Damian Alexander adalah pria lajang berusia 30 tahun yang sangat berpengaruh di dunia. Perusahaannya berdiri di seluruh negara dan menguasai berbagai bidang.
Suatu hari, Damian dibunuh oleh Charlos. Namun, itu bukan lah akhir dari kisah hidupnya mel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Di saat An Na sedang sakit, bisa-bisanya kalian berkelahi!" Omel Shu Rien sambil berkacak pinggang. Kedua pangeran itu mendengkus kesal tapi tetap saling menatap tajam.
"Daripada kalian berkelahi, lebih baik kalian membersihkan muntah An Na. Dia kembali muntah-muntah."
Pangeran Zhi Ro langsung beraksi. "Baik. Aku akan membersihkannya sekarang juga."
"Tidak boleh!" Sentak Hong Xiang kesal.
"Kalian berdua yang membersihkannya. Cepat masuk sana! Tapi ingat, jangan berisik di dalam kamar karena An Na baru saja tertidur."
Wajah garang Shu Rien membuat mereka mendadak ngeri. Mereka berdua bahkan langsung menuruti perkataan Shu Rien.
Setelah kedua pangeran itu pergi ke kamar An Na, datang lah para pelayan yang membawa banyak makanan.
Perempuan cantik itu bahkan sampai tercengang melihat semua makanan tersebut.
"Tuan putri, dimana pangeran? Pangeran tidak akan memarahi kami karena terlambat 'kan?" Tanya salah satu dayang khawatir.
Shu Rien tersenyum geli. "Dia tidak akan memarahi kalian."
"Benarkah?" Tanya mereka lagi, penuh harap.
"Jangan takut. Aku akan melindungi kalian kalau dia marah."
"Terima kasih, tuan putri."
"Iya."
"Bolehkah kami masuk ke dalam kamar An Na sekarang? Pangeran menyuruh kami membawa makanan ke dalam kamar An Na."
"Tentu saja boleh."
"Tuan putri tolong mendampingi kami sampai selesai. Takutnya pangeran akan tiba-tiba marah dan menjatuhkan kami hukuman."
Shu Rien terkekeh geli. Kemudian mengangguk. Ia masuk terlebih dahulu, diikuti oleh Para dayang.
Hong Xiang dan Pangeran Zhi Ro masih sibuk membersihkan lantai. Shu Rien tertawa kecil. Bisa-bisa dua pangeran itu mau membersihkan lantai di saat banyaknya para dayang yang bertugas. Rasa sayang mereka pada An Na ternyata tidak main-main hingga mereka rela melakukan apa saja.
Shu Rien mengarahkan dayang untuk meletakkan makanan di tempat yang ditunjuknya. Beberapa di antaranya kembali ke dapur untuk mengambil minum.
Para dayang keluar dengan damai tanpa dimarahi dan dijatuhi hukuman oleh Hong Xiang. Mereka merasa sangat bersyukur memiliki tuan sebaik Shu Rien.
"Sudah selesai. Pergi lah dari kediamanku." Usir Hong Xiang langsung.
Pangeran Zhi Ro mengabaikan perkataan Hong Xiang dan malah mendekati An Na. Tangannya hampir menyentuh pipi An Na jika saja tidak langsung dicekal oleh Hong Xiang. "Kau tidak diizinkan menyentuh An Na ku!" Tegasnya.
"Aku tidak butuh izinmu." Pangeran Zhi Ro menghempaskan tangan Hong Xiang dan menyentuh pipi An Na.
Pangeran itu meringis merasakan betapa panasnya pipi An Na. Rasa khawatirnya kian menjadi.
"Hong Xiang! Jangan memukul Pangeran Zhi Ro lagi!"
Hong Xiang menoleh tak terima pada istrinya. "Kau lebih membela orang asing daripada suami mu ini, hah?!"
"Kau tidak perlu sekasar itu pada Pangeran Zhi Ro. Lagipula dia kan tidak menyakiti An Na sama sekali."
"Kau tidak tahu apa-apa! Zhi Ro ini mencintai An Na! Memangnya kau mau An Na terus-terusan diganggunya?!" Kesal Hong Xiang.
Sementara itu Shu Rien terdiam. Tidak menyangka Pangeran Zhi Ro mencintai seorang anak kecil.
"Jangan berdebat lagi. Kepala An Na pusing." Isak An Na secara tiba-tiba. Membuat ketiga orang di sana merasa sangat terkejut.
Pangeran Zhi Ro refleks memeluk An Na dan mengusap puncak kepala gadis kecil itu untuk menenangkan tapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena Hong Xiang menjauhkan Pangeran Zhi Ro dari An Na.
"Jangan menangis, gadis kecil. Maafkan kami."
An Na masih menangis sesegukan. Hong Xiang menatap Pangeran Zhi Ro dan Shu Rien seolah menyalahkan mereka.
Kedua orang yang dijadikan kambing hitam memutar bola mata malas dan tidak membalas karena tidak ingin membuat An Na semakin menangis.
"Kepala An Na pusing. An Na juga lapar." Adunya manja.
"Kalau begitu kita makan dulu. Kebetulan makanannya sudah datang." Sahut Shu Rien.
"Gendong." Lirih An Na.
Hong Xiang yang paham maksud An Na langsung menggendong gadis kecil itu ke tempat Shu Rien berada.
Pangeran Zhi Ro dengan tak tahu malunya ikut bergabung bersama ketiga orang itu.
"Suapi An Na." Pintanya manja.
"An Na mau kakak suapi?" Tawar Pangeran Zhi Ro.
An Na menggeleng dan kian mengeratkan pelukannya pada tubuh Hong Xiang. "An Na ingin disuapi paman." Isaknya.
Hong Xiang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah An Na yang sangat berbeda daripada biasanya. Sekarang An Na bersikap lebih manja dan cengeng. Menggemaskan.