Athaya menatap tidak percaya pada Vanilla yang menangis tersedu-sedu seolah ia adalah si korban di pelukan seorang wanita yang Athaya yakini ibu gadis gila itu. Alex laki-laki itu juga tidak menatapnya. Tampak wajah marah di wajah Alex.
Terlebih sekarang ada dua orang polisi.
Cepat sekali mereka disini bukan?
"Saya baru tahu kerja polisi secepat ini. Kinerja yang lebih cepat dari pada menangkap koruptor." sindir Athaya.
"Athaya!" tegur Zahra, salah satu guru konseling disekolahnya.
"Dengan saudara Athaya Lilly Kalinara? Kami mendapatkan surat laporan tentang percobaan pembunuhan berencana di area sekolah." ujar Pria tua gendut berseragam polisi di hadapannya sembari menunjukan surat laporan tersebut dan selanjutnya memperlihatkan surat identitas kedua polisi tersebut.
Zahra mendekat ke arah Bapak Polisi tersebut,"Bagaimana jika ini diselesaikan secara kekeluargaan saja?" Zahra lantas menoleh ke arah sofa di ruangan tersebut, tepatnya ke wanita yang terlihat muda untuk ukuran seorang Ibu.
Aviraz, Ibu dari Vanilla menatap ke arah Zahra,"Anak saya sedang dalam kondisi mental yang tidak stabil, saya pikir sekolah ini cukup aman untuk anak saya, tapi ternyata ada anak nakal juga."
"Oh mentalnya engga stabil ya? Pantes kaya orang gila." sungut Athaya. Athaya menatap sinis Vanilla yang sedang berakting,"Kalo mental engga stabil harusnya buat drama kaya gini engga pernah terlintas di pikirannya."
"KAMU!" bentak Aviraz marah. Aviraz bangkit dan melepas pelukan Vanilla, mendekat ke arah Athaya. Menunjuk gadis itu,"Jaga sopan santun kamu sama orang yang lebih tua, sikap kamu sangat tidak mencerminkan siswa terdidik."
"Harusnya bilang itu ke anak Ibu."
Aviraz nampak marah, tidak terima anaknya dikatai seperti itu. Tetapi polisi lebih dulu menyelanya,"Sebaiknya jangan memancing keributan lebih jauh, sesuai laporan Ibu, kami akan menyelidiki lebih lanjut. Untuk saudara Athaya bisa ikut kami ke kantor untuk penyelidikan lebih lanjut?"
Athaya menatap polisi tersebut tidak percaya,"Bapak di bayar berapa sama dia?" ucap Athaya tenang.
Kedua polisi itu terdiam, sesaat kemudian si polisi gendut memberi tatapan sombong,"Kamu bisa saya tangkap dengan kasus pencemaran nama baik." ucap polisi itu dengan sedikit geraman.
"Cepat tangkap anak tidak tahu malu ini!" ujar Aviraz.
Polisi yang satunya mengambil borgol dan berjalan ke arah belakang Athaya.
Zahra nampak panik. Kasus seperti ini bisa menghancurkan nama baik sekolah.
"Ibu, Bapak polisi kita selesaikan ini secara kekeluargaan ya?"
"Tidak bisa, kamu engga lihat anak saya gemetaran seperti itu?! Ini pertama kali sejak dia mau berubah menjadi–" aviraz mengkatupkan mulutnya,"Saya tidak ingin ini diselesaikan secara damai. Saya mau membawa ini ke pengadilan."
Athaya memberontak,"Bapak apa-apaan! Tidak ada bukti! Disini saya korbannya!"
Namun tampaknya polisi itu seolah tuli dan tetap menangkap Athaya. Athaya menatap Alex.
"ALEX! LO TAHU SENDIRI CEWEK LO ITU BISA NGEBUNUH ORANG TANPA MIKIR!"
Alex menatap Athaya. Laki-laki itu mendekat."Gue lebih lama kenal Vanilla dan satu hal yang harus lo tahu, Vanilla engga pernah bohong sama gue." Alex menatap Athaya kecewa, ia mengambil sesuatu dari dalam saku Athaya, sebuah pisau yang Athaya simpan agar Vanilla tidak menyerangnya."Pisau ini ada di lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
Fiksi RemajaTEENFICTION - DARK - SWEET [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Athaya Lilly Kalinara. Gadis kuat, tanguh, pemberani, baik hati, bijak dan dewasa sempat terkukung dalam suatu hubungan tidak sehat dengan seorang Kennan Abaranaka karena suatu alasan ia menjadi so...