Hong Xiang mendelik tidak percaya melihat tingkah Shu Rien.Perempuan yang menjabat sebagai istrinya itu mengambil posisi ternyaman di atas tempat tidur dan memejamkan mata seolah dirinya tidak ada di sana.
Hong Xiang berkacak pinggang melihat wajah damai Shu Rien yang sedang memejamkan mata. Pria itu pun mengguncang tubuh Shu Rien kuat. "Jangan tidur dulu, masih ada yang ingin ku katakan padamu."
Shu Rien mendesis kesal, kemudian membuka matanya ogah-ogahan. "Tadi katanya jangan menunjukkan sikap murahanku padamu, saat aku diam dan ingin tidur kau malah mengangguku. Apa mau mu sebenarnya hah?!" Umpatnya kesal.
"Duduk!" Titah Hong Xiang tegas sehingga membuat perempuan itu merenggut kesal tapi tetap menurut.
"Apa?"
Hong Xiang duduk di tepi ranjang seraya menatap Shu Rien datar. "Kau tahu sendiri kita menikah bukan karena cinta tapi karena perjodohan."
"Lalu?"
"Meskipun kita menikah karena perjodohan, aku ingin kita memainkan peran suami istri yang saling menyayangi di hadapan semua orang."
"Hm."
"Aku ingin kau menjaga nama baikku, tidak mencampuri urusanku, dan tidak menyakiti An Na."
"Baik. Tapi kau juga jangan mencampuri urusanku."
"Tentu saja. Lagipula aku juga tidak tertarik mencampuri urusanmu, wanita murahan." Sinis Hong Xiang.
"Terserah." Shu Rien kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur dan bersiap untuk tidur. Namun, Hong Xiang langsung mendorong perempuan itu hingga terjatuh ke lantai.
Shu Rien menjerit kesakitan saat tubuhnya mendarat di lantai. Tapi bukannya merasa kasihan, Hong Xiang malah tertawa bahagia.
Pangeran itu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menguasai tempat tidur sehingga tidak ada ruang yang tersisa. "Kau tidur di lantai karena aku tidak sudi tidur bersamamu." Ketusnya.
Shu Rien berdiri dan menatap Hong Xiang tajam. "Kau tega membiarkan seorang perempuan tidur di lantai?"
"Kenapa tidak?"
"Aku curiga kau bukan pria sejati!"
"Oh."
"Geserlah sedikit! Aku mau tidur!"
"Tidak mau."
"Geser!!"
"Berisik! Kau tidur saja di lantai!"
"Kau saja yang tidur di lantai, sialan!"
"Ini kediamanku, jadi apa hakmu menyuruhku tidur di lantai?"
"Aku punya hak menyuruhmu tidur di lantai karena aku istrimu."
"Istri yang tak pernah ku anggap lebih tepatnya."
"Cih, memangnya siapa juga yang ingin dianggap istri olehmu?!"
"Baguslah. Aku takut kau menangis histeris dan memohon-mohon padaku untuk menganggapmu sebagai istri."
"Iuh, aku tidak akan pernah melakukan hal menjijikkan seperti itu. Lebih baik aku mencari pria lain daripada memohon ke pria sepertimu."
"Oh ya, kau kan perempuan murahan. Jadi, jika tidak mendapatkan seorang pria bisa beralih ke pria lain."
"Tentu saja."
"Murahan!"
"Memang."
"Tidak tahu malu!"
"Ya. Itu lah aku."
Mereka terus berdebat. Tidak ada yang mau mengalah sama sekali.
Para dayang yang mendengar perdebatan mereka dari luar hanya bisa geleng-geleng kepala.
Perdebatan mereka juga membuat tidur An Na terganggu sehingga gadis kecil itu menghampiri keduanya.
Gadis kecil itu mengerjap tidak percaya melihat Hong Xiang dan Shu Rien saling menjambak rambut satu sama lain sambil terus meneriakkan kata-kata kasar.
"Lepaskan rambutku, bitch!"
"Kau duluan yang melepaskan rambutku, sialan. Ah, aku yakin kau sekarang bukan laki-laki sejati karena menjambak rambut seorang perempuan."
"Masih untung aku tidak menarik jantungmu keluar."
"Memangnya kau berani hah?!"
"Tentu saja aku berani!"
"Lakukan kalau begitu. Tarik jantungku sekarang juga!"
An Na melotot kaget saat melihat Hong Xiang hendak meraih pisau. Gadis kecil itu langsung berlari ke arah mereka. "Paman dan kakak jangan bertengkar lagi. An Na tidak suka melihatnya." Teriaknya kencang. Membuat perhatian kedua orang itu teralihkan padanya.
"Jangan bertengkar lagi. An Na tidak suka!" Ulang An Na kesal.
Hong Xiang dan Shu Rien terkekeh canggung. Kedua orang itu refleks melepaskan rambut satu sama lain.
"Kata siapa kami bertengkar? Kami ini hanya sedang memainkan peran, gadis kecil." Jelas Hong Xiang cepat.
Meskipun An Na tahu apa yang sebenarnya terjadi, gadis kecil itu tetap bersikap polos seperti tidak tahu apapun. "Memainkan peran apa, paman? Dan untuk apa?"
"Anak kecil tidak akan mengerti. Tapi intinya kami tidak bertengkar sama sekali. Iya 'kan, suamiku?" Shu Rien tersenyum manis ke arah Hong Xiang dengan tatapan penuh peringatan.
Hong Xiang ikut tersenyum kemudian memeluk Shu Rien posesif sembari mengelus puncak kepala istrinya. "Yang dikatakan istriku benar, gadis kecil. Kami tidak bertengkar sama sekali."
An Na tersenyum polos. "Baguslah. Sepasang suami istri tidak boleh bertengkar kata dayang. Kalau begitu An Na keluar dulu, jangan lupa buatkan An Na adik kembar."
Gadis kecil itu pergi, meninggalkan dua orang yang sangat canggung setelah mendengar ucapan terakhir An Na.
Bersambung...
16/8/21
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love In The Past
FantasiaDamian Alexander adalah pria lajang berusia 30 tahun yang sangat berpengaruh di dunia. Perusahaannya berdiri di seluruh negara dan menguasai berbagai bidang. Suatu hari, Damian dibunuh oleh Charlos. Namun, itu bukan lah akhir dari kisah hidupnya mel...