Voment
Pangeran tampan itu masih terpaku di tempat. Tak percaya dirinya akan menjadi seorang ayah beberapa bulan lagi.
Rasa kaget bercampur bahagia begitu mendominasinya hingga tidak bisa berkata-kata.
Hanya tatapan dan ekspresinya yang dapat menunjukkan betapa bahagianya dia atas kehamilan Shu Rien.
Pelukan Shu Rien mengagetkannya dari lamunan. Ia mengerjap pelan sembari menatap istrinya polos.
"Kenapa diam saja? Apakah kau tidak senang mendengar kabar kehamilanku? Atau jangan-jangan kau meragukan anakku ini bukan anakmu?"
Pertanyaan Shu Rien seketika membuat Hong Xiang tersadar. Pria itu menangkup wajah Shu Rien lalu menciumnya sekilas. "Mana mungkin aku tidak senang mendengar kabar kehamilan mu apalagi sampai meragukan anak kita. Jangan berpikiran macam-macam, sayang."
"Lalu kenapa kau diam saja? Seharusnya kau itu memeluk dan mencium ku sambil mengucapkan terima kasih seperti dalam cerita-cerita yang pernah aku baca." Rajuk Shu Rien dengan bibir mengerucut sebal.
Hong Xiang tertawa pelan. Lantas dicubitnya pipi Shu Rien gemas. "Aku diam karena terlampau senang. Jangan cemberut lagi."
Shu Rien tersenyum lebar. "Baiklah. Sekarang aku ingin sarapan. Perutku sudah lapar."
"Ah iya. Kita belum sempat sarapan dari tadi. Pasti baby kita juga kelaparan sekarang." Kekeh Hong Xiang.
"Baby?" Tanya Shu Rien polos.
Hong Xiang seketika tersadar dan menepuk keningnya pelan. "Maksudku anak kita."
Shu Rien mengangguk mengerti tapi tetap bertanya penasaran. "Bahasa mana yang kau pakai itu? Kenapa aku baru mendengarnya?"
"Jangan memikirkan hal itu, sayang. Sebaiknya kita makan sekarang."
Shu Rien mengangguk patuh lalu melepaskan pelukannya.
Hong Xiang langsung menggendong Shu Rien dan tak menurunkan meskipun istrinya itu meminta untuk diturunkan.
Pria itu malah menyuruh Shu Rien patuh supaya tidak kelelahan dan berimbas pada calon anak mereka. Tentu saja perkataan Hong Xiang hanya bisa membuat Shu Rien Menggelengkan kepala gemas akibat merasa suaminya terlalu berlebihan.
Kala sampai di ruang tengah, Hong Xiang menurunkan Shu Rien hati-hati dan menyuruh para dayang memasak makanan terbaik untuk ibu hamil.
Meski terkejut mendengar perkataan Hong Xiang, dayang tetap melaksanakan tugas dengan baik tanpa berani bertanya-tanya. Mereka masih sayang nyawa.
Sembari menunggu makanan siap dihidangkan, Hong Xiang menggunakan waktunya untuk mengelus perut Shu Rien dan menasehati Shu Rien banyak hal.
Shu Rien sampai bosan mendengar nasehat suaminya itu tapi tak berkomentar dan membiarkannya saja.
"Maaf pangeran. Ada yang ingin saya sampaikan." Ujar salah satu dayang takut-takut.
Hong Xiang mempersilahkan dayang berbicara.
"Di luar ada Nona Min Ah yang ingin bertemu dengan pangeran. Katanya ada hal yang ingin dia katakan pada pangeran."
Hong Xiang memutar bola mata malas mendengar penganggu itu datang lagi. Padahal ia sudah berharap perempuan tersebut tidak akan menganggunya lagi.
"Suruh dia pergi!"
"Tapi pangeran, Nona Min Ah bersikeras untuk bertemu dengan pangeran." Jelas dayang takut.
Hong Xiang memukul meja keras. "Kau tidak dengar apa yang ku katakan tadi?" Tanyanya begitu mengintimidasi sehingga membuat dayang gemetar ketakutan.
"Maaf, pangeran."
"Cepat usir dia!"
"Baik, pangeran." Dayang berjalan cepat keluar. Takut dimarahi Hong Xiang lagi.
Hong Xiang menoleh ke arah Shu Rien dan tersenyum geli melihat raut wajah cemburu sang istri. Terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Kenapa senyum-senyum?! Jangan-jangan kau merasa senang mempunyai penggemar seperti Min Ah Ah itu?"
Hong Xiang terbahak. "Kenapa kau mendesah, sayang? Padahal aku tidak menyentuhmu." Godanya.
Shu Rien melotot kesal dan memukul dada bidang Hong Xiang kuat.
Hong Xiang tertawa geli. Kemudian menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "Tidak usah khawatir. Sekeras apapun usahanya untuk mengangguku, aku tidak akan tertarik padanya. Di mataku dia hanya seekor lalat yang sangat menganggu pemandangan."
Shu Rien mendongak pelan. Ekspresinya masih cemberut. "Benarkah?"
"Iya, sayang."
"Min Ah itu lebih cantik dariku. Yakin kau tidak akan tertarik padanya?"
"Kata siapa dia lebih cantik darimu?! oh ayolah, istriku. Siapapun pasti bisa melihat kau lebih cantik darinya. Yang lebih terpenting, aku mencintaimu bukan karena fisik semata. Aku mencintaimu apa adanya, Shu Rien."
Mata Shu Rien sudah terlihat berkaca-kaca.
Hong Xiang tersenyum lembut. Menangkup wajah Shu Rien pelan dan menyatukan kening mereka. "Hanya kau yang ku cintai dan ku inginkan di dunia ini. Jadi jangan pernah merasa cemburu lagi pada perempuan lain." Pria itu memiringkan kepalanya, hendak mencium bibir sang istri. Namun ...,
"Astaga, pangeran. Jangan menyerang tuan putri terus, nanti anak kalian kenapa-napa." Fu menganggu moment romantis sepasang itu!
Bersambung...
25/8/21
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love In The Past
FantasyDamian Alexander adalah pria lajang berusia 30 tahun yang sangat berpengaruh di dunia. Perusahaannya berdiri di seluruh negara dan menguasai berbagai bidang. Suatu hari, Damian dibunuh oleh Charlos. Namun, itu bukan lah akhir dari kisah hidupnya mel...