-¤-
"Ulang tahun Alin besok'kan? Kamu mau hadiah apa?" tanya Athaya sesaat setelah Gyanza sudah pulang ke rumahnya. Gyanza hanya berdiam sebentar untuk sebuah salad. Yang tentu salad buatan Athaya.
"Apa ya? Aku mau mama sama papa dan kita kumpul bareng." ucap Alin penuh harap.
Athaya menghela napas,"Kamu tau mereka sibuk kan? Yang lain ya? Apa aja kakak kasi deh."
"Kakak Athaya nikah sama kak Gyanza gimana?" goda Alin mencairkan suasana.
Athaya menoyor pelan kepala adiknya,"Masih lama."
"Cie... berarti udah jadian beneran nih?"
Athaya nyengir,"Udah."
"Alin mau kakak bahagia dan punya orang yang bisa kakak andelin. Abisnya Kak Athaya gak mau ngandelin Alin. Selalu aja pura-pura kuat." cebik Alin kesal.
Athaya memeluk Alin,"Siapa yang pura-pura? Kakak emang kuat lah!"
Alin menyiku pelan perut kakaknya,"Bohong! Alin tau Kak Athaya selalu sedih kan tiap Alin tanya papa, mama. Kak Athaya juga sedih karena mereka udah lupain kita."
"Hey, kamu dengerin kakak ya. Hidup itu soal bertahan Alin, bahkan bayangan kita aja ninggalin kita di kegelapan. Apalagi orang lain? Siapapun itu bisa menyakiti kita walau itu orang tua kita sendiri. Jadi kamu harus kuat oke?"
"Apa Kak Gyanza juga bakal ninggalin Kak Athaya?" tanya Alin melepas pelukan Athaya.
"Siapapun bisa meninggalkan siapa. Sejatinya manusia itu makluk paling tidak konsisten. Selain kata, mereka juga tidak konsisten perasaan."
"Terus di dunia ini yang namanya cinta sejati cuma hayalan?" tanya Alin. Jarak usia mereka ialah empat tahun, tapi Athaya merasa adiknya masih saja seperti anak lima tahun.
"Tergantung sama manusia itu sendiri. Kamu mau tau kenapa di dunia ini susah yang namanya cinta sejati? Karena ini bukan dongeng yang mana si pemeran utama selalu makluk tanpa celah, dia hanya selalu kekurangan cinta jadi apapun yang dia pertaruhan, ia akan rela. Sejatinya dia hanya belum pernah merasakan satu hal yaitu cinta. Tapi kalo dunia nyata? Manusia masih serba kekurangan, mereka engga bisa hidup cuma karena cinta maka dari itu apapun mereka lakukan untuk bertahan hidup lebih dulu."
Athaya terdiam teringat sesuatu.
~¤~
"Lah si onta bener. Mobil gue di depan rumah Gyanza." ujar Alden,"Tapi kenapa si Gyanza engga murka ke kita ya?"
"Kan bener apa kata gue. Hayang pasti bantuin kita biar engga digebukin." ucap Bombom melihat mobil Alden masih terparkir di depan rumah besar Gyanza.
"Mana si Athaya engga jawab lagi!" umpat Alden dengan ponsel di telinganya sembari mengelilingi mobilnya.
"Cari ini?" suara berat dan dingin itu mampu membuat Bombom dan Alden membeku layaknya patung. Beberapa saat kemudain mereka berbalik dan melihat Gyanza di depan gerbangnya sembari menunjukan kunci mobil Alden di tangannya.
"Gue bisa jelasin soal—"
"Masuk." ujar Gyanza.
Alden dan Bombom saling bertatap dan menyiku badan satu sama lain.
"Udah masuk aja dulu." suruh Alden berbisik.
"Yaudah lo duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
JugendliteraturTEENFICTION - DARK - SWEET [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Athaya Lilly Kalinara. Gadis kuat, tanguh, pemberani, baik hati, bijak dan dewasa sempat terkukung dalam suatu hubungan tidak sehat dengan seorang Kennan Abaranaka karena suatu alasan ia menjadi so...