24. Rumah Hantu

16.4K 2.4K 122
                                    

Sedikit jejak kecil dari kalian berarti buat aku! Tinggalkan komen sepanjang cerita ini ya!

Gelap gulit, keheningan yang diriingi sebuah lagu yang terdengar menyeramkan, properti kuno dan hantu-hantu yang di make up semenyeramkan mungkin menjadi hal yang Athaya dan Gyanza lihat ketika memasuki rumah hantu.

Athaya merangkul lengan Gyanza yang sering Gyanza tepis,"Ih, Gue takut..." cicit Athaya.

"Ck, akting lo jelek."

Athaya merengut,"Jelek banget ya?"

"Hm." Ucap Gyanza sembari melepas rangkulan Athaya.

Sosok hantu dengan wajah menyeramkan yang di make up seolah wajahnya hancur dan busuk datang.

Athaya pura-pura terkesiap dan berusaha menyembunyikan wajahnya di lengan Gyanza yang melongos pergi.

"IH! GYANZA." cebik Athaya kesal.

"LO!" Athaya menunjukan hantu di sampingnya itu dengan kesal,"Bisa gak sih lebih serem hah?! Gue kan gagal modus!" Si hantu malah memiring-miringkan kepalanya tak bersuara.

"Lebih serem! Gue laporin nih kalo lo engga serem buat jadi hantu!" Si hantu terkikik melengking untuk membuatnya lebih seram.

"JANGAN! Lo malah keliatan lawak, udah miring-miringin aja kepala lo!" Sungut Athaya dan pergi menyusul Gyanza.

Athaya menghentakan kakinya kesal ketika sudah berada di samping Gyanza,"Gue kesel, kenapa gue engga jadi cewek penakut dan cengeng aja si!"

Gyanza melirik Athaya sekilas sebelum berfokus kembali ke depan.

Hantu-hantu lain silih berganti menakuti mereka, bukannya takut Athaya malah ikut-ikutan menakuti si hantu.

"Gy sembunyi di bawah meja situ yuk? Kita takutin hantunya!" Ucap Athaya.

"Males."

"Biar seru tau! Apaan ni rumah hantu engga ada seru-serunya, biar engga rugi juga kan bayar." Tanpa persetujuan, tangan Gyanza ditarik oleh Athaya untuk bersembunyi di bawah meja yang tertutup kain beludru hitam yang berdebu, diatas meja besar itu juga ada tengkorak mainan.

Athaya sedikit mengintip untuk melihat kaki-kaki si hantu walau tertutup kain, entah hantu jenis kuntilanak, pojok atau lainnya.

"Kita geser mejanya kali ya? Biar mereka takut?" Tanya Athaya menengok kebelakang, posisi Athaya ada di depan Gyanza.

"Terserah."

Athaya menggerutu, cowok dingin itu mana mungkin memberi ide. Bicara saja pria itu malas. Dasar pemalas.

Athaya salah, Gyanza diam-diam melepas gantungan kunci boneka berbentuk anak kecil dengan rambut panjang yang imut dan mencokel matanya dengan mudah.

Ia membuka tas Athaya dengan pelan dan mengambil tinta printer merah yang Athaya beli di gramedia.

Athaya sibuk memperhatikan langkah hantu-hantu itu tidak sadar dengan apa yang Gyanza lakukan.

Gyanza membuka tinta itu dengan sedikit kesulitan. Lalu, ia menuangkannya pada mata yang bolong dan melumuri si boneka dengan tinta, sebisa mungkin tidak mengenainya dengan cara ia memegang gantungannya.

Bertepatan dengan Athaya menggeser-geser meja dengan pelan, Gyanza membuang boneka itu keluar dan selang beberapa detik juga terdengar teriakan dua orang.

Yang Athaya liat itu kuntilanak dan pocong yang terbirit lari dilahat dari cara si kuntilanak berlari cepat dengan baju putih panjang dan pocong berlompat cepat bahkan sempat terjatuh dan menggelinding.

AthayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang