"Dirangkai."
"Baik totalnya 365 ribu, Kak."
Gyanza mengambil rangkaian bucket bunga tersebut. Ia lantas pergi ke arah parkiran toko bunga tersebut. Sesampainya di mobil ia tersenyum memperhatikan rangkaian bunga yang sangat cantik itu.
***
"Hai cantik..." Gyanza merapikan rambut seseorang yang terbaring di ranjang rumah sakit.
"Kamu enggak capek bobo terus, hm?" ucap Gyanza sembari menaruh rangkaian bunga di atas meja samping tempat tidur.
"Lo udah mandi?" tanya Vanilla sembari meneliti penampilan Gyanza dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Gyanza masih fokus memperhatikan Athaya yang masih terbaring sejak 365 hari ini ,"Hm."
"Gue yakin dia bakal bangun."
"Hm." Gyanza duduk di sebuah kursi samping tempat tidur. Lalu ia menarik tangan Athaya dan mengenggamnya dengan erat serta mengecup lembut tangan tersebut.
"Semuanya udah beres, Hannah udah masuk penjara." Alex mendekat dan berdiri di samping Vanilla.
Tanpa memalingkan tatapannya Gyanza mengangguk,"Thanks."
Vanilla menghela napas, 365 hari berlalu sejak kejadian penembakan dan Athaya terbaring di kasur rumah sakit dalam keadaan koma. Saat itu juga Vanilla tahu jiwa Gyanza hancur dan Vanilla tahu bahwa Gyanza tidak pernah terbayang jika harus melihat Athaya tak berdaya seperti itu.
Di bulan-bulan pertama saat Athaya terbaring, Gyanza sangat terpukul bahkan sempat di rawat di rumah sakit.
"Gue ama Alex balik dulu, kalo butuh gantian jaga lagi, lo bisa hubungi kita." Vanilla memegang pundak Gyanza untuk menguatkan Gyanza. Dokter berkata bahwa mereka tidak perlu menjaga Athaya, tetapi Gyanza bersikeras untuk di sana 24/7.
Gyanza menunduk sembar memeluk erat tangan Athaya,"Udah 365 hari Aya, kamu enggak kasian sama aku? aku sendirian disini, aku enggak kuat kalo kamu enggak di sini."
Gyanza tersenyum getir,"Kata orang, waktu bisa bikin kita lupa, waktu bisa bikin kita sembuh dari luka-luka, tapi kenapa hati aku masih sakit sampai saat ini?"
Tetesan air mata mengalir mulus di wajah Gyanza,"Terus aku sadar karena obatnya enggak ada di sini, kamu obat buat aku Aya, kamu harus bangun."
"Kamu engga akan ninggalin aku sendiri kan?"
"Gimana kalo aku berubah jadi orang jahat lagi?"
"Kamu mau?"
"Baru waktu itu kita senang-seneng, rasanya kamu kaya masih di samping aku, masing meluk aku, tapi ternyata sekarang kamu di sini."
"Katanya aku harus ikhlas, tapi gimana aku bisa lupa kalo pikiran aku isinya kamu terus, hm?"
"Kamu pasti pakai guna-guna ke aku kan?"
"Aku bakal tunggu kamu bangun, sayang." Gyanza mengecup kening Athaya,"Kalo engga, aku bakal nyusul kamu."
***
Gyanza mengemudikan mobilnya ke rumah. Ia meninggalkan rumah sakit untuk beberapa alasan seperti mencari informasi tentang semuanya. Tentang siapa Hannah.
Beberapa bulan ini yang ia tahu Hannah adalah tunangan Ayahnya yang batal menikah karena Ayahnya melakukan tindakan keji pemerkosaan. Kini ayahnya sudah tahu ia menyeret Hannah ke penjara.
Ia pikir Ayahnya akan melakukan sesuatu, tetapi tidak ada tanda apa pun dari tua bangka itu.
Gyanza melepas dua kancing kemeja teratas lantas ia mengambil ponselnya sebelum keluar mobil. Memeriksa apabila ada berita dari rumah sakit tentang Athaya. Padahal baru lima belas menit lalu ia meninggalkan rumah sakit, tapi ia tetap tidak bisa berpikir dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
Fiksi RemajaTEENFICTION - DARK - SWEET [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Athaya Lilly Kalinara. Gadis kuat, tanguh, pemberani, baik hati, bijak dan dewasa sempat terkukung dalam suatu hubungan tidak sehat dengan seorang Kennan Abaranaka karena suatu alasan ia menjadi so...