Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah yang awalnya sendiri, perlahan ada yang hadir menemani. Tak berwujud nyata, tapi perlahan menjadi pusat dunia. Ya, duniaku yang kelam sekelam matamu yang menyesatkan langkahku.
. . . .
Bunyi jam weker sudah kesekian kalinya terdengar dalam kamar berwarna putih gading itu. Tetapi pemilik kamar selalu mengabaikannya.
Tangannya terulur untuk mematikan bunyi yang mengganggu mimpi indahnya. Mulai mengerjapkan mata dan menyesuaikan dengan pencahayaan. Mata hazel itupun terbuka sempurna saat melihat jam pada handphone yang baru ia genggam.
Melompat dari kasur dan berlari menuju kamar mandi, hanya menggosok gigi dan membersihkan wajah. Mengganti piyama dengan seragam sekolah kemudian bergegas menyelesaikan semuanya dengan cepat.
Mengambil kunci mobil lalu berjalan tergesa keluar dengan kaki yang hanya mengenakan satu sepatu. Satunya lagi masih ia tenteng di tangan sebelah kiri.
Sedari tadi, bibir penuhnya tidak pernah lelah mengucapkan makian yang entah ditujukan pada siapa.
"Fuckkk! Bisa-bisanya gua kesiangan lagi!" dengan sesekali memukul setir mobil yang mengakibatkan lengannya memerah.
Setibanya di sekolah, ia memarkirkan mobilnya sembarang lalu bergegas menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
"Ra, lo hampir telat lagi" ujar salah satu sahabatnya. Tapi yang diajak berbicara tidak menanggapi karena sedang mengatur napas akibat berlari dari parkiran.
"Ehh bitch lo masih bau alkohol semalem, lo gak mandi ya?!" hardiknya dengan mata memicing.
"Gue gak mandi, buru-buru tadik" setelahnya ia meraih parfume dari dalam tas lalu menyemprotkannya beberapa kali pada bagian-bagian tertentu.
Kemudian terdengar bel masuk, tanda dimulainya Ujian Kenaikan Kelas hari terakhir di SMA Gardapati.
🌼
Langkahnya menuju kantin sekolah yang sudah dipadati siswa. Kaki-kaki jenjang itu melangkah pada meja tengah kantin yang sudah menjadi hak paten ketiganya.
Tatapan memuja tertuju pada mereka, entah dari siswa, siswi ataupun penjaga kantin. Beberapa kali siulan terdengar dari kubu cowok urakan di ujung kanan kantin.
"Si Ara makin hari makin bening aja ya" ucap Raka dengan kedua tangan menyangga kepala dan tatapan memuja.
Keempatnyapun memusatkan pandangan pada Laura Evelyn Fernandes yang sering dipanggil Ara. Memang cantik, sangat malah.
"Padahal dia gak mandi loh, tapi bisa secakep itu, heran gue" ujar Galang yang mendapat tatapan kaget dari teman-temannya. Kemudian Galang menjelaskan jika ia satu kelas saat ujian dengan Ara dan mendengar obrolannya saat bersama salah satu sahabatnya.
Setelah meneguk habis minuman di gelasnya Gabriel menatap kembali pada Ara. "Bisa-bisanya masih bau alkohol ke sekolah, gak habis pikir gue sama dia" ujarnya masih dengan memandang Ara dari kejauhan.
"Ehh btw pak boss lama amat ambil rokok doang" ucap Juna pada yang lain.
"Mungkin melipir dulu entah ke mana" jawab Raka sambil memakan gorengan yang hanya tersisa satu.
Tiba-tiba kantin yang awalnya sedikit hening kembali ribut. Karena kedatangan dua lelaki tampan pujaan siswi Gardapati. Si ketua dan wakil Baratha yaitu Giorgio Altezza Darellion dan Langit Geordanu. Keduanya menuju meja pojok kantin tempat teman-temannya berkumpul.
Belum juga mendudukan diri pada bangku kantin, "Lama amat boss, dari mana aja?" tanya Raka kepo.
Si pendiam Langit hanya memutarkan matanya jengah pada Raka si kepo akut. "Beres ambil rokok kena cegat Bowo gegara masalah atribut, biasalah" jawab Gio kemudian memakan pesanannya yang sebelumnya sudah dipesan oleh Raka.
Di tempat duduknya Ara melihat Gio dan Langit yang menuju kawanan mereka. "Lo gak tertarik sama Gio Ra? Cakep, tajir, badannya bagus, lo gak minat kah?" tanya Salsa si cerewet.
Laura menatap Salsa kemudian terkekeh, "Gua urakan dia urakan, nanti kalok langgeng mau jadi apa anak kita? Pengedar narkoba? Dihh gamau ya" dengan kepala menggeleng.
"Anying udah bahas anak aja lo bitch" ucap Hanna, si cewek berpredikat playgirl ke dua di Gardapati. Yang pertama jelas Laura Evelyn Fernandes. Kemudian ketiganya tertawa renyah dan menjadi pusat perhatian apalagi tempat duduk mereka yang berada di tengah kantin.
Makanan ketiganyapun habis, "Btw, mau liburan ke mana nih?" tanya Hanna pada kedua sahabatnya.
"Gue pengen ke pantai atau ke kebun teh gitu" ucap Ara dan sesekali mengetuk meja dengan kuku cantiknya. "Gue sih ke mana aja, ngikut lo pada" ujar Salsa.
"Pantai aja kuy, biar bebas pake bikini. Pengen pamer badan hasil gym gue nih" tutur Hanna dengan senyum sumringah. "Oke deh" jawab Ara dan Salsa berbarengan.
Obrolanpun berlanjut hingga bel tanda masuk ujian mata pelajaran kedua. Hari terakhir ini ada dua pelajaran, yaitu PKN dan Bahasa Inggris dan keduanya tidak terlalu sulit bagi Ara tapi beda lagi dengan kedua sahabatnya.
Setibanya di kelas yang sudah hening karena pengawas sudah berdiri di depan pintu menatap tajam para siswa yang masih di luar kelas. Ara menyiapkan peralatan tempurnya, kemudian mengerjakan ujian dengan tenang.
Walaupun sering melanggar peraturan tetapi Ara adalah salah satu siswi berprestasi di sekolah dan dia selalu mendapat juara umum. Entah 2 atau 3 karena yang pertama selalu dipegang ketua OSIS Gardapati yaitu Lingga Putra Pratama. Si tegas, dengan tatapan maut yang terlapisi kacamata saat jam pelajaran. Si pintar yang terlalu sempurna tapi dia terlalu baik untuk sosok Ara yang player. Sehingga Ara tidak mau ber-main-main dengan ketosnya itu.
Keduanya saling mengenal karena seringnya berdiri di tribun yang sama saat pembagian hadian juara umum. Banyak yang menjodohkan mereka, tapi Ara tidak tertarik dengan lelaki baik-baik seperti Lingga.
Jika bersama orang baik, Ara tidak bisa ber-main-main dan itu sangat membosankan menurutnya.