Part 15. Perdebatan

6.8K 1.3K 181
                                    

Jangan lupa vote😙

"Kakak dan paman jangan malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak dan paman jangan malu. Teruskan saja tatapannya. An Na tidak akan menganggu lagi." Kikik gadis kecil itu sambil menutup mata tapi mengintip dari sela jemari mungilnya. Tindakannya itu membuat Pangeran Hong Xiang menggelengkan kepala tak habis pikir. Begitu pun dengan perempuan bercadar.

An Na menyengir melihat tatapan keduanya. Menyingkirkan tangannya dan menatap kedua orang itu secara bergantian.

"Paman dan kakak sangat cocok. Kapan kalian akan menikah?"

Kedua orang itu melotot tidak percaya mendengar pertanyaan blak-blakan An Na.

"Lalu, kalian menjadi orangtua angkat An Na dan mempunyai beberapa anak. Tenang saja, An Na akan menjadi sosok kakak yang baik untuk mereka." Ungkap An Na seraya tersenyum lebar.

Tatapan penuh harapnya membuat Pangeran Hong Xiang mengusap wajah gusar. Masih tidak terbiasa melihat wajah menggemaskan An Na.

"Jangan sembarangan berbicara, gadis kecil. Aku tidak akan pernah menikah dengan perempuan aneh ini."

"APA KAU BILANG?! ANEH?! KAU YANG ANEH! SELURUH KELUARGAMU YANG ANEH!!"

"CK! Jelas-jelas kau yang aneh! Merebut gadis kecilku begitu saja di hadapan semua orang."

"Itu karena kau membuatnya menangis!"

"Lalu, apa urusannya denganmu, gadis aneh?"

"Tentu saja ada! Aku paling tidak suka melihat anak kecil menangis!"

"Tapi itu bukan berarti kau bisa ikut campur dalam urusan orang lain!"

"Memangnya kau siapa sampai aku tidak bisa ikut campur dalam urusanmu?!"

Pangeran Hong Xiang menyeringai. "Apakah kau yakin tidak akan menyesal setelah tahu identitas ku?"

Perempuan itu mendecih, menatap Pangeran Hong Xiang tak suka. "Untuk apa aku menyesal tahu identitasmu. Siapapun kau, aku tidak peduli."

Pangeran Hong Xiang kembali memojokkan perempuan itu ke dinding. Keberadaan An Na seolah tidak terlihat olehnya karena fokusnya hanya lah ke perempuan yang dicapnya menyebalkan. "Yakin tidak akan menyesal?" Kembali mencengkram dagu perempuan penuh intimidasi.

Namun bukannya menunduk ketakutan, perempuan itu malah menatapnya tajam seolah menantang. "Tidak akan pernah!"

Pangeran Hong Xiang menyeringai. Sedikit menunduk lalu berbisik lirih di telinga perempuan itu. "Namaku Pangeran Hong Xiang."

Tubuh perempuan itu terlihat menegang kaku.

Pangeran Hong Xiang menjauh dan tersenyum puas melihat reaksi sang perempuan.

Segera direbutnya tubuh mungil An Na dari gendongan perempuan yang masih terdiam kaku dengan pandangan kosong.

Pangeran Hong Xiang mencekik leher perempuan bercadar kuat hingga membuat perempuan itu tersentak kaget dan mengerjap berulang kali.

Lagi-lagi Tatapan mereka berdua terkunci. Tanpa sadar, cengkraman Pangeran Hong Xiang mulai mengendur.

"Paman, jangan mencekik kakak. Nanti kakak mati." Rengek An Na sambil terisak pelan.

Kesadaran Pangeran Hong Xiang kembali. Melepaskan cekikannya dari leher si perempuan. Kemudian mengelus puncak kepala An Na lembut. "Jangan menangis lagi. Nanti matamu bengkak, gadis kecil."

An Na mendongak. Bibirnya tampak mengerucut. Matanya basah oleh air mata tapi itu malah membuatnya terlihat semakin imut. "Jangan sakiti kakak."

"Baiklah. Aku tidak akan menyakitinya tapi An Na jangan menangis."

An Na mengangguk pelan.

Pangeran Hong Xiang tersenyum. Menghapus air mata An Na pelan dan penuh kelembutan seolah takut menyakiti An Na.

"Kenapa kau sangat menggemaskan?" Pangeran itu mengecupi pipi An Na berulang kali akibat terlampau gemas.

Pipi chubby An Na benar-benar membuatnya betah menciumi pipi gadis kecil itu.

Tawa ceria gadis kecil itu semakin membuat Pangeran Hong Xiang bersemangat mencium pipi An Na.

Keimutan An Na membuatnya lupa akan keadaan sekitar. Bahkan sampai melupakan perempuan bercadar yang membuatnya kesal semenjak tadi.

Kegiatan mencium pipi An Na baru terhenti kala gadis kecil itu merengek kelaparan.

Tentu saja pangeran tersebut tak mau membiarkan An Na mati kelaparan karenanya.

Melayangkan kecupan singkat di hidung mancung An Na sebagai penutup ciumannya.

Ia tiba-tiba teringat dengan sosok perempuan bercadar. Dia tercengang saat tidak melihat batang hidung perempuan itu. "Kemana perempuan sialan itu?" Gumamnya kesal.

"Mungkin sudah pergi karena merasa kesal paman cuekin." An Na terkekeh geli.

Pangeran Hong Xiang tertawa kecil mendengar ucapan gadis kecil menggemaskannya. "Untunglah dia sadar diri, gadis kecil."

An Na mengembungkan pipinya kesal. "Jangan seperti itu, paman. Nanti kakak bisa sakit hati kalau kakak mendengar ucapan paman."

"Biarkan saja."

"Tidak boleh seperti itu karena kakak akan menjadi istri paman." Ucap An Na serius tapi Pangeran Hong Xiang malah tertawa melihat wajah sok serius An Na.

"Aku tidak akan menikah dengannya karena aku akan menikah dengan Shu Rien." Jelasnya.

"Shu Rien?"

"Iya."

Gadis kecil itu terlihat sangat penasaran. "Siapa Shu Rien? Seperti apa orangnya, paman?"

Pangeran Hong Xiang mengendikkan bahu cuek. "Aku juga tidak tahu."

"Semoga saja dia baik supaya nanti An Na tidak diperlakukan jahat hehe."

"Kalau dia jahat, katakan saja padaku. Aku akan membunuhnya untukmu, gadis kecil."

Pangeran Hong Xiang bersungguh-sungguh. Persetan dengan semuanya kalau An Na nya diganggu.

Tidak boleh ada yang menganggu An Na di dunia ini! Apalagi menyakitinya.

Bersambung...

11/8/21

My Love In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang