Epilog

5.8K 208 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.

Selamat membaca





Digenggamnya tangan pucat dengan suhu yang sedikit rendah dari manusia normal. Tubuhnya dipenuhi alat penunjang hidup dengan helaan napas yang teratur. Melihat sosok itu masih bernapas saja sudah membuatnya sangat bahagia.

Sedikit mengangkat tangan yang terlihat rapuh itu kemudian ia kecup. Mengusapnya pelan seakan-akan tangan itu bisa lenyap kapan saja. "Sabar ya sayang, sebentar lagi kamu punya hati baru dan kamu bakal sehat lagi" matanya menatap lurus pada wajah cantik yang terlihat pucat milik gadisnya.

"Kalo udah sehat jangan lupa pulang ya......" ucapannya terhenti. Bibirnya kelu mengucapkan kalimat perpisahan.

Setelah sekian lama Gio dapat bertemu dengan orang yang tulus menyayanginya seperti sang Mama. Namun takdir tidak mengizinkan kebahagiaan mereka begitu saja tanpa halangan. Kali ini ia harus melepas orang yang amat disayangi untuk kedua kalinya walaupun tidak untuk selamanya.

Wanita berumur tapi masih terlihat cantik  mengenakan pakaian glamor memasuki ruangan gadisnya. Menatapnya datar membuat Gio cepat-cepat menegakkan tubuh juga meletakan tangan Ara yang semula ia genggam.

Ternyata perpisahan keduanya lebih cepat dari yang Gio kira.

Gio mengikuti gadisnya yang dibawa menuju rooftop rumah sakit. Ara akan dibawa menggunakan helikopter menuju bandara internasional yang terdapat jet pribadi milik keluarga Milanno.

Walaupun Nenek Lucy --Ibu dari Papa Ara--menatapnya dengan tatapan tidak suka dan datar, namun wanita itu tidak pernah melarang Gio mendekati sang cucu. Hal itu membuat Gio sangat bersyukur.

Setibanya di bandara internasional Ara langsung dipindahkan menuju jet pribadi keluarganya. Saat akan mengikuti bodyguard yang membawa gadisnya, Gio dihadang beberapa bodyguard Nenek Lucy.

Melipat kedua tangan dengan tatapan datar tertuju pada bocah SMA yang terlihat cukup tampan. "Selama ini saya memantau cucu saya dan saya tau bagaimana kelakuan kalian berdua. Saya juga tau sesayang apa cucu saya pada kamu. Saya tidak melarang hubungan kalian berdua walaupun derajat kita berbeda" Gio tertohok oleh perkataan Nenek Lucy tapi dia tidak bisa membantahnya karena itu memang benar.

"Jaga kepercayaan cucu saya selagi dia tidak di Indonesia. Jika saya mendengar kabar buruk tentang kamu, jangan harap dapat bertemu Laura. Saya pastikan kamu akan sangat menyesal jika itu terjadi" mengepalkan kedua tangannya yang cukup dingin dengan ketakutan yang mulai menggerogoti benak Gio.

"Buktikan pada cucu saya jika kamu pantas untuk dia. Jangan lupa janji yang kamu buat sebelum ujian" Gio mengangguk mantap. "Saya berikan waktu 10 menit untuk bertemu dengan Laura" Gio bergegas memasuki pesawat menuju gadisnya. Samar-sama ia mendengar Nenek Lucy berucap "Lumayan juga anaknya Arga"


MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang