Part 14. Karena An Na

7.1K 1.4K 204
                                    

Vote sebelum baca🌟

Pangeran Hong Xiang hendak merebut kembali tubuh mungil An Na tapi si perempuan menghindar secepat kilat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pangeran Hong Xiang hendak merebut kembali tubuh mungil An Na tapi si perempuan menghindar secepat kilat.

Perempuan itu menatap Pangeran Hong Xiang tajam. "Biar aku saja yang merawatnya karena kau tidak becus!"

"Jangan ikut campur dalam urusan orang lain. Kembalikan An Na padaku." Gertak Pangeran Hong Xiang. Nada bicaranya terdengar begitu dingin dan penuh penekanan.

Anehnya perempuan bercadar tidak terlihat takut sedikit pun. Perempuan bercadar tetap tenang meskipun Pangeran Hong Xiang tampak seperti hendak memakannya hidup-hidup.

Perempuan itu mengambil posisi terjauh dari pangeran Hong Xiang untuk berjaga-jaga.

Tangan Pangeran Hong Xiang mengepal kesal melihat sikap ikut campur perempuan dihadapannya.

Rasanya ia ingin menghajar perempuan itu habis-habisan sekarang juga.

Jangan salah, dia tidak akan segan-segan membunuh seorang perempuan karena di matanya semua orang sama saja. Kalau bersalah, maka layak dibunuh. Laki-laki maupun perempuan.

"Kembalikan An Na padaku!" Ujarnya sekali lagi penuh intimidasi namun si perempuan malah menatap sinis padanya. 'Tidak takut mati rupanya', batinnya.

Perempuan bercadar memeluk An Na posesif. "Tidak akan pernah! Kau pasti orang jahat yang hendak menyakiti gadis kecil ini."

Pangeran Hong Xiang semakin menggeram kesal dituduh tidak-tidak. "Dia anakku! Sekarang serahkan dia padaku!"

Tawa mengejek terdengar. "Anak? Apakah kau pikir aku bodoh? Jelas-jelas anak ini memanggilmu paman, bukan ayah."

"Aku ayah angkatnya!"

"Sudahlah. Jangan mengelak lagi. Kau tidak akan bisa membohongiku."

"Cepat serahkan dia sebelum aku membunuhmu. Aku tidak main-main."

"Sekarang kau menggertak ku?"

"Ini bukan gertakan tapi ancaman!"

"Sama saja."

"Beda!"

"Sama!"

Pangeran Hong Xiang menghela nafas kasar. Berbicara dengan perempuan benar-benar menyebalkan baginya.

"Intinya kembalikan An Na padaku atau aku akan membunuhmu."

"Coba saja rebut dia dariku kalau kau bisa." Tantang perempuan bercadar lalu berlari kencang. Meninggalkan Pangeran Hong Xiang yang semakin murka.

"Sialan! Jangan bawa kabur An Na ku!!"

Pangeran Hong Xiang mengejar perempuan yang menculik An Na darinya.

Orang-orang yang menonton mereka sejak tadi bubar dengan sendirinya. Tak mau ikut campur.

Pangeran Hong Xiang terus mengejar perempuan itu. Wajahnya tampak begitu marah akibat tidak terima An Na direbut darinya sedangkan perempuan bercadar terus berlari kencang. Menghindari kejaran Pangeran Hong Xiang.

An Na yang menjadi bahan perebutan malah tertawa kencang. Begitu menikmati acara kejar-kejaran. Tidak berniat sedikit pun mendamaikan mereka. Malah menyemangati perempuan bercadar untuk menghindari Pangeran Hong Xiang.

Waktu terus berlalu namun tidak ada satu orang pun yang terlihat lelah di antara keduanya.

Pangeran Hong Xiang akui, perempuan bercadar cukup hebat. Bisa berlari kencang dan lama meskipun sedang menggendong seorang anak kecil. Stamina perempuan bercadar itu tak perlu diragukan lagi. Baru kali ini dia bertemu perempuan sekuat itu. Sangat menarik sekaligus menjengkelkan.

"Lepaskan An Na atau aku benar-benar tidak akan mengampunimu!" Teriaknya kembali mengancam tapi perempuan bercadar tidak peduli sama sekali.

Malah An Na yang melambai-lambaikan tangan pada Pangeran Hong Xiang. "Ayo kejar An Na, paman. Jangan mau kalah dari kakak cantik." Soraknya.

Pangeran Hong Xiang menatap An Na Tidak percaya. "Gadis kecil, ini bukan perlombaan. Perempuan yang membawamu berlari itu orang jahat! Dia akan membunuhmu kalau kau tidak segera turun dari gendongannya."

An Na menoleh, menatap polos pada perempuan yang menggendongnya. "Benarkah kakak akan membunuh An Na?"

"Tidak akan pernah, sayang. Kakak tidak akan membunuhmu, kakak malah ingin menyelamatkanmu darinya. Kau tidak perlu mendengarkan ucapan pria jahat dibelakang kita itu."

"Jangan dengarkan dia, An Na!" Teriak Pangeran Hong Xiang kesal.

"Ucapan pria jahat itu yang jangan di dengarkan An Na!"

"Perempuan sialan! Awas kau!!"

Lari mereka semakin kencang.

Tak jarang menabrak orang lain atau pun barang-barang jualan hingga berserakan.

Tidak hanya itu, mereka juga menjadi tontonan di sepanjang jalan.

Bagaimana tidak menjadi tontonan kalau mereka lari-larian sambil berteriak?

Tingkah aneh mereka terlalu mencolok dan menarik perhatian.

"Sekarang kau tidak akan bisa lari kemanapun, sialan." Seringai Pangeran Hong Xiang.

Perempuan bercadar telah terpojok. Dia berada di jalan buntu.

"Paman menang!!" An Na bertepuk tangan. Memecah keheningan.

Pangeran Hong Xiang tersenyum. "Sekarang kembali lah ke dalam pelukan paman." Merentangkan kedua tangannya, bersiap menerima pelukan An Na.

Perempuan bercadar melotot tidak percaya mendengar ucapan ambigu Pangeran Hong Xiang. "Jangan kembali padanya, An Na. Dia berniat buruk padamu."

Pangeran Hong Xiang mendorong tubuh perempuan itu ke dinding. Mencengkram dagu si perempuan kuat serta menatap penuh amarah. "Jangan berani melawanku lagi atau aku benar-benar akan membunuhmu." Desisnya.

Wajah mereka begitu dekat. Perempuan itu mengerjap pelan. Merasa terkejut oleh kedekatan mereka.

Pangeran Hong Xiang juga mendadak terdiam kala tatapan mereka saling terkunci satu sama lain.

Suasana menjadi begitu hening.

Atmosfer di sana terasa berbeda dalam sekejap.

"Ciee ciee!" Sorak An Na mengagetkan keduanya.

Pangeran Hong Xiang langsung mundur dan membuang pandangan ke arah lain, begitu pun dengan si perempuan.

Bersambung...

11/8/21

My Love In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang