Athaya melirik kesal ponsel yang terus berbunyi, sejak pulang dari rumah sakit ia memang mengabaikan panggilan dan pesan dari Kennan, sejak tadi pun ponselnya terus mengeluarkan notifikasi tanpa henti-hentinya. Ia sangat heran, apakah tangan laki-laki itu tidak ada pegal-pegalnya? Athaya berharap jari laki-laki itu keseleo saja.Ada 891 pesan, 521 panggilan tidak terjawab, 99+ dm instagram dari Kennan, 999+ pesan line dan whatsapp.
Adakalanya ia merasa emosi yang memuncak dan membuatnya melempar handphone sampai handphone tersebut retak. Ia bahkan sudah mengganti handphone setahun ini sebanyak dua kali, sedikit menyesal karena membuang uang tabungannya. Namun, mau bagaimana lagi ia punya kesabaran dan setan itu terus saja memancing amarahnya.
Saat ini masih jam tujuh, suasana kelasnya masih sepi tanpa ada satu orang pun, wajar saja, jam pelajaran di sekolahnya baru dimulai pukul delapan lebih lima belas menit.
Athaya menghela napas, selain Kennan, kelasnya menjadi tempat terakhir yang ingin ia tempati, tatapan aneh teman-temannya selalu membuatnya tidak nyaman, disaat masa pengenalan lingkungan sekolah ia memiliki teman bernama Keysi, tetapi entah bagaimana Keysi sesaat selesai masa pengenalan lingkungan sekolah tampak tidak menyukainya dan menjauhinya.
Athaya menoleh keluar ketika seseorang melewati kelasnya, ia memicingkan matanya ketika pemuda itu melangkah melewati jendela-jendela kelas dan mulai menghilang.
Athaya kenal siapa itu, dia Gyanza, berbekal rasa penasaran ia bangkit dari tempat duduk dan mengikuti Gyanza, Athaya melihat Gyanza menuju taman di belakang sekolahnya. Ia bersembunyi dibalik pepohonan.
Apa yang dilakukan laki-laki itu di taman sepagi ini?
Disisi lain, Gyanza menyadari seseorang mengikutinya, ia tersenyum miring."Keluar lo!"
Ketus, dingin dan penuh ancaman, perkataan Gyanza membuat Athaya membelakan matanya dan ia menahan napasnya, apa ia sudah ketahuan? Dia akan baik-baik saja bukan? Athaya hendak berjongkok, tetapi sebuah suara membuatnya terdiam.
"Akhirnya lo dateng juga," ucap seseorang yang Athaya tidak kenal siapa itu, ia juga tidak berani mengintipnya.
Dilain sisi Gyanza menatap lurus sosok didepannya dengan dingin,"Pengecut."
"Bangsat lo!" Pemuda itu menarik kerah kemeja Gyanza dan hendak membogem pipinya.
Gyanza menahan itu, menghepasnya dan kali ini dia melayangkan tinjuan dirahang laki-laki itu, Billy.
Billy tersungku, sebelum bangkit Gyanza menarik paksa Billy, kemudian ia mencekik Billy sampai laki-laki itu kesulitan bernapas.
Athaya bergetar ketakutan dibelakang pohon, ia seharusnya tidak mengikuti naluri rasa penasarannya dan membuatnya terjebak dalam situasi ini.
Ia mengintip sejak mendengar pukulan dan matanya membelak, saat ini dengan wajah datar tanpa emosi Gyanza mencekik lawannya hingga kesulitan bernapas.
Setan di otak Athaya menyuruhnya untuk kabur dan tidak ikut campur, akan tetapi bagaimana jika laki-laki itu mati? Tidak lucu jika dia menjadi saksi di pengadilan nantinya bukan? Selain itu ia juga masih memiliki hari nurani.
Ia menguatkan tekadnya, ia keluar dari persembunyian pohon itu, melakangkah mendekati kedua insan itu.
Athaya menatap punggung Gyanza, ia menarik napas."LEPASIN! DIA BAKAL MATI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya
Teen FictionTEENFICTION - DARK - SWEET [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Athaya Lilly Kalinara. Gadis kuat, tanguh, pemberani, baik hati, bijak dan dewasa sempat terkukung dalam suatu hubungan tidak sehat dengan seorang Kennan Abaranaka karena suatu alasan ia menjadi so...