45. Last

25.5K 2.5K 208
                                    


***

Tertidur selama setahun tentu akan membuat mu melewatkan banyak hal. Contoh menyebalkannya Gyanza dan teman-temannya bahkan sudah memasuki dunia perkuliahan sementara Athaya masih seorang siswa kelas tiga. Sunggu tidak adil.

Sekarang ini, Athaya memperhatikan Gyanza yang sibuk melakukan rapat organisasi dengan virtual meeting.

Athaya mencebik kesal, iri sekaligus sebal melanda dirinya. Oh, untung dia segera bangun, Athaya tidak akan kuat membayangkan jika ia koma lebih dari setahun.

Dalam lamunannya, ia jadi teringat sebuah drama korea yang mana ada seorang gadis koma selama tujuh belas tahun. Ia mengerti sekarang perasaan gadis itu, sedikit.

"Segitu aja pembahasannya hari ini, besok kita lanjut, pacar gue udah rewel." ucapan Gyanza di sofa.

Athaya memang sudah keluar dari rumah sakit setelah tiga bulan di rawat dan tentu dia harus tetap bolak-balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan ataupun terapi.

Mengingat tidak ada siapapun di rumahnya dan Gyanza juga tidak akan membiarkan ia di rumahnya otomatis Athaya tinggal di rumah Gyanza. Tolong jangan ditiru.

Ibunya tau dia dirawat dan sesekali menjenguknya. Hubungan Athaya dan kedua orang tuanya belum menemukan titik terang. Begitupula dengan Gyanza yang masih belum memiliki keberanian menemui ibunya.

Semua permasalahan keluarga memang rumit.

"Sini," ucap Gyanza sembari menepuk sofa dibelahnya. Athaya yang berada di kursi bar dapur merenggut karena Gyanza sengaja membuatnya berjalan untuk melatihnya. Bukan apa-apa ia merasa diperlakukan seperti anak satu tahun yang baru berjalan. Ia benci fakta kakinya kaku. Wajar ia tidak menggunakannya selama setahun lamanya.

Athaya berjalan pelan, rasanya masih terasa aneh memang. Jangan bayangkan dia seperti orang yang benar-benar baru belajar berjalan. Jangan. Dia hanya merasa ragu untuk melangkah.

Gyanza dengan sigap melangkah hingga berada di depan Athaya, ia meraup siku Athaya untuk ia pegang. Athaya mencebik kesal.

"Aku bisa sendiri."

"Injek kaki aku."

"Engga mau."

Tak ingin basa basi Gyanza mengangkat Athaya hingga kakinya melayang lalu ia membuat  kedua kaki Athaya berpijak pada kakinya.

"Ihhhh Gy...." Athaya protes.

Gyanza memundurkan langkahnya, ia tak lupa merangkul erat pinggang Athaya. Athaya mau tak mau melingkarkan lengannya di leher Gyanza. Mereka tampak seperti orang berdansa.

"Aku bantu."

"Ini namanya modus," ujar Athaya sembari memutar bola matanya malas dengan ucapan Gyanza.

Gyanza tersenyum tipis,"No," Gyanza dengan cepat memajukan wajah mengecup pelan hidung Athaya lalu kening gadis itu dengan cukup lama,"Itu baru."

Athaya merasa perutnya tergelitik, serangan tiba-tiba itu mampu membuatnya mengerjapkan matanya. Ia membatu untuk beberapa saat.

"Your my heroin, i love it." suara Gyanza memang berat, tetapi Athaya selalu suka ketika Gyanza menggunakan bahasa inggris, suara terasa lebih indah.

Athaya memiringkan kepalnya,"You too, daddy." ucap Athaya dengan manja bermaksud menggoda Gyanza.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang