Part 24. Berlawanan (2)

6K 1.2K 258
                                    

Voment><

"Kenapa bibir paman berdarah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa bibir paman berdarah?"

Celetukan An Na membuat seisi ruangan menjadi hening. Semua orang sontak menatap bibir Hong Xiang. Kemudian tersenyum aneh. Mereka langsung mengerti alasan bibir Hong Xiang terluka.

Tatapan para dayang membuat Hong Xiang dan Shu Rien merasa malu bukan main. Namun, mereka tidak menunjukkannya sama sekali. Wajah mereka tetap sedatar tembok seolah tidak terpengaruh oleh tatapan semua orang.

An Na mendekat dan duduk di samping Hong Xiang. Menatap pangeran itu dengan tatapan khawatir. "Siapa yang melukai bibir, paman? Apakah Kak Zhi Ro lagi yang melakukannya?"

Hong Xiang meringis. "Bukan, gadis kecil."

"Lalu siapa yang melakukannya, paman?"

Shu Rien membuang pandangan ke arah lain kala tatapan Hong Xiang tertuju padanya.

Gadis cantik itu berlagak polos dan tak tahu apa-apa, padahal dia lah yang telah melukai bibir Hong Xiang.

"Kenapa paman menatap Kakak? Jangan-jangan kakak yang melukai bibir paman?" Tebak An Na.

Shu Rien langsung menatap An Na dan tertawan kecil. "Bagaimana mungkin kakak yang melukai bibir pamanmu, An Na? Tadi itu bibir pamanmu di serang lebah." Jelasnya cepat.

"Ya. Bibirku diserang lebah. Lebah yang sangat besar dan tidak tahu malu." Sahut Hong Xiang penuh penekanan. Tatapannya kian tajam pada Shu Rien namun gadis cantik itu malah menyengir tak berdosa.

Para dayang berusaha menahan tawa melihat interaksi sepasang pengantin itu. Terlihat begitu lucu di mata mereka.

"Apakah luka paman sudah diobati?"

"Sudah, gadis kecil."

"Baguslah kalau begitu, paman. An Na baru bisa tenang."

Hong Xiang terkekeh geli. "Kau tidak usah khawatir. Ini hanya lah luka kecil dan tidak seberapa bagiku."

"Tapi tetap saja bibir paman terluka gara-gara lebah ganas itu."

"Tidak apa-apa. Lain kali aku lah yang akan membuat lebah itu terluka. Aku akan membuat seluruh tubuhnya remuk hingga dia tidak akan kuat untuk bangun lagi."

"Uhuk, uhuk!!"

Semua orang langsung menoleh pada Shu Rien yang terbatuk-batuk hebat.

Para dayang menahan tawa dengan susah payah karena tidak ingin menjadi korban keganasan pangeran mereka.

Hong Xiang melayangkan tatapan mengejeknya pada Shu Rien, yang tentu saja dibalas dengan tatapan kesal.

"Kakak tidak apa-apa?"

Shu Rien tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, An Na."

"Makanya kalau makan itu jangan rakus." Ledek Hong Xiang.

"Aku tidak rakus!"

"Kau rakus! Semua makanan di sini habis olehmu dalam sekejap!"

"Heh! Bukan hanya aku yang menghabiskannya." Shu Rien melotot tidak terima.

Hong Xiang tertawa mengejek. "Tidak usah mengelak. Aku berbicara sebentar dengan An Na dan makanan sudah habis olehmu. Apa jangan-jangan selama ini kau tidak diberi makan oleh keluargamu, heh? Tapi jika keluargamu tidak memberi makan, kenapa tidak meminta makan saja pada para priamu? Kau kan wanita murahan. Pasti banyak yang mau memberikan makanan untukmu selagi kau mau melayani mereka."

"Oh." Shu Rien malas menanggapi perkataan Hong Xiang karena pada akhirnya perkelahian pasti akan terjadi di antara mereka.

Hong Xiang mendengkus kesal atas tanggapan cuek Shu Rien. Bukan itu yang diinginkannya!

"Oh ya, An Na pergi dulu."

"Kemana?" Cegat Hong Xiang langsung.

"Kemana saja. Yang penting tidak berada di dalam kediaman. An Na bosan, paman."

"Shu Rien, temani An Na!" Titah Hong Xiang.

"Tidak usah menemani An Na karena An Na bisa sendiri." Kesal gadis kecil itu.

Hong Xiang menggeleng tegas. "Pangeran sialan itu pasti akan mengganggumu lagi kalau kau sendirian. Kau harus ditemani orang besar supaya tidak terluka, An Na. Selain itu, gadis kecil sepertimu ini mudah dilukai dan ditindas orang lain. Menurutlah!"

An Na memutar bola mata malas. Hong Xiang belum tahu saja di dunia ini tidak akan pernah ada orang yang bisa melukainya. Namun dia tak punya pilihan lain selain menurut.

Bagi gadis kecil itu, Hong Xiang sama seperti ayahnya. Sangat protektif! Dia tidak bisa bergerak leluasa karena pergerakannya dibatasi. Ingin makan pedas-pedas saja tidak bisa karena sifat protektif pria itu.

'sepertinya sudah saatnya aku kabur.' kekehnya dalam diam.

Bersambung...

17/8/21

My Love In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang