21. Never to Forever

17.4K 2.2K 100
                                    

Meninggalkan Vote dan Komen sepanjang cerita mampu memberi semangat dalam menulis cerita. Hal kecil itu juga mampu membuat penulis cerita tersenyum. Suatu pahala bukan?

•~•~•

Gyanza bersikukuh menolak keinginan Athaya, Athaya menghela napasnya,"Pilihannya cuma dua," Athaya berjalan mendekati tepian yang tak terlahang railing penghalang.

Athaya membalikan badannya menghadap Gyanza yang berada beberapa langkah dari kakinya,"Kamu dorong aku atau kasi aku kesempatan itu."

Gyanza menatap Athaya dingin, aura laki-laki yang sebelumnya tampak redup kembali menampikan ke intimidasiannya,"Gue bisa dorong lo."

"Aku tau kamu engga segan-segan habisin atau bahkan bunuh orang yang merusak kehidupan kamu." Athaya memundurkan satu langkah kecil, selangkah lagi dia bisa terjun bebas ke bawah.

"Tapi aku tau, aku bukan perusak di mata kamu." Athaya tersenyum lekat memandang Gyanza.

Entah bagaimana, Athaya ingin membenarkan pijakannya, tetapi ia malah terseok, Gyanza dengan gerakan super cepat menarik tangan Athaya. Athaya merasakan kepanikan dan adrenalinnya terpaju mulai merasa tenang setelah badannya menumbruk badan seseorang didepannya.

Athaya mendongak dan menatap Gyanza dengan wajah penuh kemenangan,"See? kamu kalah."

•~•~•

"Akhirnya abang gue balik lagi," Bombom sudah tidak dapat menahan ocehannya selama di kelas dengan begitu setelah istirahat, Bombom, Alden, Alex, Vanilla dan Gyanza serta Athaya duduk di meja tengah kantin yang ramai.

Vanilla sejak tadi diam, masih memusuhi Athaya.

"Iya dong, gue kan penyelamat," Sarkas Athaya melirik sinis Vanilla duduk di pojok depannya. Walau tidak ada yang menyadari sindirian itu selain Vanilla sendiri dan mungkin Alex.

Athaya duduk di tengah yang diapit oleh Gyanza dan Alden, lalu Alex duduk di depan Athaya yang diapit oleh Vanilla dan bombom. Bombom berada di depan Alden.

Gyanza yang sejak tadi diam, Athaya dengan penuh perhatian, memberikan minuman rasa greentea thai tea itu pada Gyanza yang hanya memesan air putih."Cobain."

Gyanza menatap Athaya malas,"Gak."

Athaya mendekatkan wajahnya ke telinga Gyanza,"Enak tau." Bisik Athaya.

Berdecak malas, Gyanza mengambil minuman itu dan menyedotnya sedikit.

"Eh! Belum ganti sedo--tannya." Ujar Athaya terlambat, padahal ia baru saja akan memberikan sedotan baru.

Gyanza seolah tak peduli hal itu, ia mengembalikan minuman itu.

Bombom melongo menyaksikan itu, reflek ia menggeplak kepala Athya."First Kiss, abang gue!"

Athaya melotot kepalanya dipukul,"Heh!Mana ada kissing!" Athaya balas menggeplak kepala Bombom.

"Lo kaya anak SD aja,itu bukan kissing, kissing itu kaya gini." Alden memperakan kissing dengan kedua tangannya.

"Ah, praktek langsung kali ye?" Tanya Bombom.

"Dih, sama siapa!?" Sinis Alden.

"Sama lo lah!" Bombom sedikit bangkit dan memajukan wajah yang langsung Alden tahan dengan menempelkan sendok bekas sambal bakso yang sangat pedas.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang