaning penggalih.
Kaping kalihipun, netepi jejegipun tiang sepuh, Bapak Nazril kaliyan Ibu Ralintang ingkang peputra dimas bagus Arshableng, dipun sambati dening putranipun, dene anggenipun srawung kekancan kalian Nimas Zulfa Naini Lutfiana, tambah raket, nuwuhaken raos tresna ingkang tan kena pinisah.
Golonging tekad, Dimas bagus Arshableng nedyo ngajak bebrayan wontening ikatan perkawinan ingkang suci."
Ralin hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putra sulungnya yang tidak bisa diam. Rey yang baru saja pindah duduk bersamanya di jok belakang, setelah tukar posisi sopir dengan Arsha, langsung saja ngoceh di sepanjang jalan. Ayah Si Kembar itu menirukan gaya simbah nya ketika dulu sering melamarkan anak gadis tetangga lengkap dengan bahasa jawa krama inggilnya.
"Kalau kamu nanti sambutan pakai bahasa gitu yang ada langsung ditolak sama abahnya Zulfa. Mana ngerti mereka bahasa jawa!" sahut Nazril yang duduk di depan bersama Arsha.
Rey tertawa menyadari kekonyolannya. Bagaimana mungkin dia akan berbahasa Jawa di depan keluarga Zulfa yang berdarah sunda asli.
Hari yang cerah itu, sebuah mobil hitam melaju dengan gagahnya membelah jalan dari Semarang ke Bogor, membawa empat keturunan Nabi Adam yang walaupun berbeda kepala tapi tetap satu tujuan yaitu melamar seorang gadis bernama Zulfa untuk Sang Sopir yang tak lain adalah Arsha
Arsha mulai mengurangi kecepatan mobilnya ketika sudah memasuki wilayah yang di dalamnya berdiri sebuah pondok pesantren yang cukup besar milik abahnya Zulfa.
"Kamu yakin ini jalannya? Google map nya bilang belok kiri lho, Sha!" ucap Nazril sembari menatap layar ponselnya.
"Kalau lewat kiri muter jauh, Pa! Itu emang jalur utama. Nah yang ini jalan alternatif, lebih dekat dan yang penting langsung bisa berhenti dekat ndalem!" jawab Arsha.
"Hafal banget, Nak?" sahut Ralin yang hanya ditanggapi ringisan oleh Arsha karena malu ketahuan sudah hafal sekali jalan ke rumah abahnya Zulfa. Dia sendiri juga heran, padahal baru sekali di ke sini, tapi masih teringat jelas.
Sebenarnya tujuan utama Arsha sowan ke abahnya Zulfa bukan serta merta ingin langsung melamar melainkan ingin meminta izin terlebih dahulu. Awalnya dia sendiri yang akan datang ke sini, setelah mendapat restu dari abah Zulfa, dia baru berencana membawa serta keluarganya. Namun rencana harus berubah atas usul Sang Mama.
Arsha menghentikan mobilnya tepat di samping rumah tinggal keluarga abahnya Zulfa. Dari tempat itu mereka bisa melihat halaman depan sehingga bisa melihat dengan jelas siapa orang yang bertamu sebelum mereka.
Senyum Arsha sedikit meluntur kala melihat seorang lelaki yang amat dia kenal tengah berbincang dengan Lutfi di halaman. Sepertinya orang itu sudah selesai bertamu dan hendak pamit pada Lutfi.
Bukan hanya Arsha, ketiga orang yang bersama Arsha juga terdiam ketika melihat tamu itu.
"Ngapain om Jefri ada di sini? Jangan bilang disuruh kakek!" ujar Rey sambil menatap lurus ke arah tamu yang bernama Jefri itu. Jefri adalah asisten pribadi Agung, orang kepercayaan pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
11. My Little Gus
RomanceHarta, Tahta , Wanita lebih tua.Tiga kata itu adalah kata yang menjadi visi dan misi dalam hidup Arshaka, seorang pemuda yang dikenal periang dan merupakan seorang cucu kyai ternama di Semarang. Harta : Dalam hidup Arsha, dia bercita-cita memiliki b...