Part 31. Makna Tersembunyi

5.8K 1.1K 145
                                    

Vote sebelum baca^^

Hong Xiang tersenyum kecil melihat Shu Rien mendekatinya lalu memeluknya begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hong Xiang tersenyum kecil melihat Shu Rien mendekatinya lalu memeluknya begitu saja. Pangeran itu membalas pelukan Shu Rien tak kalah erat. "Aku sangat senang." Pekik istrinya riang.

"Dasar anak kecil." Cibir Hong Xiang.

Shu Rien tiba-tiba melepaskan pelukannya lalu mengedarkan pandangan ke segala arah. "An Na dimana?!" Jeritnya heboh.

Hong Xiang tersentak kaget. Dia lupa ada An Na bersamanya akibat terlampau terlena oleh istrinya.

"Astaga, bagaimana kalau dia diculik lagi oleh orang jahat? Apa yang harus kita lakukan?"

Wajah Shu Rien terlihat sangat cemas hingga Hong Xiang pun berinisiatif untuk menenangkan sang istri. "Jangan panik. Ayo kita cari dulu. Siapa tahu dia sedang bermain dengan anak-anak seusianya."

Shu Rien mengangguk pelan. Mereka berdua mulai meninggalkan tempat itu sambil mengedarkan pandangan ke segala arah.

Tak jauh dari kerumunan penonton pertunjukan, terlihat lah An Na yang dikelilingi oleh anak laki-laki.

"Untunglah An Na tidak hilang." Gumam Hong Xiang.

"Kalau sampai dia hilang, aku pasti akan merasa sangat bersalah." Lirih Shu Rien.

"Aku juga akan merasa sangat bersalah pada gadis kecil itu."

"Kenapa kita bisa sampai melupakannya?"

"Entahlah."

"Lain kali pokoknya kita tidak boleh melupakan dia kalau sedang di luar kediaman seperti ini. Pasti banyak orang jahat yang menargetkan An Na."

"Kau benar."

Mereka akhirnya sampai di dekat An Na. Anak-anak kecil itu terlalu asik bercerita sampai tidak menyadari kehadiran mereka. Percakapan para bocil membuat mereka menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Apakah An Na mau menjadi istriku di masa depan?"

"Apakah kita akan bertemu lagi?"

"Bolehkah aku memeluk An Na sebagai salam perpisahan?"

"Bolehkan aku mencium An Na? Kata ibu, ciuman adalah perwujudan dari rasa sayang."

"An Na tinggal dimana? Supaya nanti aku bisa bermain ke tempat tinggal An Na."

"An Na, aku menyukaimu. Tolong jangan pergi. Pulang lah bersamaku."

"An Na, aku di masa depan akan menjadi prajurit kerajaan supaya bisa melindungi An Na dari orang jahat."

"An Na perempuan tercantik yang pernah aku lihat. Pokoknya An Na harus menjadi istriku saat dewasa nanti."

"Tidak boleh! An Na harus menikah denganku!!"

"An Na milikku!! Kalian tidak boleh merebutnya!"

"Diam!" Teriak An Na sehingga membuat sekumpulan laki-laki itu terdiam. Gadis kecil itu berkacak pinggang.

"Kalian jangan berkelahi lagi. Tenang saja, di masa depan kalian semua akan menjadi suamiku."

Hong Xiang dan Shu Rien melotot kaget mendengar perkataan nyeleneh An Na.

"Apakah bisa?" Tanya mereka dengan polosnya.

"Tentu saja bisa. Pria saja bisa memiliki banyak istri, kenapa perempuan tidak bisa memiliki banyak suami? Iya, 'kan?"

Mereka semua mengangguk polos. "Kalau begitu kami semua akan menjadi suami masa depan An Na!!" Sorak mereka penuh semangat.

Hong Xiang bergegas menuju An Na dan menggendong gadis kecil itu. "Dasar anak kecil! Bubar!!" Sentaknya hingga para bocil itu lari ketakutan.

"Ih, paman jahat sekali membubarkan pasukan cogan An Na." Protes An Na.

"Kau masih kecil, jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain."

An Na menggeleng. "Justru karena masih kecil ini lah, An Na harus dekat dengan banyak laki-laki supaya saat besar nanti banyak yang mengantri jadi suami An Na." Kikiknya.

Hong Xiang mencubit pipi chubby An Na gemas. "Darimana timbulnya pemikiran mu itu, gadis kecil?"

"Tidak usah pedulikan An Na, paman. Pedulikan saja Kak Rien."

Mendengar ucapan An Na, Hong Xiang sontak tertawa kencang. "Kau cemburu, gadis kecil?"

"Cemburu? Apa itu cemburu?" Tanya An Na polos.

"Lupakan saja."

"Maafkan kami yang melupakanmu, An Na," kata Shu Rien bersalah.

"Tidak usah minta maaf. Memang sudah seharusnya kalian melupakan An Na."

Kedua orang itu mengerjap tidak percaya. "Kau benar-benar marah dengan kami, gadis kecil?"

An Na menggeleng pelan. "Bukan masalah marah atau tidaknya. Kalian memang sudah seharusnya melupakan An Na karena suatu saat nanti An Na harus pergi dari sisi kalian. Kalian tidak akan bisa melihat An Na lagi meskipun kalian ingin," katanya ambigu.

"Apa maksudmu, gadis kecil?"

Bersambung...

19/8/21

firza532

My Love In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang